Kamis, Desember 15, 2022

PEMANFAATAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMBANGUN BRAND IMAGE DALAM MENINGKATKAN MINAT KUNJUNGAN DI ERA PANDEMI

 



PEMANFAATAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA UNTUK MEMBANGUN BRAND IMAGE DALAM MENINGKATKAN MINAT KUNJUNGAN DI ERA PANDEMI


A.    Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami perkembangan yang pesat. Dengan adanya perkembangan teknologi, hampir seluruh kehidupan manusia dipengaruhi oleh teknologi canggih, termasuk dalam kegiatan berkomunikasi. Dapat dilihat saat ini, betapa mudahnya seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain hanya dengan melalui teknologi yang semakin baik. Nuryanto dalam bukunya mengatakan, perkembangan yang terjadi juga dikarenakan meratanya teknologi informasi dan komunikasi di kalangan masyarakat (Nuryanto, 2012).

Sebagai dampak dari kemajuan teknologi, saat ini banyak media-media yang digunakan sebagai alat komunikasi. Media-media tersebut, dapat dikatakan sebagai media baru, dikarenakan penggunaan media tersebut didukung dengan jaringan internet, bahkan mudah dan praktis dalam penggunaannya. Dikatakan praktis karena hanya dengan menggunakan satu media, dapat melakukan berbagai kegiatan seperti berkomunikasi bahkan berbagi informasi. Contoh media baru atau juga disebut sebagai media sosial yang saat ini paling banyak digunakan adalah, seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, dan Whatsapp. Hal tersebut juga sesuai dengan laporan terbaru dari agensi marketing We Are Social dan platform manajeman media sosial Hootsuite pada awal tahun 2020, bahwa kelima media sosial tersebut, merupakan media sosial popular di Indonesia dengan urutan teratas yaitu Youtube, lalu disusul oleh Whatsapp, Instagram, Facebook, lalu Twitter (Stephanie, 2021).

Dengan adanya perkembangan teknologi dan munculnya media baru, maka kondisi saat ini dapat membedakan bagaimana kehidupan masyarakat pada masa sebelumnya dan masa kini ketika melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi dapat digambarkan seperti berbagi kabar, saling memberikan informasi satu dengan yang lain, ataupun sekadar berbincang.  Dahulu, teknologi tidak secanggih saat ini dan media untuk berkomunikasi hanya berupa surat dengan waktu pengiriman yang lama adapun telepon umum, dengan penggunaanya yang terbatas waktu. Namun saat ini, hanya dengan membawa smartphone dan memiliki sebuah media sosial, seseorang dapat berkomunikasi sekaligus mendapat dan berbagi informasi dengan mudah, dan dimana saja tanpa ada batas waktu.

Kenyataannya saat ini, kemajuan teknologi mempengaruhi beberapa sektor kehidupan, Salah satunya adalah sektor bisnis. Banyak bisnis ataupun perusahaan besar yang saat ini memanfaatkan media baru sebagai alat untuk berkomunikasi dan berbagi informasi. Media baru atau media sosial yang paling banyak digunakan dalam sektor bisnis saat ini adalah Instagram. Instagram sendiri saat ini menjadi salah satu media sosial visual terbesar, dengan memiliki pengguna aktif lebih dari satu miliar perbulan (Ariyanti, 2020). Berdasarkan survei yang juga dilakukan oleh Hootsuite pada bulan Januari 2018, Indonesia merupakan negara dengan pengguna Instagram terbanyak dibawah Amerika dan Brazil (Ariansyah dan Maharani, 2020).

Sebagai contoh perusahaan yang saat ini menggunakan Instagram dalam aktivitas bisninya, adalah PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk atau yang biasa dikenal dengan perusahaan Sido Muncul. Sido Muncul telah berdiri sejak tahun 1975, dengan produknya yang terkenal yaitu Tolak Angin. Pada tahun 2019, Sido Muncul memiliki target yaitu menumbuhkan dua digit dari segi penjualan dan laba bersih di tahun berikutnya. Target tersebut muncul dikarenakan adanya prospek positif dari penjualan jamu, yang dikarenakan saat ini banyak masyarakat yang lebih menyukai produk-produk berbahan alami. Karena hal itulah, Sido Muncul mengambil peluang tersebut dengan mencoba menggandeng influencer, blogger, youtuber untuk memperkuat brand awareness. Upaya tersebut memanfaatkan media sosial seperti Instagram untuk lebih dekat dengan konsumen muda (Julian, 2019).

Dengan banyaknya pengguna media sosial Instagram, maka Instagram dinilai mampu menjadi salah satu media berkomunikasi yang baik, praktis, dan dapat menjangkau khalayak yang lebih luas. Kehadiran media sosial juga dimanfaatkan dalam aktivitas public relations untuk membangun hubungan dengan publiknya, seperti dalam berkomunikasi ataupun berbagi informasi. Proses komunikasi dengan menggunakan media sosial, untuk saat ini merupakan hal yang paling penting dalam aktivitas public relations. Dalam praktiknya, melakukan kegiatan komunikasi melalui media sosial juga membutuhkan strategi yang tepat. Seorang PR harus dapat mengenali karakter khalayak terutama bagi khalayak yang ingin dijangkau, selain itu juga perlu menentukan media sosial apa yang digunakan, serta mengetahui informasi apa yang saat ini dibutuhkan oleh khalayak.

Terlebih dimasa saat ini bagaimana seluruh dunia bahkan Indonesia mengalami masa pandemi yang terjadi karena Covid-19, secara perlahan Indonesia mencoba untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi, dan menyebutnya sebagai era new normal. Dalam masa pandemi bahkan masa new normal, seorang public relations dituntut untuk membuat strategi komunikasi dimana setiap informasi yang disampaikan harus akurat, berdasarkan data, berdasarkan kondisi, dan dapat dipertanggungjawabkan (Suryanto, 2020). Dengan memiliki strategi komunikasi yang tepat dan baik, tentunya akan membantu dalam menjaga reputasi dan dapat membangun brand image (citra positif) dikalangan publik dari sebuah bisnis ataupun instansi.

Sejak adanya pandemi, kondisi dalam sektor bisnis mulai tergoncang dan salah satunya adalah bisnis pariwisata yang ada diberbagai daerah. Seperti Bali, yang merupakan salah destinasi wisata terkenal di Indonesia juga ikut terdampak pandemi. Pandemi menyebabkan sektor pariwisata di Bali mengalami penurunan pada tingkat kunjungan. Selain itu, melemahnya sektor pariwisata juga membuat Bali mengalami ketepurukan pada pendapatan daerah. Tidak hanya di Bali, melemahnya sektor pariwisata juga dirasakan oleh beberapa destinasi wisata di Jawa Timur terutama yang ada di Kota Batu. Seperti yang diketahui, bahwa Kota Batu merupakan Kota Wisata dengan 30 destinasi wisata per tahun 2019 (Badan Pusat Statistik, 2019). Di Kota Batu, banyak tempat wisata yang harus berhenti beroperasi dikarenakan larangan pemerintah, dengan tujuan untuk menghindari penyebaran virus covid-19. Salah satu bisnis pariwisata yang terdampak pandemi, adalah Kusuma Agrowisata yang telah memiliki nama besar sebagai tempat wisata di Kota Batu.

PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (atau yang lebih dikenal dengan nama Kusuma Agrowisata), merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pariwisata di Kota Batu, khususnya dalam bidang agrowisata. Selain menyediakan konsep agrowisata, Kusuma Agrowisata menyediakan fasilitas berupa penyediaan kamar, ruang pertemuan, makanan, dan minuman, yang kemudian dikenal sebagai Kusuma Agrowisata Resort and Convention Hotel.

Kusuma Agrowisata didirikan pada tahun 1989 oleh Ir Edy Antoro dan telah berkiprah selama 31 tahun pada pariwisata di Kota Batu. Sekalipun Kusuma Agrowisata merupakan tempat wisata yang tergolong cukup lama berdiri, namun Kusuma Agrowisata juga tidak dapat menghindar dari dampak pandemi. Sebagai upaya untuk mempertahankan bisnis dalam kondisi yang tidak menentu seperti saat ini, banyak hal-hal baru yang dimunculkan ataupun dikenalkan kepada masyarakat. Salah satunya seperti spot foto, ataupun tempat nongkrong dengan pemandangan pegunungan Kota Batu yang indah dimana, tempat semacam itu banyak digemari oleh anak muda. Kusuma Agrowisata membuat sebuah tempat tujuan dengan tema yang baru, serta dengan sebuah harapan dapat lebih menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke Kusuma Agrowisata meski dalam kondisi pandemi. Namun di era saat ini, seorang public relations dari sebuah perusahaan pun harus memiliki strategi yang tepat.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa saat ini memanfaatkan media sosial seperti Instagram merupakan pilihan yang tepat dikarenakan hampir seluruh masyarakat telah menggunakan Instagram. Termasuk Kusuma Agrowisata yang memanfaatkan Instagram untuk mengenalkan apa saja yang ada di Kusuma Agrowisata, serta hal baru apa yang layak untuk dicoba oleh masyarakat. Tidak hanya itu, Kusuma Agrowisata juga memanfaatkan Instagram sebagai media membangun brand image untuk mendapatkan kesan positif di mata masyarakat, sehingga masyarakat merasa tertarik untuk berkunjung. Menurut Rita (2018) dalam artikelnya, bahwa membangun brand image dapat menguntungkan suatu perusahan, karena konsumen juga secara tidak sadar dapat menjadi seperti seorang public relations yang dapat merekomendasikan ataupun memberikan informasi terkait suatu produk kepada orang lain.

Saat ini pun, menjadi seorang public relations dalam sebuah perusahaann juga dapat menjadi tanggung jawab dari seluruh karyawan perusahaan. Seluruh karyawan memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan informasi kepada khalayak terkait perusahaannya. Hal tersebutlah yang terjadi pada Kusuma Agrowisata dimana, media sosial yang biasa dikelola oleh seorang public relations justru dipegang oleh divisi IT. Namun hal tersebut tidak menghambat aktivitas public relations untuk berkomunikasi dan berbagi informasi. Dan juga pemanfaatan media sosial untuk membangun brand image sebelum pandemi tentunya berbeda. Dapat dilihat dari setiap konten, foto, ataupun video yang diunggah pada akun Instagram Kusuma Agrowisata, yaitu @agrowisata.

Sebelum pandemi, yang dilakukan Kusuma Agrowisata sebagai salah satu upaya menarik minat pengunjung dengan memanfaatkan Instagram adalah dengan mengunggah kembali (repost) foto atau video dari pengunjung yang telah berwisata di Kusuma Agrowisata, serta menggungah poster sebuah acara yang dilakukan di Kusuma Agrowisata seperti acara menyambut tahun baru dengan sebuah keterangan (caption) yang menarik. Namun saat ini ketika pandemi, Kusuma Agrowisata memiliki sesuatu yang berbeda untuk dapat menarik minat pengunjung. Dengan memanfaatkan Instagram, Kusuma Agrowisata memilih untuk menggunggah beberapa poster terkait diskon, dan ada juga beberapa foto ataupun video yang bertujuan untuk memperkenalkan beberapa spot foto baru, serta menambahkan caption yang menarik seperti mengajak masyarakat untuk datang ke Kusuma Agrowisata, dikarenakan ada potongan harga dan spot foto baru serta mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan.

Dengan menggungah sesuatu yang menarik, merupakan langkah Kusuma Agrowisata untuk membangun citra positif, serta diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berwisata ke Kusuma Agrowisata. Maksud dari meningkatkan minat kunjungan sendiri adalah dimana melalui unggahan yang ada di Instagram Kusuma Agrowisata, masyarakat memiliki keinginan untuk berwisata ke Kusuma Agrowisata. Terutama di era pandemi saat ini, masyarakat hanya berada di rumah dan membutuhkan sesuatu yang baru sebagai hiburan maka melalui setiap unggahan yang ada, Kusuma Agrowisata berupaya untuk memancing hasrat masyarakat untuk berwisata sekaligus menaikkan jumlah wisatawan.

Atas dasar inilah topik ini menjadi salah satu topik yang menarik, karena membahas mengenai bagaimana sebuah perusahaan memanfaatkan media baru untuk mendapatkan kesan yang positif di mata masyarakat hingga nantinya masyarakat tertarik terhadap apa yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Terutama dalam situasi era pandemi saat ini, masyarakat membutuhkan sesuatu yang lebih menarik dengan disertai dengan informasi yang jelas selain itu juga dikarenakan masyarakat saat ini banyak menggunakan Instagram sebagai media informasi apakah suatu tempat tersebut menarik untuk dikunjungi. Untuk itulah penelitian ini ingin mengetahui bagaimana Kusuma Agrowisata memanfaatkan Instagram untuk membangun brand image dalam meningkatkan minat kunjungan.

A.    Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah, “Bagaimana pemanfaatan Instagram sebagai media membangun brand image untuk meningkatkan minat kunjungan?”

B.     Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan media sosial Instagram yang dilakukan oleh Kusuma Agrowisata di masa pandemi untuk meningkatkan minat kunjungan.

C.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pemanfaatan media sosial sebagai media membangun brand image, serta diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di bangku perkuliahan.

2.      Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai media referensi dan tukar pikir oleh pihak Kusuma Agrowisata, sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana pemanfaatan Instagram sebagai media untuk membangun brand image dalam meningkatkan minat kunjungan wisatawan terutama saat era pandemi serta dapat menjadi pertimbangan untuk pihak Kusuma Agrowisata dapat lebih mengembangkan penggunaan Instagram melalui konten-konten yang diunggah, ataupun melalui fitur-fitur yang tersedia di Instagram.


KERANGKA DASAR TEORI

 

A.    Konsep Strategi Komunikasi

Komunikasi merupakan kegiatan untuk saling memahami atau mengerti suatu pesan antara komunikator dan komunikan, yang biasanya diakhiri dengan suatu hasil yang disebut sebagai efek komunikasi. Kegiatan komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna dalam setiap pesan yang disampaikan. Dalam kegiatan komunikasi, tidak hanya sekedar memberikan sebuah informasi tetapi juga terdapat kegiatan persuasif. Yang artinya, suatu kegiatan komunikasi dilakukan dengan cara membujuk dan bertujuan agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan sehingga munculah tindakan yang sesuai dengan yang diharapkan oleh pemberi pesan atau komunikator (Caropeboka, 2017).

Sedangkan menurut Effendy dalam Kurnia (2020), strategi sendiri adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Kata strategi juga mengandung pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut dengan hal-hal dengan mampu atau tidaknya suatu organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau luar (Soemirat dan Ardianto, 2017). Maka, secara sederhana strategi adalah langkah-langkah atau sebuah cara yang disusun sedemikian rupa untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam sebuah organisasi, untuk dapat bertindak secara strategis harus menyatu dengan visi dan misi organisasi tersebut (Soemirat dan Ardianto, 2017). Kurnia (2020), mengatakan strategi dirumuskan sebagai rencana yang komprehensif yang menyatakan bagaimana suatu organisasi dapat mencapai misi dan tujuannya. Disebut rencana komprehensif karena dalam penyusunannya mengkaji lingkungan strategis, dimana lingkungan strategis adalah lingkungan yang mempengaruhi organisasi yaitu, seperti:

a.       Lingkungan Internal, yaitu lingkungan di dalam organisasi yang biasanya mencakup struktur dan kultur serta sumber daya perusahaan.

b.      Lingkungan Eksternal, yaitu lingkungan di luar organisasi yang mempengaruhi perusahaan.

Dalam proses penyusunan rencana komprehensif, biasanya juga melakukan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Treat) yaitu untuk memetakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Pada dasarnya kekuatan dan kelemahan itu ada pada lingkungan internal, sementara peluang dan ancaman ada pada lingkungan eksternal. Dalam rencana komprehensif bisa saja dirumuskan strategi untuk menggunakan kekuatan guna memanfaatkan peluang yang ada (Kurnia, 2020).

Maka dapat dikatakan, untuk mencapai tujuan dari komunikasi tentunya dibutuhkan sebuah strategi komunikasi yang tepat. Dapat dijelaskan bahwa strategi komunikasi sendiri merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan dan berhubungan yang sistematis, dilakukan secara taktis yang memungkinkan pemahaman tentang khalayak yang dituju, mengidentifikasi saluran yang efektif, dan mengembangkan serta mempromosikan ide-ide dan pendapat melalui saluran tersebut untuk mempertahankan jenis perilaku tertentu (Tatham, 2008). Berdasarkan pengertian tersebut, strategi komunikasi merupakan sebuah alat atau cara untuk mencapai tujuan komunikasi serta membutuhkan sebuah perencanaan yang tepat.

Dalam buku karya Cangara (2013), Middleton menyatakan bahwa startegi komunikasi adalah kombinasi terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media) penerima, sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal (Temaluru, 2021). Menurut Machfoesdz dalam Muntiani (2018), untuk menentukan strategi komunikasi ada tahapan dalam mengembangkan komunikasi yang efektif dimulai dari penetapan target, penetapan respon yang diinginkan, memilih pesan, memilih media yang akan digunakan, memilih sumber pesan, dan menghimpun umpan balik. Dalam memilih sumber pesan diharapkan dapat tepat sesuai dengan keperluan sehingga dapat mempersuasi khalayak.

Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Laswell melalui pertanyaan-pertanyaannya, yaitu (Mulyana, 2016):

a.       Who? (siapa komunikatornya?)

b.      Says what? (pesan apa yang disampaikan?)

c.       In which channel? (media apa yang digunakan?)

d.      To whom? (siapa komunikannya?)

e.       With what effect? (efek apa yang diharapkan?)

Dalam membuat strategi komunikasi, juga tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Dalam tulisannya, Kurnia (2020) menyebutkan beberapa langkah-langkah dalam menyusun strategi komunikasi agar komunikasi dapat berjalan secara efektif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan strategi komunikasi adalah sebagai berikut:

a.       Identifikasi target khalayak

Pada langkah ini, atau yang biasanya disebut dengan pemetaan pemangku kepentingan dari organisasi, perlu dibedakan apakah khalayak yang akan dihadapi sifatnya perorangan atau kelompok. Dikarenakan, menghadapi khalayak yang sifatnya perorangan dan kelompok akan sangat berbeda. Artinya mengelola khalayak perorangan akan lebih mudah.

b.      Menetukan tujuan

Dalam langkah ini, seorang perencana diminta untuk menetapkan tujuan yang ingin dicapai setelah ada gambaran yang diperoleh dari hasil pemetaan target sasaran yang dilakukan pada langkah pertama.

c.       Menetukan pesan

Dengan memahami khalayak atau target dan tujuan yang ingin dicapai, maka seseorang perencana komunikasi harus dapat memilah pesan apa yang sesuai berdasarkan pengetahuan, kebutuhan, dan pengalaman khalayak yang akan menjadi target komunikasi.

 

 

d.      Memahami target

Dalam langkah ini diperlukan tindakan untuk mencapai setiap khalayak, seperti apa yang diinginkan khalayak, apakah ada perubahan sikap dan perilaku dari khalayak, serta adakah hal pendukung yang membuat khalayak ingin melalukan sesuatu sesuai dengan tujuan organisasi.

e.       Memilih media yang tepat

Sebelum memilih media, diharuskan mengetahui atau mendapatkan informasi terkait lapangan yang telah dipetakan, seperti apakah khalayak yang dituju memiliki media seperti media sosial dan apakah media sosial yang digunakan oleh khalayak.

f.        Membuat perencanaan komunikasi

Langkah yang terakhir adalah membuat perencanaan komunikasi untuk ditindaklanjuti. Sebuah perencanaan harus memberikan gambaran lebih jauh, dan dengan perencaan yang pantas tentunya dapat melakukan dan memperhitungkan tindakan yang akan diambil (Soemirat dan Ardianto, 2017).

B.     Instagram Sebagai Media Membangun Brand Image

Dalam aktivitasnya, seorang public relations dituntut memilliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menjadi seorang yang dapat mengatur program kerja dengan sebuah strategi komunikasi yang baik. Menurut Cutlip dan Center ada tahapan proses yang menjadi acuan untuk menyusun strategi komunikasi, adapun tahapan proses tersebut sebagai berikut (Temaluru, 2021):

1.      Mendefinisikan masalah atau peluang

Pada tahap pertama ini, seorang PR harus mengetahui terlebih dahulu apa yang sedang terjadi dengan melakukan penyeledikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak terkait dan keterikatannya dengan kebijakan dan kepentingan perusahaan. Tahap ini merupakan fungsi inteligen perusahaan yang menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses ini dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”.

2.      Perencanaan dan Pemrograman pada tahapan selanjutnya, praktisi PR harus membuat keputusan tentang program yang akan dibuat dengan menentukan strategi dan tindakan yang akan diambil dalam tahapan selanjutnya. Dalam tahap ini, praktisi PR perusahaan harus dapat membuat perencanaan dan mempertimbangkan temuan-temuan serta poin yang terdapat pada tahap sebelumnya untuk dapat mulai diolah dan selanjutnya dibuat perencanaan strategi yang baik yaitu “Berdasarkan apa yang kita ketahui mengenai situasi, apa yang harus dilakukan?”.

3.      Mengambil Tindakan dan Berkomunikasi

Tahapan ketiga dimana praktisi PR melakukan sebuah perencanaan strategi berdasarkan analisis yang telah dilakukan di tahapan sebelumnya. Hal ini mencakup pembuatan strategi tujuan perusahaan untuk mengambil tindakan dan melakukan kegiatan komunikasi. Dalam tahap ini, seorang praktisi PR mulai menjalankan kegiatan komunikasi dalam strategi yang telah dibuat untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing publik dalam rangka mencapai tujuan program. Hal ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana kita melakukannya dan kapan kita akan mengatakannya?”.

4.      Mengevaluasi Program

Tahapan terakhir, setelah tahapan implementasi, penting untuk meninjau kembali keseluruhan strategi yang digunakan dengan meng-evaluasi program. Pada tahapan terakhir ini, seorang praktisi PR mengadakan penilaian terhadap hasil-hasil dari kegiatan yang sudah dilakukan. Evaluasi ini mencakup tinjauan kembali dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana keberhasilan program terlaksana dengan menjawab pertanyaan “Seberapa baik langkah yang telah dilakukan?”.

Saat ini dalam praktik kerjanya, seorang PR dapat memanfaatkan teknologi ataupun media sosial sebagai media dalam menjalankan strategi komunikasi tanpa harus bertemu dengan khalayak. Banyak perusahan atau organisasi yang saat ini sedang mengembangkan diri dengan mencoba berbagai media sosial yang ada untuk menjangkau publik yang luas, berkomunikasi dengan publiknya, hingga dalam upaya membangun brand image untuk menarik perhatian publik. Adapun media sosial yang saat ini digunakan oleh perusahaan atau organisasi untuk menjalankan strategi komunikasinya adalah seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, dan juga Instagram yang saat ini menjadi media komunikasi yang banyak digunakan oleh publik. Langkah penyampaian informasi dengan menggunakan media seperti itulah, yang disebut dengan cyber public relations (Hidayat, 2014).

Media sosial Instagram sendiri merupakan layanan aplikasi berbagi foto dan video serta memfasilitasi penggunanya untuk mengambil, mengedit, serta menyebarkan foto dan video. Namun, tujuan dari media sosial Instagram ini tidak hanya untuk sebuah aplikasi foto dan video, melainkan sebuah konsep atau cara baru untuk berkomunikasi melalui sebuah foto dan video (Dewi, 2020). Instagram juga banyak digunakan oleh perusahaan atau organisasi sebagai media dalam membangun brand image untuk dapat menarik perhatian dari para targetnya. Instagram memiliki berbagai fitur yang dapat digunakan oleh penggunanya untuk melakukan aktivitas komunikasi yang lebih interkatif, seperti:

a.       Menggungah foto dan video

Instagram merupakan media sosial yang yang memiliki kekuatan melalui gambar ataupun video yang diunggah. Fitur ini biasa disebut sebagai feed Instagram, dan sebagai fitur yang cocok untuk membangun brand image karena setiap gambar atau video yang telah diunggah, tidak akan hilang kecuali pengguna Instagram tersebut yang menghapusnya (Sas Digital, 2020).

b.      Pengikut (followers)

Pengikut adalah setiap orang yang memiliki akun media sosial Instagram dan mengikuti akun media sosial Instagram milik orang lain. Dalam fitur ini, memungkinkan untuk setiap pengguna Instagram dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi.

 

c.       Caption

Caption adalah keterangan yang diberikan pada sebuah foto atau video yang diunggah. Dalam memberikan caption, harus dipastikan bahwa caption tersebut menarik dan mampu menjelaskan maksud dari gambar atau video yang diunggah.

d.      Komentar dan suka (like)

Komentar merupakan sebuah fitur yang dapat digunakan oleh pengguna Instagram untuk memberikan komentar pada sebuah unggahan. Sedangkan fitur suka (like) yang biasa berupa simbol hati, merupakan salah satu fitur yang dapat digunakan jika menyukai sebuah unggahan.

e.       Arroba (@)

Arroba atau yang direpresentasikan dengan tanda (@), merupakan fitur yang dapat digunakan oleh para pengguna untuk melakukan interaksi dengan pengguna lainnya dengan menggunakan tanda (@) yang diikuti dengan nama dari akun Instagram pengguna yang dituju (Irfan dan Anastasya, 2020).

f.        Hastags

Hastags adalah tanda pagar (#) yang memudahkan pengguna untuk mengelompokkan gambar atau video. Hastags juga mempermudah pengguna untuk mencari sesuatu yang diinginkan dengan kata kunci tertentu (Dewi, 2020).

g.      Live Instagram

Live Instagram adalah sebuah fitur yang dapat digunakan untuk melakukan siaran langsung terhadap apa yang sedang dilakukan oleh penggunanya.

h.      Direct message

Direct Message adalah sebuah fitur yang digunakan untuk mengirim pesan secara pribadi kepada pengguna lainnya.

i.        Instagram story

Instagram story sendiri merupakan fitur untuk mengunggah foto atau video dalam 15 detik dan hanya bertahan 24 jam saja (Dewi, 2020). Para pengguna dapat berbagi foto atau video kepada pengguna lainnya dengan menggunakan efek atau filter yang menarik. Selain itu ada juga fitur lain seperti QnA atau fitur tanya jawan, polling, dll (Irfan dan Anastasya, 2020).

j.        Instagram TV (IGTV)

IGTV merupakan fitur Instagram yang memperbolehkan pengguna mengupload video dengan durasi lebih panjang. Fitur ini bisa dibilang merupakan salah satu cara yang bisa dimanfaatkan oleh para influencers, brands, dan pengguna Instagram untuk membuat video bagi pengikut mereka. Fitur tersebut dibuat dengan format yang sama dengan Instagram story, bedanya hanya ada di durasi video. IGTV akan mempunyai format vertikal dan dapat mengunggah video berdurasi 10 menit, bahkan akun yang lebih besar dapat menggungah video sampai 1 jam (Ashari, 2021).

Menurut Irfan dan Anastasya (2020) dalam bukunya yang berjudul Optimalisasi Instagram Sebagai Media Merketing, Instagram juga memiliki beberapa fitur yang mendukung untuk kegiatan bisnis, yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha. Berikut fitur-fitur yang dapat digunakan untuk kegiatan bisnis, yaitu:

a.       Advertising on Instagram

Fitur ini berfungsi untuk membuat serta menampilkan konten promosi pada halaman utama Instagram. fitur ini membutuhkan biaya yang tergolong murah bagi para pelaku usaha. Dengan adanya fitur ini, banyak orang yang melihat akun Instagram serta produk apa saja yang diperjual belikan oleh pelaku usaha yang memasang iklan.

b.      Linking Accounts

Fitur ini berguna untuk menautkan beberapa akun media sosial ke akun Instagram yang dimiliki. Akun media sosial lainnya yang dapat ditaukan, misalnya Facebook dan Twitter. Hal ini dapat mempermudah suatu usaha dalam menjalankan social media marketing, sebab unggahan pada Instagram juga dapat terunggah secara otomatis pada akun media sosial lain yang sudah tertautkan.

c.       Instagram Business Tools

Fitur Instagram business tools terdiri dari dua fitur, yaitu business profile dan shopping on Instagram. Business profile merupakan fitur yang menghubungkan akun Instagram dengan halaman bisnis Facebook. Dengan profil bisnis, pelaku usaha mendapatkan insight mengenai para pengikut dan respon terhadap unggahan, mempromosikan konten yang telah diunggah, dan memungkinkan menambahkan informasi-informasi penting pada profil Instagram seperti alamat bisnis dan info kontak. Sedangkan fitur shopping on Instagram merupakan fitur yang menyediakan etalase yang menarik bagi para pelaku usaha sehingga calon konsumen atau konsumen tetap dapat mengeskplor produk para pelaku usaha dengan sekali tekan.

d.      Branded content on Instagram

Fitur ini mempermudahkan para pembuat konten (content creator) untuk mengkomunikasikan kerja sama antara mereka dengan sebuah bisnis. Para kreator yang memiliki akses ke fitur branded content akan menerima pemberitahuan dalam akun Instagram dan pemberitahuan ini dimaksudkan untuk mempermudah penggunaan tanda “paid partnership with” dan mengedukasi komunitas menengai fitur branded content di Instagram.

C.    Brand Image

1.      Pengertian Brand Image (Citra Merek)

 Dalam penelitian ini, akan membahas mengenai brand image (citra merek) yang menurut Rita (2008), brand image merupakan persepsi masyarakat terhadap sebuah perusahaan atau produk. Citra yang baik tentang suatu produk akan menguntungkan perusahaan. Menurut Setiadi dalam Mulyadi dan Zuhri (2020), bahwa citra merek mengacu pada skema memori akan sebuah merek yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan penggunaan, situasi, para pengguna, dan karakteristik pembuat dari produk atau merek tersebut.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, brand image juga dapat dikatakan sebagai kesan dari sebuah merek. Sebagai contoh, sebuah perusahaan akan berusaha untuk untuk membangun brand image yang artinya perusahaaan tersebut sedang membangun sebuah kesan positif di mata masyarakat. Seperti yang dikatakan sebelumnya, ketika perusahaan memiliki citra ataupun kesan yang baik dan menarik, maka akan sangat menguntungkan perusahaan tersebut serta masyarakat akan selalu ingat terhadap perusahaan tersebut.

Menurut Rosalina dalam Firmansyah (2019), dalam proses pengembangan brand image harus diketahui bahwa merek yang kuat memiliki identitas yang jelas. Konsumen umumnya menginginkan sesuatu yang unik dan khas yang berhubungan dengan merek. Ketidakcocokan brand image dengan harapan konsumen akan memberikan kesempatan pada pesaing. Dalam bukunya, Firmansyah (2019) menyampaikan bahwa Brand image yang kuat, terbetuk dari tiga unsur, yaitu:

a.       Favorability of brand association

Keunggulan asosiasi merek dapat membuat konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh suatu merek dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga menciptakan sikap yang positif terhadap merek tersebut. Akhir dari keputusan konsumen saat memakai atau mengkonsumsi suatu produk adalah mendapatkan kepuasan akan kebutuhan dan keinginan. Dengan adanya kebutuhan dan keinginan, maka munculah sebuah harapan dalam diri konsumen. Seorang konsumen akan berharap bahwa produk yang dipakai ataupun dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen tersebut, serta jika harapan tersebut terpenuhi makan konsumen akan merasa puas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keunggulan asosiasi merek terdapat pada manfaat produk, tersedianya banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, harga yang ditawarkan bersaing, dan kemudahan mendaptkan produk yang dibutuhkan serta nama perusahaan yang bonafit juga mampu menjadi pendukung merek tersebut.

b.      Strength of brand association

Kekuatan asosiasi merek, tergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut dikelola oleh data sensoris di otak sebagai bagian dari brand image. Ketika konsumen secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu produk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan konsumen.

c.       Uniqueness of brand associations

Sebuah merek diharuskan memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, untuk membedakan dengan merek yang lain dan supaya tidak ditiru oleh pihak pesaing. Dengan memiliki keunikan, maka suatu produk akan memberi kesan yang membekas terhadap ingatan pelanggan terkait keunikan dari merek tersebut. Sebuah merek yang memiliki ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan pelanggan untuk mengetahui lebih jauh tentang dimensi merek yang terkandung di dalamnya. Sebuah merek hendaknya mampu menciptakan motivasi pelanggan untuk mulai mengkonsumsi produk dari merek tersebut. Merek juga seharusnya mampu menciptakan kesan yang baik bagi pelanggan yang mengkonsumsi produk dari merek tersebut.

Menurut Kartajaya dalam Yunaida (2017), brand image juga memiliki faktor-faktor pembentuk, seperti komunikasi dari sumber lain yang belum tentu sama dengan yang dilakukan pemasar, komunikasi bisa datang dari konsumen lain, pengecer dan pesaing. Faktor selanjutnya yaitu pengalaman konsumen melalui suatu eksperimen yang dilakukan konsumen dapat mengubah persepsi yang dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu, berbagai persepsi yang timbul itulah yang akan membentuk total image of brand (citra keseluruhan sebuah merek). Dan faktor yang terakhir yaitu, pengembangan produk. Posisi brand terhadap produk memang cukup unik, disatu sisi merupakan payung bagi suatu produk, artinya dengan dibekali brand tersebut, produk dapat naik nilainya. Disisi lain, performa ikut membentuk brand image yang memayungi dan tentunya konsumen akan membandingkan antara performa produk yang telah dirasakan dengan janji brand dalam slogan.

Keller dalam Rantri (2007), menyatakan bahwa citra merek juga terdiri dari beberapa komponen, seperti:

a.       Attributes (Atribut), merupakan deskripsi terkait fitur-fitur yang ada dalam sebuah produk atau jasa. Dalam komponen ini terdapat atribut produk yang berhubungan dengan komposisi fisik, atau persyaratan dari suatu jasa yang ditawarkan. Selain itu ada juga atribut produk, yang merupakan aspek eksternaldari suatu produk yang berhubungan dengan pembelian dan konsumsi suatu produk atau jasa. Dalam atribut non produk ini berisikan informasi tentang harga, kemasan dan desain produk, orang atau selebriti yang menggunakan produk atau jasa tersebut, serta bagaimana dan dimana produk atau jasa itu digunakan.

b.      Benefits (Keuntungan), dalam komponen ini berbicara mengenai nilai personal yang berkaitan dengan konsumen pada aktibut produk atau jasa. Dalam komponen ini terdapat yang pertama, functional benefits yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisik dan keamanan atau pemecahan masalah. Kedua, experiental benefits  

Menurut Rangkuti dalam Yunaida (2017), terdapat langkah-langkah dalam membangun brand image, yaitu sebagai berikut:

a.       Memiliki positioning yang tepat, merek harus dapat menempati atau memposisikan diri secara tepat untuk selalu menjadi nomor satu dan utama dibenak konsumen.

b.      Memiliki brand value yang tepat, produsen harus membuat brand value yang tepat untuk membentuk brand personality yang baik terhadap merek untuk membuat merek semakin bernilai dan kompetitif dibenak konsumen. Brand personality lebih cepat berubah dibandingkan brand positioning karena brand personality mengikuti permintaan atau kehendak konsumen setiap saat.

c.       Memilik konsep yang tepat, untuk mengkomunikasikan brand value dan positioning yang tepat maka dibutuhkan konsep yang tepat sesuai sasaran baik terhadap produk, segmentasi pasar, cara memasarkan, target pasar, dan kualitas pelayanan. Hal ini membantu perusahaan untuk membangun brand image yang baik dibenak konsumen.

D.    Minat Kunjungan

Minat menurut Slameto dalam Munawwaroh (2018), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dapat dikatakan juga bahwa minat merupakan sebuah dorongan untuk seseorang melakukan apa yang disukai atau yang diinginkan sehingga mendapatkan kepuasan. Minat berkunjung pada dasarnya adalah dorongan dari dalam diri konsumen berupa keinginan untuk mengunjungi suatu tempat atau wilayah yang menarik perhatian seseorang tersebut. Kotler mengamsusikan bahwa minat pembelian pada konsumen dapat disamakan dengan minat berkunjung pada wisatawan. Hal tersebut dapat dilihat pada perilaku yang sama dalam diri seorang konsumen ataupun wisatawan dalam memutuskan untuk berkunjung, memiliki berbagai pertimbangan seperti halnya sebelum melakukan pembelian (Munawwaroh, 2018).

Suryandana dalam Siregar dkk (2019), mengatakan terdapat rangkaian proses yang dijalani seorang wisatawan untuk memutuskan berkunjung ke suatu tempat, yaitu seperti:

a.       Pengenalan kebutuhan, proses berkunjung dimulai saat calon wisatawan mengenali sebuah kebutuhan. Dalam proses pengenalan kebutuhan, calon wisatawan mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan berwisata.

b.      Pencarian informasi, tahap proses keputusan berkunjung di mana calon wisatawan ingin mencari informasi lebih banyak mengenai suatu destinasi wisata. Minat utama pemasar berfokus ada sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan wisatawan dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut kepada keputusan berkunjung.

c.       Evaluasi alternatif, tahap proses keputusan berkunjung di mana calon wisatawan menggunakan informasi untuk mengevaluasi alternatif dalam sekelompok pilihan.

d.      Keputusan berkunjung, calon wisatawan membentuk preferensi atas alternatif pilihan. Kemudian akan terbentuk niat untuk mengunjungi daerah tujuan wisata yang mereka sukai.

e.       Perilaku pasca berkunjung, tahapan proses keputusan berkunjung di mana wisatawan mengalami tindakan selanjutnya atau pengalaman setelah kunjungan dilakukan berdasarkan kepuasan dan ketidakpuasan wisatawan. Jika kunjungan tidak memenuhi ekspektasi maka wisatawan akan merasa kecewa, jika kunjungan memenuhi ekspektasi maka wisatawan akan merasa puas, dan jika kunjungan melebihi ekspektasi wisatawan akan sangat merasa puas.

E.     Teori New Media

Teori media baru (new media) pertama kali dikembangkan oleh Pierre Levy pada sekitar tahun 2000 yang mengemukakan tentang perkembangan media. Istilah media baru biasa digunakan untuk sebutan penggabungan media konvensional dengan internet. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan yang pertama yaitu pendangan interaksi sosial dan pandangan integrasi sosial (Pradana, Azainil, Arsyad, 2019). Menurut Stephen dan karen, dalam bukunya yang berjudul “Teori Komunikasi: Theories of human communication”, bahwa pandangan interaksi sosial membedakan media menurut seberapa dekat media dengan model interaksi tatap muka.

Media tradisional dianggap sebagai media informasional karena hanya menekankan pada penyebaran informasi saja sehingga tidak adanya interaksi. Sedangkan media baru, saat ini dikatakan lebih interaktif dan menciptakan sebuah pemahaman baru tentang komunikasi pribadi. Media baru tidak ada aktivitas interaksi tatap muka, namun memberikan bentuk interaksi lain dengan konsep yang baru dimana dapat membawa seseorang pada hubungan yang lebih dekat jika dibandingkan dengan media sebelumnya. Menurut Stephen, media baru memberikan penggunaan yang terbuka dan fleksibel, serta memberikan keluwesan waktu dalam penggunaan (Littlejohn & Foss, 2019). Dalam media baru, khalayak tidak sekedar ditempatkan sebagai objek yang menjadi sasaran dari pesan namun, saat ini peran khalayak lebih interaktif terhadap pesan (Nasrullah, 2014).

Menurut Gane dan Beer dalam Muntiani (2018), media baru memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1.      Network, disebut jaringan untuk massa yang memungkinkan pengguna dapat dengan mudah memperluas partisipasi dalam media.

2.      Interactivity, jika istilah broadcast mewakili kondisi media lama, maka interaktif mewakili media baru.

3.      Information, yaitu tersajinya informasi yang membanjiri dunia virtual di internet.

4.      Interface, merupakan karakteristik yang menghubungkan interaksi antara pengguna, komputer dan jaringan sehingga menghilangkan hambatan jarak dan waktu dalam berkomunikasi.

5.      Archive, yaitu karakteristik yang memungkinkan pengguna dapat mengubah, mengakses, menghasilkan, dan menyimpan informasi dari internet.

6.      Simulated, yaitu realitas dalam internet yang memungkinkan seseorang memanipulasi identitas dan representasi dirinya.

Dengan hadirnya media baru saat ini, telah mengubah potensi perkembangan komunikasi yang dilakukan oleh seorang PR dan menghadirkan kesempatan serta tantangan daam dunia komunikasi (Temaluru, 2021). Adanya media baru sebagai bentuk dari perkembangan teknologi, menjadikan seluruh aktivitas PR tidak dapat lepas dari perkembangan teknologi komunikasi. Pengaruh teknologi komunikasi terhadap PR dapat berbentuk sebagai media untuk berkomunikasi dengan publiknya.

Menurut Holtz dalam Soemirat dan Ardianto (2017), saat ini banyak praktisi PR yang mengaku bahwa perusahaan-perusahaan telah mempertimbangkan untuk menggunakan media baru sebagai salah satu strategi komunikasi PR. Setiap perusahaan yang menggunakan media dengan berbasis internet, akan mengalami perkembangan dan kemajuan ditengah-tengah masyarakat yang paham akan teknologi serta dapat menjangkau khalayak yang lebih luas.

F.     Technology Acceptance Model (TAM)

Pada sebuah penelitian terdapat teori besar (grand theory) yang dapat dijadikan acuan untuk lebih fokus dalam melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini, menggunakan technology acceptance model (TAM) yang pertama kali diperkenalkan oleh Fred Davis pada tahun 1986. Dalam model ini, disampaikan bahwa setiap pengguna sistem akan cenderung menggunakan sistem apabila sistem tersebuh mudah digunakan dan bermanfaat bagi penggunanya. Konsep TAM dilandasi oleh teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen. Dalam TAM, penerimaan pemakai sistem informasi ditentukan oleh dua faktor kunci yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use (Wida dkk, 2016).

Dalam model ini, Davis memberikan sebuah teori yang menjadi landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pengguna dalam menerima dan menggunakan sebuah sistem informasi. Melalui konsep ini diharapkan dapat membantu dalam memprediksi sikap seseorang terhadap teknologi, apakah seseorang tersebut menerima atau tidak teknologi yang ada serta dapat memahami faktor apa saja yang menjadi pendorong sikap seseorang tersebut.

Model TAM akan lebih menjelaskan bahwa penerimaan penggunaan teknologi dipengaruhi oleh dua faktor kunci, seperti yang telah disampaikan sebelumnya yaitu manfaat yang diterima (perceived usefulness) dimana pada faktor ini, ada rasa percaya dari seseorang bahwa dengan memanfaatkan teknologi akan meningkatkan kinerja dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) dimana seseorang percaya dengan adanya teknologi yang mudah digunakan, akan mempermudah dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dalam model ini juga dijelaskan suatu hubungan sebab akibat antara keyakinan dan perilaku, tujuan, serta penggunaan aktual dari pengguna suatu sistem informasi. Model TAM menjelaskan lebih rinci mengenai penerimaan internet dengan dimensi-dimensi tertentu yang bisa mempengaruhi pengguna internet dengan mudah (Wida dkk, 2016). Menurut nasution dalam Wida dkk (2016), bahwa aspek perilaku dalam penggunaan teknologi informasi merupakan hasil pengaruh dari persepsi, sikap, dan afeksi sebagai aspek keperilakuan yang ada pada diri seseorang sebagai pengguna.

Dimasa saat ini, dimana kehidupan manusia berdampingan dengan kemajuan teknologi maka sebagian besar aktivitas dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Ketika seseorang menerima dan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik dan maksimal, maka akan akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Seperti yang saat ini banyak dilakukan oleh sebuah perusahaan atau organisasi, mereka memanfaatkan teknologi dengan menggunakan media sosial untuk dapat berkomunikasi dengan publiknya. Tidak hanya itu, untuk mencapai tujuan yang lebih besar seperti menjangkau khalayak yang lebih luas, membangun brand image, ataupun membangun brand awareness, saat ini perusahaan atau organisasi memanfatkan media sosial sebagai bentuk dari menerima kemajuan teknologi.

 

 

1.      Perceived Usefulness

Perceived usefulness (persepsi kegunaan) adalah suatu tingkatan dimana seseorang mempercayai bahwa menggunakan suatu sistem teknologi akan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi kerja (Tyas dan Darma, 2017). Tolak ukur dari kemanfaatan tersebut, dapat dilihat dari frekuensi seberapa sering menggunakan sistem teknologi informasi tersebut dan aplikasi apa saja yang digunakan. Setiap sistem teknologi informasi yang digunakan dapat dikatakan bermafaat ketika membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, dapat dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari, ataupun meningkatkan produktifitas.

Dengan begitu, kemanfaatan dalam teknologi informasi merupakan sesuatu yang diharapkan oleh para penggunanya dalam melakukan pekerjaan atau aktivitasnya. Oleh sebab itu, tingkat kemanfaatan teknologi informasi mempangaruhi sikap dari para penggunanya dalam menggunakan teknologi tersebut.

2.      Perceived ease of use

Perceived ease of use (persepsi kemudahan penggunaan) merupakan suatu tolak ukur untuk seseorang yang percaya bahwa teknologi dapat dipahami dan digunakan dengan mudah. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur persepsi kemudahan penggunaan yaitu seperti fleksibel, mudah dipelajari, mudah digunakan, dan dapat mengontrol pekerjaan (Tyas dan Darma, 2017). Suatu teknologi dikatakan mudah dalam penggunaanya, dapat dilihat dari intensitas penggunanya menggunakan teknologi tersebut. Semakin sering pengguna tersebut terlihat memanfaatkan teknologi, maka dapat dapat disimpulkan bahwa teknologi tersebut mudah digunakan ataupun mudah dipelajari bagi para pengguna baru.

Seperti saat ini, bagaimana banyak khalayak dari berbagai golongan dan usia telah mengenal teknologi dan segala cakupannya seperti media sosial. Hampir semua kalangan telah mengenal media sosial, salah satunya seperti Instagram. Hal tersebut dikarenakan aplikasi Instagram mudah dipelajari sehingga para penggunanya merasa mudah dalam mengoperasikan aplikasi Instagram. Oleh karena itu, tidak sedikit para pengguna Instagram berasal dari kalangan usia lanjut, yang memanfaakan Instagram sebagai media hiburan.

3.      Attitude toward using

Menurut Davis dalam Wida dkk (2016), Attitide toward using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan teknologi dalam pekerjaanya. Seorang pengguna dapat dikatakan menolak atau menerima dapat dilihat dari sikap atau kesan awal pengguna tersebut terhadap teknologi yang ada. Jika pengguna memiliki kesan positif terhadap suatu teknologi, maka akan muncul keinginan untuk menggunakan teknologi tersebut sehingga dikatakan pengguna tersebut menerima teknologi yang ada.

4.      Actual use

Actual use (perilaku nyata) diartikan sebagai bentuk respon dari seorang pengguna teknologi dengan perilaku yang nyata, seperti seseorang akan dikatakan merasa puas dengan teknologi yang digunakan jika seseorang tersebut merasa yakin dan telah membuktikan bahwa teknologi yang digunakan memang dapat membantu dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari, bahkan dapat membantu untuk menjadi lebih produktif

Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar