Sabtu, Mei 07, 2022

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN PERTUMBUHAN ASET TERHADAP STRUKTUR MODAL ( STUDI PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2018-2020)

 


PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN PERTUMBUHAN ASET TERHADAP STRUKTUR MODAL ( STUDI PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2018-2020)

A. Landasan Teori a. Packing Order Theory  

Packing order theory merupakan salah satu teori struktur modal. Teori ini cenderung menjelaskan proses perusahaan dalam menentukan hierarki sumber pendanaan. Model struktur modal ini dicetuskan pertama kali pada tahun 1984 oleh Myers dan Maljuf Menurut ide pecking order ini, bisnis lebih suka menggunakan dana internal. dibandingkan dengan penggunaan dana eksternal dalam kegiatan perusahaan. Sugiarto (2009) Perusahaan lebih cenderung menggunakan dana internal terlebih dahulu, seperti laba ditahan dan depresiasi, sebelum beralih ke pendanaan eksternal, hal tersebut dapat digunakan sebagai alternatif terakhir. Menurut Ruslim (2009) mengatakan bahwa keputusan pendanaan diawali dengan penggunaan dana internal hingga eksternal yaitu dimulai dari laba ditahan, hutang tidak berisiko, hutang berisiko, hingga penerbitan saham, karena dengan diterbitkannya saham lebih berisiko dibandingkan dengan utang ketika dana dibutuhkan untuk mengembangkan perusahaan.   Menurut Mayangsari (2001) terdapat beberapa asumsi yang digunakan dalam packing order theory, yaitu :

1) Perusahaan menggunakan dana internal (laba ditahan dan depresiasi) terlebih dahulu, sehingga sebagai upaya terakhir, uang eksternal (hutang dan saham) digunakan.

2) Jika perusahaan membutuhkan modal dari luar, pemilihan dilakukan secara bertahap, dimulai dari risiko rendah dan berlanjut ke risiko tinggi.

3) Kebijakan dividen ketat manajemen, di mana jumlah pembayaran dividen dan target rasio pembayaran dividen (DPR) ditetapkan dan total pembayaran dividen tidak berubah dari waktu ke waktu, apakah perusahaan itu menguntungkan atau tidak.

4) Mengantisipasi kelebihan dan kekurangan persediaan arus kas, serta perubahan tingkat keuntungan dan peluang investasi, dengan menggunakan kebijakan dividen., jika kekurangan awal terjadi pada perusahaan maka pihak manajemen akan diambil dari portofolio investasi saat ini. Perusahaan cenderung menggunakan dana internal dalam segala aktivitas perusahaan akan tetapi, tidak menutup kemungkinana perusahaan khususnya pihak manajer akan memilih menggunakan surat berharga yang aman yaitu utang dalam pendanaan perusahaan. Siregar (2005) menyatakan bahwa terdapat empat ketika Myers memprediksi bahwa perusahaan akan menyukai utang di atas modal sendiri, ia menggunakan teori pecking order sebagai landasannya.yaitu

1) Karena asimetri pengetahuan antara manajemen dan pasar, pasar menderita kerugian. Manajemen suka menerbitkan saham daripada utang yang dapat berdampak pada penurunan harga saham. Kontrol manajemn. Pihak Jika korporasi menerbitkan surat utang, manajemen dapat dipertahankan. Pecking order theory memiliki peranan yang penting bagi manajer keuangan perusahaan. Menurut Sudana (2011:175) pecking order memberikan dua aturan dalam dunia praktik, sebagai berikut :  

a. Penggunaan pendanaan internal  Perusahaan memiliki kewajiban yang harus dibayar berupa utang. Dalam memenuhi kewajiban tersebut perusahaan dapat mengalami gagal bayar, maka pihak manajer akan cenderung memilih untuk menerbitkan saham apabila sahamnya mengalami overvalued serta manajer juga akan menerbitkan utang jika surat utang tersebut overvalued. Ketika perusahaan mengalami hambatan dalam memenuhi kewajibannya (utang), perusahaan mendanai proyeknya menggunakan laba ditahan.  

b. Menerbitkan sekuritas yang resikonya kecil Ditinjau dari sudut pandang investor, utang perusahaan memiliki risiko yang kecil dibandingkan dengan saham karena apabila perusahaan dapat menghindari kesulitan keuangan, investor masih memperoleh pendapatan tetap. Pecking order theory mengatakan secara tidak langsung bahwa ketika perusahaan membutuhkan sumber dana dari luar, perusahaan akan menerbitkan utang sebelum menerbitkan saham. Maka aturan kedua dalam pecking order theory  adalah menerbitkan surat utang yang aman.   

 

b. Kinerja Keuangan  

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu penentuan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang meiliki kinerja keuangan yang baik akan sangat membnatu pihak manajemen dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaann. Kinerja keuangan yang baik akan membuat investor entitas berpisah dengan sebagian dari uang mereka. Kinerja keuangan dapat dikatakan baik apabila suatu perusahaan memiliki keseimbangan antara keseluruhan jumlah aset yang dimiliki perusahaan dengan pendapatan bersih perusahaan. Pada umumnya, kinerja keuangan bermanfaat untuk mengukur tingkat efisisensi dan efektivitas dalam mengelola dana yang diinvestasikan, agar dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan bagi beberapa pihak yang berada di dalam perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan antara lain leverage, firm size, liquidity, dan tangibilty. Leverage dikatakan berpengaruh terhadap kinerja keuangan karena leverage merupakan pemanfaatan pinjaman uang yang merupakan perbandingan antara hutang terhadap ekuitas bagi perusahaan yang berguna untuk memenhi kebutuhan pendanaan perusahaan. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan yaitu firm size, karena firm size umumnya dapat diukur dengan rasio antara aset tetap yang dimiliki oleh sutau perusahan dan total aset yang terdapat di persahaan tersebut, serta dapat disebut sebagai suatu acuan yang dapat mengklasifikasi besar atau kecilnya suatu perusahaan. Faktor berikutnya yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan adalah sales growth. Pertumbuhan penjualan dapat berubah yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perubahan harga, akuisisi ataupun divestasi, perubahan nilai tukar, dan perubahan volume. Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan adalah liquidity. Liquidity adalah suatu rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi keuangan jangka pendek tepat pada waktunya. Semakin tinggi aset perusahaan mampu melunasi hutangnya, semakin lancar organisasi akan beroperasi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan adalah tangibility. Tangibility adalah faktor yang penting dalam rangka membatasi keuanagan perusahaan, sehinga memberikan suatu batsan dalam menggunakan pendanaan dari luar perusahaan. Hal ini disebabkan adanya aset tetap yang cukup besar yang dijadikan sebagai jaminan kreditur.  Menurut Van Horne dan Wachowiz(2007) struktur modal dapat digunakan sebagai modal pendanaan permanen jangka panjang yang terdiri dari utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Struktur modal merupakan komposisi utang dan ekuitas pada suatu perusahaan yang sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif dari berbagai macam sumber pendanaan perusahaan. Dalam praktiknya, manajer keuangan perusahaan mengidentifikasi struktur modal terbaik untuk biaya yang digunakan perusahaan dan memaksimalkan laba.  

 

c. Profitabilitas  

Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba perusahaan (Hanafi, 2014). Terdapat beberapa jenis laba yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih adalah tiga jenis nabi. Agar sebuah perusahaan menghasilkan banyak uang, manajemen harus bekerja keras. harus menyusun suatu keputusan dengan meningkatkan perolehan laba atau pendapatan dan mengurangi beban. Profit yang tinggi akan memerlukan pengorbanan yang tinggi. Menurut Syamsuddin (2001:208) perusahaan yang ingin meningkatkan keuntungannya, maka perolehan laba tersebut akan disertai dengan risiko yang besar. Meningkatnya besar risiko yang diambil oleh suatu perusahaan maka akan menambah pendapatan yang diterima sesuai dengan risiko dan pengorbanan yang dilakukan.   Rasio profitabilitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari sumber dayanya sendiri. Sudana (2015:25) mengatakan bahwa ada berbagai cara untuk menilai profitabilitas sebuah perusahaan dengan memakai beberapa rasio, sebagai berikut :

1. Return On Asset (ROA) Rasio ini menunjukkan potensi perusahaan untuk menciptakan laba setelah pajak dengan menggunakan seluruh aset perusahaan. Pengukuran menggunakan rasio ini berfungsi untuk mempertimbangkan efektif dan efsiensi perusahaan ketika mengelola aktiva atau aset perusahaan.  

ROA = Earning after taxes Total aset  

2. Return On equity (ROE)

ROE mencerminkan kemampuan menggunakan modal swasta yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak Pihak eksternal, biasanya pemegang saham, menggunakan rasio ini untuk menganalisis efektivitas dan efisiensi modal mereka sendiri, yang ditangani oleh pihak internal perusahaan.

ROE = Earning after taxes Total Ekuitas

3. Profit Margin Ratio  

Rasio ini dipakai dalam menilai kemampuan perusahan dalam memperoleh keuntungn melalui menggunakan penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan.

Tingginya profit margi ratio menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. profit margin power terdiri dari :

a. Net profit margin (NPM)  NPM = Earning After Taxes Sales  

b. Operating profit margin (OPM) OPM = Earning Before Interest and Taxes Sales  

c. Gross Profiit Margin (GPM) GPM = Gross Profit Sales  

4. Basic Earning Power  Basic earniing power merupakan rasio yang digunakan berguna menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sebeum buga dan pajak dengan menggunakan jumlah aset perusahaan.  

Basic Earning Power = Earninng befoe interest dan taxes Total aset Return On Equity (ROE) merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi beberapa pihak seperti pemegang saham, baik itu saham biasa maupun preferen. Return On Equity (ROE) yaitu rasio yang digunakan untuk mengkaji seberapa jauh perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk memberikan laba pada ekuitas yang dimiliki (Fahmi, 2012:98). Penggunaan rasio ini menunjukkan bahwa suatu perusahaan dapat menggunakan modal sendiri secara efisien. ROE dapat dijadikan sebagai cerminan suatu perusahaan, semakin tinggi nilai ROE yang dihasilkan oleh perusahaan maka dapat meningkatkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang bersangkutan. Tingginya nilai ROE menunjukkan bahwa pedapatan yang diperoleh melalui ekuitas memiliki nilai yang positif, maka dengan peningkatan nilai tersebut suatu perusahaan dianggap memiliki kinerja yang baik dan hal tersebut dapat berpengaruh pada meningkatnya harga saham perusahaan.

 

d. Likuiditas

Likuiditas terkait dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansiil yang dimiliki perusahaan (Riyanto, 2010:25). Perhitungan rasio likuiditas berguna untuk mengantisipasi kebutuhan dana utama dalam kebutuhan mendesak. Semakin likuid sebuah perusahaan maka dapat menjadi salah satu acuan bagi perusahaan untuk melakukan investasi dan juga ekspansi ke bidang yang dianggap bisa mendapatkan laba yang lebih. Perusahaan yang mempunyai kemampuan dalam memenuhi segala kewajibannya dalam jangka waktu yang pendek dianggap sebagai perusahaan yang likuiid. Apabila perusahaan tidk memiliki kemampuan dalam melengkapi kewajiban maka perusahaan dikatakan illikuid. Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dalam periode yang ditentukan dengan memanfaatkan aset lancar yang ada. Menurut Riyanto (2010:25) setiap perusahaan memiliki “kekuatan membayar” belum pasti dapat memenuhi berbagai macam kewajiban finansiil yang harus dipenuhi. Perusahaan yang mampu membayar kewajiban-kewajibannya dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid, sebaliknya apabila perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya maka perusahaan tersebut dikatakan illikuid (Riyanto, 2010:26). Likuiditas badan usaha berkaitan dengan kewajiban perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan pihak ketiga (kreditur).  Perusahaan harus dapat mengamati setiap saat pembayaran untuk kelancaran jalannya kegiatan operasional perusahaan, seperti pemenuhan bahan baku, pembayaran beban berupa upah karyawan, dan lain sebagainya. Likuiditas badan usaha dapat dilihat melalui neraca dimana dapat membandingkan antara jumlah aktiva lancar di satu pihak dan utang lancar pada pihak lainnya, hasil perbandingan tersebut disebut dengan current ratio. Bagi perusahaan bukan kredit apabila current ratio kurang dari 2:1 dikatakan kurang baik, hal tersebut disebabkan jika aktiva lancarnya turun hingga 50% dianggap aktiva lancar perusahaan bersangkutan tidak mencukupi untuk menutup utang lancar perusahaan. Riyanto (2010:26) menyatakan ketika current ratio 2:1 atau 200% telah ditetapkan sebagai rasio minimum yang dipertahankan, maka perusahaan dalam melakukan penarikan kredit jangka pendek harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut. Tingkat likuiditas yang tinggi pada sebuah perusahaan dapat mempengaruhi keputusan pihak ketiga (kreditur) dalam memberikan pinjaman. Semakin likuid suatu perusahaan akan meningkatkan kepercayaan kreditur, investor, hingga calon investor kepada perusahaan, karena dianggap mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kemampuan perusahaan.  

Rasio Likuiditas digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Sudana (2015:24) menyatakan bahwa rasio likuiditas dinilai menggunakan beberapa metode, sebagai berikut :

1. Current Ratio  Rasio ini ini digunakan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dalam hal ini adalah utang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan. Semakin tinggi nilai dari rasio ini, menunjukkan bahwa suatu perusahaan semakin likuid.  

Current Ratio =   Current asset   Current Liabilities

2. Quick Ratio atau acid test ratio  

Quick ratio sama seperti current ratio, dalam perhitungannya persediaan tidak diikutsertakan karena dianggap tingkat likuidnya kurang dibandingkan dengan kas, surat berharga, dan piutang.  

Quick Ratio atau acid test ratio = Current ratio – Inventory Current Liabilities

3. Cash Ratio  

Cash ratio meruakan rasio untuk menilai kemampuas kas dan surat berarga untuk menutupi utang perusahaan. Tingginya tingkat likuiditas sebuah perusahaan, tinggi baik kondisi keuangan jangka pendek sebuah perusahaan.  

Cash Rati = Cash + Marketable securities Current Liabilities  

 

e. Pertumbuhan Aset (Asset Growth)  

Aset merupakan salah satu kekayaan berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Aset digunakan untuk segala kegiatan operasional perusahaan. Meningkatnya jumlah aset pada perusahaan dapat menambah hasil operasional atau produksi dalam jumlah yang besar. Peningkatan aset yang ditandai dengan meningkatnya kekayaan perusahaan berupa aset atau aktiva dapat menumbuhkan rasa kepercayaan pihak eksternal terhadap perusahaan. Navi (2017) menyatakan bahwa pertumbuhan aset dikaitkan dengan pemilihan keputusan mengenai hutang yang dipertimbangkan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aset yang tinggi lebih menggunakan dana dari luar berupa hutang (Fajrida dan Purba, 2020). Anita dan Gio Asona (2015) menyatakan bahwa pertumbuhan aset berkaitan dengan besarnya jumlah dana yang dialokasikan ke dalam aktiva perusahaan. Jumlah utang lebih besar dari modal pribadi karena kepercayaan pihak yang tinggi terhadap perusahaan. Pada umumnya perusahaan menanamkan modalnya dalam aktiva tetap, dimana pemenuhan kebutuhan modalnya menggunakan modal sendiri (modal permanen) dan modal asing dalam hal ini adalah hutang digunakan sebagai pelengkap (Riyanto, 2010:298). Beberapa perusahaan yang memiliki aset berupa aktiva lancar dapat menggunakan modal berupa uatang jangka pendek dalam pemenuhan kebutuhan modalnya.  Pertumbuhan aset yang baik dan cepat merupakan salah satu hal positif bagi perusahaan. Aset memiliki jangka waktu penggunaan, semakin panjang jangka waktu penggunaan aset maka risiko yang dihadapi semakin besar. Menurut Riyanto (2010:298) “apabila terdapat aktiva yang peka terhadap risiko, maka perusahaan harus lebih banyak mendanainya dengan modal sendiri, modal yang tahan risiko, serta sebisa mungkin mengurangi pembelanjaan yang menggunakan modal asing”. Keperluan pembelanjaan yang semakin mendesak serta tingginya risiko dari penggunaan aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan bahwa modal pribadi yang digunakan dalam menangani risiko tersebut akan bertambah.  

 

f. Struktur Modal  

Bambang Riyanto (2010:22) menjelaskan bahwa struktur modal merupakan pembelanjaan tetap yang mencerminkan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan total modal pribadi.  Menurut Bringham dan Houston (2011:188) struktur mdal dapt dipengaruh oleh berbagai hal seperti stailitas pejualan, sruktur aset, tingkat prtumbuhan enjualan, profiitabilitas, pajjak, kontrol dan sikap manajeme siap pemberi pinjman dan lebaga peringkt, kndisi pasar, kondisi intenal perusahan, dan flleksibilitas perusahaan.  

Keadaan struktur modal suatu perusahan cara perusahaan dalam membiayai aktivitas perusahaan seperti kegiatan operasionalnya. Perbandingan antara utang dan modal sendiri atau struktur modal yang optimal adalah 1:1, hal tersebut dikatakan sebagai prinsip keamanan (Riyanto, 2010:22). Setiap perusahaan memilih untuk mendanai aktivitasnya menggunakan dana pribadi untuk mengurangi penggunaan hutang.  Riyanto menyatakan (2010:297) struktr modal suau perushaan dipengaruhi dari berbagai macam hal. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi struktur modal, yaitu  

a. Tingkat Bunga  Pada saat perusahaan menyusun rencana untuk memenuhi kebutuhan modalnya sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu. Tingkat bunga yang berlaku ketika pengambilan keputusan mengenai pendanaan perusahaan dapat mempengaruhi jenis modal yang akan ditarik, baik seperti perusahaan mengeluarkan saham atau obligasi. Penarikan obligasi dapat dibenarkan ketika tingkat bunga lebih rendah dari earning power dari tambahan modal.  

b. Stabilitas dari Earning Sebuah perusahaan yang memiliki pendapatan yang stabil akan dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sebagai akibat dari penggunaan dana eksternal. Ketika keadaan sebuah perusahaan yang memiliki earning tidak stabil serta tidak dapat diprediksi akan menanggung risiko berupa tidak dapat memenuhi beban bunga dan angsuran utang.  

c. Susunan dari Aktiva  Sebagian besar perusahaan industry menanamkan modalnya dalam aktiva tetap (Fiksed assets), dalam memenuhi kebutuhan modalnya akan cenderung menggunakan modal permanen yaitu dana internal sedangkan dana eksternal dijadikan sebagai dana pelengkap. Fenomena tersebut sejalan dengan aturan struktur finansiil konservatif secara horizontal yaitu modal sendiri setidaknya dapat menutup jumlah aktiva tetap dan aktiva lainnya yang bersifat konstan.  

d. Kadar Risiko dari Aktiva  Tiap perusahaan memiliki kadar risiko dari setiap aktiva yang dimiliki. Semakin lama umur ekonomis dari suatu aktiva maka risiko yang ditanggung juga semakin bertambah. Terdapat prinsip risiko dalam pembelanjaan perusahaan yaitu ketika sebuah aktiva peka terhadap risiko, maka perusahaan lebih condong melakukan pembelanjaan menggunakan modal sendiri, modal tahan risiko, dan sebisa mungkin mengurangi pembelanjaan menggunakan dana eksternal.  

e. Besarnya Jumllah Modal yang diperlukan Ketika modal yang diperlukan dapat diperoleh dari satu sumber, maka perusahaan tidak perlu mencari sumber dana dari pihak lain. Apabila sebuah perusahaan memerlukan jumlah modal yang besar dan tidak cukup hanya menggunakan satu sumber pendanaan, maka perusahaan dapat mencari sumber lain untuk menambah modalnya (saham dan obligasi).  

f. Kondisi Pasar Modal  Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan yang baik bagi perusahaan yang listing. Pasar modal sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh gelombang konjungtur. Pada saat gelombang konjungtur mengalami kenaikan, pihak eksternal seperti investor tertarik untuk menginvestasikan modalnya dalam pasar modal.  

g. Besarnya suatu Perusahaan  Sebuah perusahaan yang dikategorikan besar ketika sahamnya tersebar begitu luas, tiap perluasan saham memiliki pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kendali dari pihak dominan terhadap perusahaan terkait. Sebaliknya, ketika perusahaan yang kecil dan sahamnya tersebar di lingkungan yang lebih kecil, maka penambahan jumlah sahamnya memiliki pengaruh yang besar terhadap hilangnya kendali dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang besar dan sahamnya tersebar begitu luas akan lebih percaya diri untuk mengeluarkan saham dalam memenuhi kebutuhannya untuk mendanai pertumbuhan penjualan perusahaan daripada perusahaan yang lebih kecil.  Menurut Weston dan Brigham (1989:174) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yang optimal, sebagai Sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas

 

a. Meskipun manajer memiliki analisis sendiri mengenai leverage yang cocok bagi perusahaan namun sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas sangan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk struktur keuangan. Perusahaan umum mendapat petunjuk bahwa obligasi akan mengalami penurunan apabila perum menerbitkan lebih banyak obligasi. Oleh karena itu, perum tersebut membiayai perluasan usahanya dengan saham biasa.  

b. Kondisi pasar Keadaan pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat mempengaruhi struktur modal yang optimal. Perusahaan yang memiliki peringkat rendah dan memerlukan modal akan memilih untuk mencari sumber dana melalui pasar saham atau pasar jangka pendek, tanpa melihat struktur modal yang ditentukan oleh perusahaan. Tetapi, ketika perusahaan yang bersangkutan mkembali ke keadaan yang baik, maka perusahaan dapat menata kembali struktur modalnya sehingga struktur modal perusahaan sesuai dengan target yang ditetapkan diawal.  

c. Kondisi internal perusahaan Kondisi internal sangat berpengaruh terhadap struktur modal. Misalnya, perusahaan baru saja menyelesaikan program R&D dan perusahaan memproyeksikan laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Tetapi, laba tersebut belum diantisipasi oleh investor karena hal tersebut belum tercermin pada harga saham. Perusahaan tidak menerbitkan saham dan lebih menyukai pembiayaan menggunakan utang sampai peningkatan laba dapat direalisasi dan tercermin pada harga saham, dimana ketika harga saham biasa akan diterbitkan, utang akan dilunasi, dan posisi struktur modal akan kembali pada struktur yang ditargetkan.  

d. Fleksibilitas keuangan Seorang manajer pendanaan perusahaan mengatakan bahwa perusahaan memperoleh banyak dana dari keputusan penganggaran barang modal dan dari keputusan operasi yang baik daripada keputusan pendanaan yang baik. Apabila peluang-peluang usaha yang baik harus dilepaskan karena perusahaan tidak mampu mendanainya, maka hal tersebut akan menurunkan profitabilitas perusahaan.

Fungsi dari seorang manajer pendanaan adalah menyediakan modal yang dibutuhkan untuk mendukung operasional perusahaan. Ketika perusahaan menaikkan modal dengan menjual saham atau obligasi, tetapi ketika masa sulit sedang dihadapi oleh perusahaan, para investor baru akan bersedia memberikan modalnya apabila mereka ditawarkan posisi yang aman dimana hal tersebut berarti investor baru tersebut hanya bersedia menerima obligasi. Apabila perusahaan menjual saham baru maka hal tersebut tidak terlalu baik bagi perusahaan karena akan dapat mengikis kepercayaan investor.  

 

B. Hasil Penelitiian Terdahulu  

Beberapa penelitan yang bersangkutan pada struktur modal

 

C. Kerangka Penelitian

Penentuan keputusan mengenai pendanaan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah keadaan struktur modal perusahaan, maka hal tersebut berpengaruh pada ketepatan manajemen dalam mengambil keputusan mengenai proses pengalokasian dana perusahaan. Apabila struktur modal perusahaan didominasi dengan sumber dana eksternal dibandingkan dengan sumber dana internal maka dapat berdampak pada proses pemenuhan kewajiban perusahaan yang harus segera dibayarkan.  Variabel independent pada penelitian ini ialah profitabilitas, likuiditas, dan pertumuhan aset, sedangkan variabel dependen adalah struktur modal. Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini maka dapat ditunjukkan bagan berikut.  Keterangan :   : Hubungan secara parsial   : Hubungan secara simultan  

 

D. Perumusan Hipotesis  

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban sementara atas masalah dari penelitan, hingga terbukti melalui data yang telah terkumpul dan harus melalui uji secara empiris. Perumusah hitoptesis dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1.Diduga profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

2.Diduga likuiditas secara pasial berpengaruh signifikan terhadap struktur

3.Diduga pertumbuhan aset secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

4.Diduga profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan aset secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.    

 

Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar