Komunikasi Antarpribadi Guru dan Anak Tunagrahita
dalam Membentuk Perilaku Adaptif
LATAR BELAKANG
Aktivitas manusia tidak terlepas dari komunikasi dikarenakan komunikasi
bagian integral dari suatu sistem
tatanan kehidupan bermasyarakat. Kegiatan komunikasi kita lakukan sejak bangun
tidur pada pagi hari hingga kembali
tidur pada malam hari. Melakukan aktivitas sehari-sehari, secara tidak langsung
juga terdapat komunikasi di dalamnya hanya saja terkadang manusia tidak
menyadari itu. Melihat dari seberapa seringnya kita berkomunikasi menunjukan
bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam pembentukan masyarakat.
kegiatan komunikasi terjadi apabila
terdapat pengirim pesan (komunikator), pesan,
media penyalur pesan, efek yang didapatkan, dan penerima pesan itu
sendiri (komunikan). Komunikasi terdiri
dari beberapa bentuk, salah satunya
ialah komunikasi antarpribadi atau interpersonal.
Komunikasi antarpribadi merupakan proses pertukaran pesan antara dua orang yang bersifat verbal maupun non verbal yang dapat menimbulkan umpan balik. Nuraini
mengartikan “komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) sebagai interaksi antara seorang individu dan individu
lainnya tempat lambang -lambang pesan secara efektif digunakan, terutama dalam
hal komunikasi antar-manusia menggunakan bahasa” (Nuraini,2012:141).
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi antarpribadi
sering dilakukan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan juga lingkungan
tempat tinggal. Bagi semua orang
kegiatan komunikasi dapat dilakukan dengan mudah. Namun, pada dasarnya
kegiatan komunikasi yang dilakukan tidak terlepas dari gangguan (noise). Gangguan pada komunikasi yang
sering disebut noise dapat mempengaruhi proses komunikasi yang sedang
berlangsung baik itu dalam penyampaian pesan, menerima pesan, bahkan dalam
menanggapi pesan tersebut sehingga proses komunikasi menjadi tidak efekjtif.
Adanya ganguan (noise) saat sedang
berkomunikasi juga terjadi dalam dalam bidang pendidikan yaitu antara guru dan siswa saat melakukan proses
pembelajaran, bahkan hal ini pun
seringkali terjadi pada guru dan
siswa berkebutuhan khusus . Seorang guru harus bisa menyampaikan pesan dengan
baik dalam kegiatan pembelajaran agar dapat diterima oleh siswanya, begitupun siswa saat menanggapi
apa yang telah disampaikan sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Tetapi seperti yang diketahui
pendidikan anak normal tidak dapat disamakan dengan anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebetuhan khusus mendapat pendidikan yang khusus pula.
Anak berkebutuhan khusus menurut Heward merupakan anak
yang meiliki ciri-ciri khusus berbeda dari anak lain pada umumnya tidak selalu
menunjukan ketidakmampuan baik pada mental, emosional atau fisik. Anak
berkebutuhan khusus mendapat pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB).
Kelengkapan sarana dan prasarana yang didapatkan disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan, mulai
dari guru, materi yang dipelajari,hingga alat bantu yang diperlukan. Penanganan
yang dilakukan pihak sekolah juga akan dimaksimalkan jika ada kerja sama dengan
pihak orangtua. Salah satu ketunaan yang termasuk dalam anak berkebutuhan
khusus ialah tunagrahita (mental
reterdation) atau disebut juga sebagai anak dengan rendahnya perkembangan.
Dikatakan tunagrahita apabila menunjukan beberapa indikator penting seperti; intelegensia anak
penyandang tunagrahita berada di bawah rata-rata anak pada umumnya, mengalami hambatan dalam penyesuaian terhadap
lingkungan, dan terjadi pada rentang
masa perkembangan (usia 0 sampai 18 tahun).
Istilah mengenai penyandang tunagrahita di Indonesia
mengalami perubahan dari tahun ke tahun,
sekitar tahun 1967 istilah yang digunakan yaitu lemah pikiran, lemah
ingatan, masih pada tahun 1967 istilah
yang juga yang digunakan yaitu terbelakang mental.Istilah tunagrahita sendiri
digunakan sejak tahun 1983 sampai sekarang dan diperkuat dengan Peraturan
Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.
Ketika berinteraksi
di lingkungan, anak tunagrahita
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Mengalami kesulitan dalam belajar
dikarenakan memiliki IQ di bawah rata-rata sehingga jika berada di lingkungan
yang luas seperti lingkungan masyarakat mereka mengalami kesulitan dengan cara
berkomunikasi. Adanya hambatan-hambatan yang dialami anak tunagrahita sehingga
dalam pendidikannya mengalami kesulitan belajar yang berpengaruh pada presetasi belajar.
Menurut Sudjana “prestasi belajar yang rendah pada
anak tunagrahita dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Kondisi jasmani
yang tidak menguntungkan, pemusatan perhatian yang kurang, minat belajar yang
rendah, dorongan ingin tahu rendah, disiplin yang kurang, intelegensi yang
rendah, dan kemampuan daya ingat lemah”. (Sudjana, 2003).
Komunikasi antarpribadi guru dan anak tunagrahita yang terjadi
berpengaruh pada perkembangan anak tersebut. Seorang guru dituntut untuk
menjadi lebih sabar, pengertian, dan juga memberikan perhatian lebih karena
dalam menghadapi anak tunagrahita mengedepankan hati nurani. Tetapi, dengaan
berbagi perhatian atau kasih sayang yang diberikan, seorang guru juga
diusahakan memiliki sisi tegas agar dapat memberikan teguran tapi tidak
bersifat membentak karena pada dasarnya anak yang memiliki ketunaan memiliki
sifat yang sensistive terutama anak tunaagrahita. Selain mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan akademik saat berada di sekolah luar biasa, anak
tunagrahita juga mempelajari mengenai hal-hal non akademik yang dapat membantu
dalam proses perkembangan.
Memiliki berbagai hambatan dalam menyesuaikan diri
dengan tuntutan sosial yang ada di lingkungannya,membuat anak tunagrahita
memerlukan waktu yang lama dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemampuan
seorang guru dapat dilihat ketika seorang anak baru bergabung dalam lingkungan
sekolah luar biasa dan anak tersebut denngan cepat dapat berinteraksi dan
bermain dengan guru maupun teman-teman lainnya.
Bergabung dalam lingkungan sekolah, salah satu yang
diperhatikan yaitu perilaku. Perilaku yang sering berkaitan dengan anak
tunagrahita yaitu perilaku adaptif. Lingkungan paling kecil yang dapat
membimbing, membentuk perilaku anak
yaitu keluarga. Ketika keluarga memberikan kepercayaan kepada sekolah sebagai lingkunga kedua bagi
anak tunagrahita untuk beraktivitas dan mempelajari berbagai hal, peran sekolah
juga membantu dalam pembentukan perilaku adaptif anak tunagrahita.
Sehingga tidak hanya keluarga yang mampu membentuk dan
mengembangkan perilaku adaptif pada anak tunagrahita, sekolah juga berperan
penting melakukan hal tersebut. Perilaku adaptif pada anak tunagrahita
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menguasai tuntutan sosial di
lingkungan mereka berada. Berdasarkan
fenomena yang terjadi meski memiliki
kekurangan, anak tunagrahita mampu mengembangkan potensi yang dimiliki
dan justru memiliki sikap yang baik. Dilihat dari situlah, pentingnya peran
guru dalam memberikan pembelajaran kepada siswa khususnya anak tunagrahita.
Komunikasi yang digunakan juga mempengaruhi perilaku adaptif anak tunagrahita.
Pembelajaran perilaku adaptif sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar
keterlambatan dalam tugas tidak tetinggal jauh dari anak lainnya. Dibutuhkan
strategi yang tepat yang sesuai dengan karakteristik anak. Pembentukan perilaku
adaptif pada anak tunagrahita melalui pembelajaran secara langsung oleh guru dapat membantu tunagrahita dengan cepat berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat.
Berdasarkan pada penelitian
terdahulu, dari Retno (2016), menyatakan bahwa adanya keterbatasan intelegensia pada anak tunagrahita akan berpengaruh
pada perilaku adaptifnya dengan metode pembelajaran langsung, ini menjadi acuan
untuk peneliti dalam melakukan penelitian terkait komunikasi antarpribadi guru
dan anak tunagrahita dalam membentuk perilaku adaptif, dimanaa penelitian ini
juga dilakukan dengan cara pembelajaran langsung, dan Imanuela (2020)
yaitu peran komunikasi antarpribadi guru dan murid dalam membentuk karakter
anak berkebutuhan khusus, penelitian ini juga menjadi acuan peneliti dikarenakan
pada penelitian ini, peneliti juga mengembangkan komunikasi antarpribadi
yang lebih terperinci antara guru dan anak tunagrahita dan juga mengenai membentuk perilaku adaptif dari anak tunagrahita
itu sendiri
Pada umumnya, penyesuaian diri terhadap lingkungan
yang dialami anak penyandang tunagrahita membutuhkan waktu yang relatif lama.
Anak tunagrahita akan lebih cepat menyesuaikan diri, apabila ia mengenal lawan
bicara atau mengenal orang-orang sekitarnya. Perbedaan rata- rata intelegensi
berpengaaruh pada proses penyesuaian diri anak tunagrahita dengan lingkungan
sekitar. Adanya hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga
dibutuhkan asesmen yang dilakukan secara berkesinambungan. Pelaksanaan assesmen
dapat diwujudkan melalui kegiatan akademik dan non akademik.
Melalui kegiatan akademik yaang dilakukaan dengan cara
pembelajaran langsung dalam kelas, akan membantu dan mendorong keaktifan anak
tunagrahita, semakin banyak proses komunikasi yang dilakukan maka akan
berdampak baik pada penmbentukan perilaku adaptif. Pada kegiatan non akademik, kegiatan-kegiatan
yang mengasah keterampilan dan ketelitian
anak tunagrahita, apresiaasi yang diberikan oleh seoarang guru sangaat
diperlukan dalam pembentukan perilaku adaptif.
1.B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah : Bagaimana
Komunikasi antarpribadi guru dan
anak Tunagrahita dalam membentuk
perilaku adaptif di SLBN Komodo?
1.C.
Tujuan Penelitian :
Berdasarkan rumusan masalah yang yang telah diuraikan
maka tujuan dari peneliti yaitu :
Mengetahui
komunikasi antar pribadi guru dan anak tunagrahita dalam membentuk perilaku
adaptif di SLBN Komodo
1.D. Manfaat
Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan dalam
melakukan penelitian ini, maka manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam mengembangankan ilmu komunikasi, khususnya komunikasi anatrpribadi.Selain
itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bagi penelitian
selanjutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Diharapakan dengan penelitian ini dapat memeberi
masukan kepada guru maupun lembaga terkait sebagai bahan evaluasi untuk
meperhatikan komunikasi antarpribadi seperti apa yang dapat diterapkan antara
guru dana anak penyandang tunagrahita.
3.Manfaat Sosial
Melalui penelitian ini juga diharapkan mampu
memperluas wawasan mengenai komunikasi antarpribadi kepada seluruh masyarakat luas, dan juga wawasan
mengenai anak penyandang tunagrahita.
KERANGKA
DASAR TEORI
Konsep
Komunikasi Antarpribadi
2.A.1.
Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Dalam buku “The Interpersonal Communication Book”
milik Joseph de Vito dipaparkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakn
komunikasi bersifat verbal dan non verbal yang merupakan interaksi antar dua
orang ( atau terkadang lebih dari dua) yang
saling beruntung.
Dalam Ilmu Sosiologi yang mengkaji hubungan di antara
sesama manusia, aksi dan reaksi dalam hubungan antar-manusia dinamakan
“Interaksi Sosial ”. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial.
Menurut Yusuf
secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai komunikasi
secara langsung secara verbal dan non verbal yang memungkinkan adanya reaksi
langsung (Yusuf, 2010 :53).
Dikarenakan hanya melibatkan dua orang dalam melakukan
komunikasi antarpribadi sehingga umpan balik oleh sasaran akan segera
didapatkan. Proses Komunikasi antarpribadi biasa dikaitakan dengan presepsi
komunikator dan juga komunikan. Adanya presepsi menjadikannya salah satu aspek
yang mempengaruhi kualitas komunikasi.
2.A.2. Elemen Komunikasi Antarpribadi
Setiap
konsep yang diidentifikasi dalam model dan
dianggap sebagai komunikasi antarpribadi yang universal, karena ia hadir dalam
semua interaksi komunikasi
interpersonal.Terdapat beberapa elemen dalam komunikasi antarpribadi seperti :
a) Pengirimi-
Penerima (Source –Receiver )
Komunikasi antarpribadi melibatkan
setidaknya dua orang. Setiap individu
melakukan fungsi pengirim (merumuskan dan mengirim pesan) dan juga
melakukan fungsi penerima (persepsi). dan memahami pesan). Istilah
sumber-penerima menekankan bahwa kedua fungsi tersebut adalah: dilakukan oleh
setiap individu dalam komunikasi interpersonal. Setiap orang itu unik;
komunikasi setiap orang adalah unik.
b)
Encoding-Decoding
Encoding
mengacu pada tindakan memproduksi pesan,
seperti menulis dan berbicara.Sedangkan, decoding
mengacu pada tindakan untuk memahami pesan. Istilah endcoding-decoding digunakan untuk menekankan bahwa kedua
aktivitas tersebut dilakukan sesuai dengan kombinasi masing-masing.
c)
Pesan ( Messages)
Menurut
De Vito “Pesan merupakan sinyal yang berfungsi sebagai rangsangan bagi
penerima dan diterima oleh salah satu indera kita seperti
pendengaran(auditory), melihat (visual), menyentuh (tactile), mencium(olfactory),
mengecap( gustatory), atau kombinasi dari indra-indra ini”.(DeVito, 2013
:12). Melakukan komunikasi antarpribadi
selain menggunakan kalimat ataupun kata-kata diimbangi dengan gerakan dan
sentuhan. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan cara apapun. Semakin
berkembangnya teknologi, penyampain pesan dalam komunikasi interpersonal dapat
dilakukan melalui telepon gengam (handphone ). Berbagai fitur yang menarik
memudahkan kita dalam berkomunikasi dan saling bertukar pesan seperti dengan
melalukan panggilan video (video
call). DeVito juga mengartikan “Pesan dapat merujuk ke dunia, orang, dan
peristiwa serta pesan lainnya” (DeVito,2003a).
d) Saluran (Channel)
Saluran
komunikasi merupakan media yang dilalui pesan. Sebelum pesan disampaikan kepada
komunikan, seorang komunikator berusaha agar menggunakan saluran yang dapat
menyampaikan pesan dengan baik kepada komunikan. Saluran komunikasi berada di
antara komunikator dan komunikan dengan kata lain saluran pesan dijadikan
sebagai jembatan atau pengubung keduanya. Terkadang saluran juga mengalami
gangguan secara fisiologis sehingga membutuhkan waktu penyesuaian.
e)
Gangguan atau Hambatan (Noise)
Melakukan
komunikasi tidak terlepas dari gangguan atau hambatan.Gangguan (noise) secara teknis merupakan segala
sesuatu yang dapat mendistorsi pesan, terlebih sesuatu yang dapat mencegah
penerima untuk menerima pesan. Di sisi lain, noise dapat mencegah pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan.
Menurut Joseph De Vito terdapat empat jenis noise
yang sangat relevan (De Vito, 2013 :14) yaitu :
1)
Kebisingan Fisik (Physical Noise)
Kebisingan
jenis ini merupakn gangguan yang berasal dari luar baik itu pembicara ataupun pendengar.Adanya kebisingan
ini dapat menghalangi tansmisi dari pesan.Misalnya kacamata hitam, tulisan
tangan yang tidak terbaca, dan juga munculnya iklan.
2)
Kebisingan Fisiologis (Physiological Noise)
Kebisingann
fisiologis merupakan hambatan yang berasal dari dalam pembicara dan pendengar
dengan kata lain merupakan faktor internal.Salah satu contohnya; masalah
artikulasi.
3)
Kebisingan Psikologi(Psychological Noise)
Kebisingan
Psikologis merupakan hambatan atau gangguan mental yang terjadi pada pembicara
atau pendengar dan juga prasangka.
4)
Kebisingan Semantic (Semantic Noise)
Kebisikan jenis ini, merupakan
gangguan yang terjadi apabila adanya perbedaan anatar pembicara dan
pendengar.Salah satu contohnya yaitu perbedaan dialek atau bahasa.
f) Umpan
Balik
Menurut Lilweri dalam buku “ Komunikasi
Antar Personal” Umpan balik merupakan respon atau reaksi yang diberikan oleh
penerima pesan terhadapa pesan dari pengirim. Menunjukan reaksi atau respon
dapat beruba verbal maupun nonverbal. Apabila proses komunikasi tidak memiliki
umpan balik, maka akan sulit melihat apakah makna pesan telah tersampaikan
dengan baik atau tidak.
g) Konteks
Kegiatan komunikasi selalu
terjadi dalam konteks, lingkungan yang
dapat mempengaruhi bentuk dan isi pesan
itu sendiri.Terkadang, konteks yang tidak jelas dan seringkali terabaikan yang
dapat mempengaruhi pesan contohnya seperti ada yang memasang musik.
2.A.3. Tujuan Komunikasi
Antarpribadi
Melakukan komunikasi pasti memiliki
berbagai tujuan yang ingin dicapai. Komunikasi antarpribadi yang terjadi,
memiliki beberapa tujuan seperti ( Maulana & Gumelar, 2013 : 105)
a). Menemukan diri sendiri
Ketika
melakukan interaksi dengan orang lain, seorang individu kita dapat lebih
mengenal dan membicarakan diri kita sendiri. Berkenalan dengan lawan bicara,
secara tidak langsung kita berkomunikasi dan menyebutkan beberapa hal mengenai
diri sendiri, pada saat itulah kita mengetahui apa yang ada pada diri kita.
b). Menemukan
dunia luar
Melakukan komunikasi antarpribadi
secara tidak sengaja dengan orang yang baru kita jumpai, membuat kita bisa
saling mengenal dan mengetahui mengenai apa yang ada di luar selain diri kita
sendiri.
c ). Membentuk dan menjaga hubungan penuh arti
Komunikasi
antarpribadi seringkali digunakan untuk membentuk hubungan dengan orang laian,
dan agar komunikasi yang terjalin dapat berdampak pada hubungan yang lebih
baik.
d). Berubah sikap dan tingkah laku
Seringkali
melakukan komunikasi antarpribadi yang mana bertemu secara langsung dapat
mempengaruhi seseorang, sehingga dapat berdampak pada perubahan sikap dan
tingkah laku.
e). Untuk bermain dan kesenangan
Dalam
berkomunikasi juga membutuhkan waktu untuk tetap rileks, sehingga kita dapat
melakukan komunikasi antarpribadi dengan topik pembicaraan yang lebih ringan
sehingga bisa bersenang-senang.
f). Untuk membantu
Komunikasi
antarpribadi yang terjadi dalam lingkungan kegiatan profesional dapat membantu
saat mengarahkan klien. Begitu pun dalam kehidupan sehari- hari informasi yang
kita berikan kepada lawan bicara bisa saja membantunya.
Sesuai yang telah diuraikan diatas kita dapat
mengetahui bahwa setiap individu ketika melakukan komunikasi antarpribadi
memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
2.A.4. Bentuk- bentuk komunikasi
antarpribadi
Sebagai makhluk sosial yang melakukan
interaksi hany dengan kegiatan komunikasi, terdapat bentuk-bentuk komunikasi
antarpribadi yaitu :
a) Komunikasi
Verbal
Komunikasi
verbal merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata atau
simbol-simbol, yang dapat dinyatakan dengan lisan maupun tulisan. Komunikasi
tulisan apabila seorang pimpinan ingin menyampaikan pesan mengunakan simbol
yang ditulis pada kertas atau media lain, dan diberikan kepada orang yang
dituju. Komunikasi lisan ketika seorang pembicara menyampaikan pidato secaraa
langsung dan didengarkan oleh pendengar yang dapat mempengaruhi perilaku
pendengar tersebut.
b) Komunikasi
Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang
dalam melakukan pertukaran pesan tidak menggunakan kata-kata melainkan
menggunakan bahasa tubuh, kontak mata, sentuhan, dan ekspresi muka. Penggunaan
komunikasi nonverbal sering digunkan sebagai penegasan makna komunikasi verbal.
2.A.5. Pentingnya Komunikasi guru
dalam pendidikan
Dalam
dunia pendidikan, pekerjaan guru ialah mendidik, membina segala kemampuan sikap
dan perilaku peserta didik. Pembinaan yang dilakukan, mulai ditarapkan apabila
seorang anak berada di dalam lingkungan sekolah, terlebih lagi di dalam kelas.
Seorang guru,
dalam melaksanakan tugasnya, juga memiliki ketentuan seperti, memiliki
kualifikasi tertentu dengan kata lain sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan belajar, pendidik untuk pendidikan formal harus berasal dari
perguruan tinggi yang terakresitasi, dan kentuan kulifikasi yang diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
Menurut Devito, terdapat
lima sikap positif yang dapat membuat komunikasi anatrpribadi berjalan efektif.
menerapkan komunikasi antarpribadi kepada siswa
dalam mempermudah guru apabila memiliki ciri-ciri antara lain: 1) Keterbukaan, 2) Empaty, 3) Dukungan, 4) Perasaan Positive, 5) Kesamaan.(Maulana & Gumelar, 2013:105)
2.A.6. Bentuk Komunikasi guru dan anak tunagrahita
Komunikasi
guru dan anak tunagrahita sangat berperan penting pada tumbuh dan perkembangan
anak. Komunikasi guru dan anak tunagrahita dapat berlangsung ketika mereka
berada di lingkungan sekolah. Melakukan aktivitas biacara membuat mereka
memahami dan mengenali kata atau kalimat. Beberapa anak tunagrahita memiliki
kesulitan atau hambatan berbicara dengan jelas. Sehingga penggunaan bahasa
sangat diperhatikan agar dapat diterima baik oleh mereka. Penggunaan bahasa dan
perbendaharaan kata dan tata bahasa sangat diperlukan.Perbendaharaan kata
artinya pengunaan isyarat atau simbol-simbol yang digambar pada kertas. Tata
bahasa berarti kaidah dalam meletakan kata-kata bersama-sama. Komunikasi
merupakan proses penyampaian informasi pada orang lain, penyampaian informasi
ini bisa menggunakan bahasa, isyarat, dan simbol lainnya.
Komunikasi
sangat penting bagi semua orang termasuk pada anak tunagrahita. Adanya berbagai
hambatan membuat mereka kesulitan dalam
mempelajarai keterampilan berkomunikasi, sehingga sulit berkomunikasi
dengan lingkungan sekitar. Memiliki itelegensi rata-rata dibawah 80,
mempengaruhi kemampuan mereka dalam berbahasa baik menangkap informasi, atau
pun mengucapkannya. Kondisi tunagrahita yang dialami menempatkan mereka
kesulita berkomunikasi secara sederhana, seperti menggunakan tulisan dan ucapan.
Komunikasi yang dilakukan guru dan anak tunagrahita memerlukan peran dari
medium komunikasi yang sederhana sehingga proses pertukaraan pesan dapat
dilakukan seperti penggunaan gambar.
Sistem
berkomunikasi dengan menggunakan gambar pada anak tunagrahita merupakan salah
satu model komunikasi yang dapat digunakan pada saat melakukan komunikasi
anatrpribadi guru dan anak tunagrahita. Beberapa peneliti terdahulu meyakini
bahwa penyampaian informasi menggunakan gambar dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Guru
yang menangani anak penyandang tungrahita sebaiknya, mendorong anak – anak agar
sering berkomunikasi tidak hanya sesuai dengan pelajaran bahasa yang telah
dirancang tetapi juga saat berada diluar lingkungan kelas. Sebagain anak
tunagrahita dapat berkomunikasi dengan
cara yang sama seperti anak lainnya,
hanya saja mereka belajar lebih lambat.
Pada anak
berkebutuhan khusus termasuk anak tunagrahita salah satu sifat yang dimiliki
yaitu meniru(imitasi), dengan
meilihat apa yang dilakukan mereka akan meniru tindakan tersebut. Oleh karena
itu pada saat berkomunikasi dengan anak tunagrahita seorang guru, dihharapkan
menggunakan tindakan-tindakan yang apabila ditiru dapat berpengaruh pada
pembentukan perilaku yang lebih positif.
Jika dilakukan secara berkelanjutan,
maka akan terlihat perkembangan komunikasi antar guru dan anak tungrahita, yang
awalnya sulit berkomunikasi dapat sedikit demi sedikit mulai berkomunikasi
dengan orang sekitar baik itu menggunakan bahasa ataupun isyarat gerakan tubuh.
Perkembangan tersebut, menujukan terbentukannya seorang anak menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar (perilaku adaptif).
2.B.
Konsep
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus merupakan seorang anak yang
pada memiliki perbedaan dengan anak-anak lain pada umumnya.(Yamin dan
sanan,2010:163)
Memiliki
kebutuhan khusus, berarti memerlukan material, metode, dan cara penanganan yang
beda pula dikarena mereka memiliki cara belajar yang berbeda dan juga kecepatan
belajar yang berbeda. Anak berkebutuhan khusus, memiliki potensial dan bakat
walaupun mereka digolongkan sebagai anak yang memiliki ketunaan dan cacat
(Mulyono, 2003 :26)
Penggunaan istilan anak berkebutuhan
khusus,dikarenakan adanya pandang yang lebih luas bagi anak yang memiliki
keberagaman, bukan semata- mata menggantikan anak luar biasa dan penyandang
cacat. Anak berkebetuhan khusus membutuhkan pelayanan yang khusus pula,
agar dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki secara optimal. Menurut klasifikasi dan jenis kelainan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dikelompokan menjadi tiga yaitu;kelainan fisik, kelainan mental, dan
kelainan karakteristik sosial.
Anak
Berkebutuhan khusus memiliki ketunaan yang berbeda-beda, beberapa karakteristik
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) antara lain :
a)
Tunanetra
Penggunaan istilah
tunanetra diperuntukan bagi anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan.
Menurut para ahli, ketunanetraan dikategorikan menjadi tiga yaitu, low vision, buta fungsional, dan buta
buta. Memiliki penglihatan berkisar 20/200 ataupun dibawahnya, seseorang akan
disebut kebutaan legal.
b) Tunarungu
Seseorang yang
memiliki ganggua pada indera pendengaran dikenal dengan sebutan tunarungu.
Ketunaan ini berkaitan dengan seorang anak yang memiliki masalah pada kemampuan
pendengaran.Soemantri mengatakan bahwa jika seseorang kurang mampu mendengar
atau tidak mampu mendengar dikatan sebagai tunarungu. Menurut soemantri,
tunarungu dikategorikan menjadi dua yaitu tuli dan kurang dengar. Seseorang
apabila benar-benar tidak dapat mendengar
dikarenakan adanya masalah pada fungsi
telinga disebut tuli. Sedangkan, seseorang
yang memiliki kerusakan pada organ pendengaraan tetapi masih bisa
mendengar dengan atau tanpa alat bantu disebut kurang dengar.
c) Tunadaksa
Istilah tunadaksa
dipergunakan bagi mereka yang memiliki gangguan motorik. Istila lain yang digunakan bagi penyandang tunadaksa
yaitu anak dengan hambatan gerak. Adanya
kerusakan atau terganggunya pada organ
tulang, otot, sendi , dan bentuk abnormal mengakibatkan tunadaksa.
d) Tunalaras
Anak-anak yang
memiliki masalah pada tingkah laku karena adanya batasan –batasan disebut
tunalaras. Penyebutan anak tunalaras aapabila seorang anak memiliki gangguan
perilaku yang ditunjukan dengan adanya penentakan terhadap norma dan aturan
sosial yang ada di masayarakat, seperti melukai orang lain, mendusri dan
lain-lain.
e) Tunagrahita
Penggunaan istila
tunagraahita diperuntukan bagi anak yang memiliki masalah pada kemampuan
intelegensia.
2.C.Konsep Tentang
Tunagrahita
2.C.1.
Pengertian
Tunagrahita
Tunagrahita merupakan salah satu ketunaan dalam golongan
Anak Berkebutuhan Khusus(ABK). Berkebutuhan khusus, begitu juga dengan bidang
penidikannya.Pendidikan khusus bagi anak tunagrahita dilakukan pada Sekolah
Luar Biasa (SLB). Tunagrahita memiliki berbagai definisi.
Istilah
tunagrahita digunakan bagi anak yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Selain tunagrahita,
istilah lain yang digunakan yaitu hendaya
atau penurunan kemampuan dalam segi kekuatan.kualitas dan juga kuantitas.
Pengertian lain mengenai tunagrahita (mental reterdation) yaitu anak dengan
rendahnya perkembangan. Pada dasarnya seseorang dikatakan penyendang
tunagrahita apabila menunjukan
beberapa indikator penting
seperti; intelegensia anak penyandang tunagrahita berada di bawah rata-rata
anak pada umumnya, mengalami hambatan
dalam penyesuaian terhadap lingkungan, dan
terjadi pada rentang masa perkembangan (usia 0 sampai 18 tahun).
Tunagrahita juga biasa disebut penyandang cacat ganda
artinya memiliki kelainan mental karena kecerdasan terganggu dan juga mengalami
cacat fisik.Namun, tidak semua anak penyandang tunagrahita mengalami cacat
fisik. Secara umum definisi tunagrahita merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki
keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang
membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang
maksimal.
2.C.2.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Memiliki perbedaan
pada tiap individunya, sehingga penyandang tunagrahita juga diklasifikasikan ke
dalam bebebrapa golongan tergantung pada cara pengelompokannya. Berikut
klasifikasi penyandang tunagrahita :
a) Tunagrahita
Ringan
Tingkat kecerdasan IQ mereka berkisar 50-70,kemampuan
pada tingkat ini setara dengan anak kelas 5 SD,mampu membaca dan menulis,juga
mampu bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar
b) Tunagrahita
sedang
Tingkat IQ
mereka berkisar antara 30-50, kemampuan akademik pada tingkatan ini setara
dengan anak kelas 2 SD, mampu melakukan aktivitas mengurus diri sendiri.
c) Tunagrahita
berat dan sangat berat, mereka sepanjang kehidupannya selalu tergantung bantuan
dan perawatan orang lain. Berkomunikasi secara sederhana, mereka memiliki
tingkat kecerdasan IQ kurang dari 30. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Leo
Kanner (amin, 1995:22-24), dan ditinjau dari sudut tingkat pandangan
2.C.3. Faktor
Penyebab Tunagrahita
Seseorang menjadi tunagrahita karena
disebabkan oleh beberapa faktor. Staraus
menyebutkan dua faktor penyebab
seseorang mengalami ketunagrahitaan yaitu endogen dan eksogen. Pertama, faktor
endogen penyebabnya terletak pada sel keturunan.Sedangkan, faktor kedua yaitu
eksogen penyebabnya berasal dari luar seperti, mengalami infeksi, terserang
virus pada otak, benturan keras pada kepala, dan lain-lain. Beberapa faktor
ketunagrahitaan yang sering ditemui, baik berasal dari faktor keturunan maupun
faktor dari luar atau lingkungan :
a)
Faktor Keturunan
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor keturunan yaitu: Kelainan
kromosom dan kelainan gen. Pertama, kelainan kromosom dilihat dari bentuk dan nomornya.dilihat dari
bentuknya berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gene
karena melihatnya kromosom; delesi (kegagalanmeiosis, yaitu salah satu pasangan
tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel).Kedua,
kelainan gen dapat terjadi setelah melakukan imunisasi ,tidak selamnya dapat
dilihat dari luar.
b) Gangguan
Metabolisme
Metabolisme atau gizi merupakan bagian atau faktor yang penting dalam
perkembangn manusia, terutama perkembangan sel-sel yang ada pada otak. Apabila
terjadi kegagalan pada metabolisme atau gizi seseorang dapat menyebabkan
gangguan pada fisik dan mental.
c) Infeksi dan Keracunan
Kondisi ini terjadi pada saat masih berbentuk janin terjangkit dari
penyakit-penyakit. Penyakit yang dimaksut seperti rubella yang dapat
menyebabkan ketunagrahitaan dan gangguan pendengaran.
d) Trauma
dan Zat Radioktif
Adanya trama yang dirasakan menyerang sel-sel
pada otak dan juga zat-zat radioaktif yang menyerang ketika bayi baru saja
dilahirkan tidak menutup ke ungkinan dapat menyebabkan ketunagrahitaan.
e) Masalah
Pada Kelahiran
Terjadinya masalah pada masa kelahirandi sertai hypoxia , dipastikan
pada bayi tersebut akan mengalami kerukan pada
otak dan menjadi kejang, sehingga mengakibatkan ketunagrahitaan.
f) Faktor
Lingkungan
Lingkungan merupan salah satu faktor uga seseorang mengalami
ketunagrahitaan. Adanya pengalaman- pengalaman yang negatif dapat membuat
seseorang mengalami ketunagrahitaan.
2.C.4. Kebutuhan Pendidikan Bagi Anak
Tunagrahita
Menurut Suhaeri HN (1980) menyebutkan
beberapa tujuan pendidikan anak
tunagrahita ialah sebagai berikut :
a) Tujuan
pendidikan bagi anak tunagrahita ringan, bertujuan agar mereka dapat membina
diri mereka sendiri dan dapat bergaul dengan orang lain.
b) Tujuan
pada anak tunagrahita sedang, bertujuan agar meraka dapat mengiurus diri dalam
melakukan hal-hal dasar seperti makan
dan minum, dan juga mereka dapat bergaul dengan orang-orang terdekaat seperti
keluarga dan tetangga.
c) Tujuan
pendidikan pada anak tunagrahita berat, bertujuan agar mereka dapat melakukan
hal-hal sederhana terlebih dahulu.
2.D.
Perilaku
Adaptif Anak Tunagrahita
Berbagai
istilah mengenai perilaku adaptif seperti, kompetensi sosial, kapasitas adaptif,
dan ketepatan menyesuaikan diri.Adanya berbagai istilah tersebut, tetapi tetap
mengacu pada kemampuan dalam menyesuaikan diri.
Perilaku adaptif suatu kemampuan seseoarang dalam mengatasi keadaan yang
terjadi dalaam masyarakat dan lingkungan. Dikatakan seseoarang mengalami
hambatan perilaku adaptif apabila;1)
Perkembangan atau Maturation 2) kemampuan belajar atau learning capacity 3) Penyesuaian perilaku sosial termasuk kebebasan pribadi dan rasa
tanggungjawab.(Sloan & Birch) Setiap manusia harus bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar, sehingga perilaku adaptif tidak hanya dibutuhkan
oleh anak tunagrahita tapi juga oleh anak pada umumnya.
Hambatan perilaku adaptif yang
dialami oleh seorang anak tunagrahita dikarenakan kemampuan intelektual yang
rendah, sehingga sulit mengartikan arti dari norma-norma atau aturan yang
berlaku di lingkungaan. Selain keluarga
yang merupakan lingkungan terkecil
melatih anak tunagrahita dalam perilaku adaptif, lingkungan pendidikan
atau sekolah juga sangat berperan aktif. Perilaku adaptif hendaknya dapat
berfokus pada kebutuhan sehari-hari anak tunagrahita.Fokus perilaku adaptif
meliputi perkembangan fisik, komunikasi, keterampilan sosial, menolong diri dan
masih banyak lagi.
Oleh karena itu, anak tunagrahita perlu mengenal perilaku adaptif dan
juga sedini mungkin mampu dibentuk perilaku adaptifya.
2.E.
Konsep Program Pembelajaran Individual
Program pembelajaran individual ( PPI) merupakan bentuk
pembelajaran yaang difokuskan pada kompentensi peserta didik baik untuk
kemampuan maupun kelemahan. Tiga komponen pertama yang berkaitan dengan PPI
yaitu : 1). Tingkat prestasi atau kemampuan,2). Sasaran program tahunan,dan 3).
Sasaran jangka pendek. Sasaran utama dari program pembelajaran individual ini
yaitu sasaran jangka panjang atau sasaran tahunan. Sesuai dengan sasaran yang
ingin dicapai oleh karena itu, tugas-tugas yang diberikan kepada anak didik
diusahakan menggarah pada perkembangan anak tersebut.
Beberapa kompponen yang masuk dalam program
pembelajaran individual yaitu : deskripsi kemampuan awal, tujuan jangka
panjang, dan tujuan jangka pendek.
Proses pembuatan PPI harus mengikutsertakan semua pihak yang berkaitan
dengan peserta didik.
2.F.
Konsep Teori Pembelajaran Behaviorisme
Menurut Reigeluth dalam teori pembelajaran terdapat tiga
variabe yaitu variabel kondisi, variabel metode , dan variabel hasil belajar.
Komponen- komponen tersebut menjadi satu kesatuan sehingga dapat dikatakan
bahwa pembelajaran merupakan proses perkembangan situasi belajar melaui
pelaksanaan tujuan pembelajaran seperti metode, media, waktu dan materi yang tujuannya ialah pencapaian hasil belajar
anak.
Salah satu teori
pembelajaran yang dapat dilakukan guru dan peserta didik, yang dapat
dikembangan yaitu teori belajar
behaviorisme atau tingkah laku. Pada teori
ini, prinsip utamanya yaitu faktor rangsangan (stimulus), respon, serta
penguatan. Seseorang dianggap telah belajar apabila adanya perubahan tingkah
laku seperti dari tidak bisa membaca menjadi bisa membaca. Hal ini juga terjadi
pada anak tunagrahita, penerapan teori ini dilihat rangsangan atau stimulus yang dinberikan seorang guru
mendapat respon dari sasaran yaitu anak tungrahita. Perubahan perilaku akan
terjadi apabila teori belajar ini diterapkan dengan baik.
2.G. Konsep Teori Adaptasi
Interaksi
Teori Adaptasi Interaksi merupakan teori yang
dikembangkan oleh Judee Burgoon, Lesa Stern, dan Leesa
Dillman. Pengembangan teori ini dikarenak mereka tertarik pada cara satu samaa
lain dalam pasangan beradaptasi. Terdapat lima konsep dasar dalam teori
adaptasi interaksi ini, antara lain :
1) Persayaratan
Salah satu faktor
yang merupakan bagian dari kebutuhan dasar biologis manusia. Konsep dasar ini,
berkaitan dengan keamanan dan kelangsungan hidup manusia ataau individu.
2)
Harapan
Konsep
dasar harapan berkaitan dengan perilaku komunikasi ditentukan konteks dan
dipengaruhi lingkungan sosial.
3)
Keinginan
Konsep
dasar keinginan merupakan tujuan khusus
seseorang dalam melakukan interaksi yang menggambungkan suasana hati,
kepribadian, dan variabel perbandingan manusia.
4)
Posisi Interaksi
Posisi
interaksi meliputi perilaku individu maupun orang lain dalam
berinteraksi.menurut Burgon, jika seseorang memiliki posisi interaksi apabila
mulai berkomunikasi dengan orang lain.
5)
Perilaku Aktual
Berkaitan
dengan apabila berinteraksi maka dilihat perilaku individu tersebut.
Pada
teori adaptasi interaksi, posisi inetraksi seseorang dan perilaku aktual
menetukan pola interaksi diadik itu sendiri. Menurut teori adaptasi interaksi, seseorang
cendrung memberikan bentuk tanggapan kepada orang lain dengan membalas perilaku
individu tersebut.
2.H. Konsep Teori Interaksionisme Simbolik
Manusia selalu melakukan kegiatan interaksi dengan
manusia lainnya. Melakukan interaksi menggunakan simbol-simbol, baik tu secara
verbal maupun nonverbal. Penggunaan simbol-simbol atau isyarat-isyarat memiliki
makna yang hanya dapat dipahami oleh anggotanya saja, dengan kata lain dalam
kegiatan interaksi yang sedang berlangsung. Adanya maknaa atau arti pada saat
interaksi berlangsung dapat berpengaruh
pada individu dalam hal berprilaku ataupun bertingkah laku.
Interaksionisme simbolik merupakan suatu proses perilaku orang lain dapat dibentuk dan diatur seseoarang. Penggunaan teori interaksionisme dalam penelitian ini dapat membantu pada saat melakukan analisis penelitian. Menurut Herbert Blumer, ide dasar dari teori interaksionisme simbolik adalah: 1) Manusia bertindak atau bersikap terhadap orang lain dilandasi atas pemaknaan kepada orang lain; 2) Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara manusia; 3) Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Fokus dari pendekatan teori ini yaitu pada penggunaan simbol baik itu gerak tubuh, kata-kata, nilai dan norma saat melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Makna dari simbol dapat dipahami apabila mereka memiliki interpretasi yang sama mengenai simbol tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar