REPRESENTASI PANDORA PAPERS PADA SITUS TEMPO.CO DAN DETIK.COM
A.
Latar
Belakang
Media menjadi salah satu alat penting untuk melakukan kegiatan Komunikasi
Massa. Komunikasi Massa merupakan salah satu studi dalam ilmu komunikasi yang
berkaitan dengan khalayak ramai, komunikasi massa menjadi salah satu kegiatan
yang sangat penting di masa modern seperti sekarang ini dikarenakan banyaknya
khalayak telah memanfaatkan Komunikasi Massa untuk menyampaikan informasi
kepada khalayaknya. Kegiatan Komunikasi Massa sendiri tidak hanya dimanfaatkan
oleh media massa atau pers, namun juga oleh masyarakat, hingga sektor
pemerintahan guna memberikan informasi kepada khalayaknya tentang pemberitahuan
atau informasi terkini yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Komunikasi massa memanfaatkan media guna menyalurkan informasi yang dilakukan
oleh komunikatornya kepada komunikan baik media cetak, elektronik hingga cyber.
Pers atau Media Massa merupakan
salah satu memanfaatkan komunikasi massa dalam prakteknya untuk melakukan
komunikasi kepada khalayaknya. Pers dalam prakteknya memiliki beberapa
fungsi-fungsi yang harus mereka laksanakan salah satunya adalah sebagai fungsi
To Controle dimana Pers di tengah-tengah masyarakat mempunyai peran memberikan
kontrol sosial lewat kritik dan masukan yang bersifat membangun. “Pemberitaan
adanya penyim-pangan dan tindakan melanggar peraturan yang dilakukan oleh
sebagian kelompok masyarakat atau pejabat merupakan wujud sumbangsih dalam mengontrol
masyarakat dan aparat pemerintah.” (Widodo, 1997;7-8). Dalam melaksanakan
praktik To Controle ini Pers biasanya menyalurkan informasinya menggunakan
berita yang disebarkan secara tertulis melalui portal berita maupun media cetak
seperti koran untuk dapat menjangkau penyebaran informasi terhadap masyarakat
secara luas dengan tujuan agar masyarakat mengetahui penyimpangan atau
pelanggaran yang terjadi pada pemerintahan dan dalam kehidupan bermasyarakat
itu sendiri.
Berita sebagai salah satu produk
dari lembaga Pers diyakini memiliki netralitas tentang apa yang sedang
diberitakan karena tak lepas dari fungsi Pers itu sendiri, namun pada
kenyataanya teori tidak sejalan dengan praktiknya sesuai dengan pendapat Burton
(2008) nilai yang ada pada berita mengungkapkan kepentingan rakyat tertentu.
Burton juga menambahkan “nilai tersebut dapat dilihat sebagai tolok ukur
kepentingan ideologis”. Dengan hal ini berarti berita bukanlah penggambaran
atas realitas yang terjadi, melainkan penggambaran terhadap realitas yang mengandung
ketidaknetralan. Ketidaknetralan pada berita terjadi karena
kepentingan-kepentingan yang menaungi Lembaga Pers atau media itu sendiri
hingga tidak lepas dari peran subjektivitas wartawan memandang objek yang
diberitakan. Dalam melakukan pemberitaan media banyak melakukan wacana politik
yang terkandung di dalam isi berita melalui teks yang ada di dalamnya, teks
pada suatu artikel atau berita dapat menggambarkan ideologi yang dianut oleh
lembaga pers yang menuliskan isi berita tersebut, sesuai dengan pendapat
Sosiowati (2013) menyatakan bahwa semua penggunaan bahasa mempunyai maksud
tertentu yang merepresentasikan ideologi.
Wacana politik banyak dihasilkan
oleh media seiring dengan situasi politik Indonesia yang sangat dinamis. Salah
satu pemberitaan politik yang saat ini menjadi sorotan dan publikasi media
adalah pemberitaan mengenai kasus korupsi. Korupsi yang terus bergulir dan
berkembang, menjadi permasalahan yang sangat kompleks di Indonesia karena dampak
yang ditimbulkan dapat memperburuk kondisi perekonomian negara yang berimbas
pada kesejateraan msyarakat. Secara umum, Marpaung (1992) merumuskan makna
“korupsi” sebagai sesuatu yang berkenaan dengan “Keuangan Negara” yang dimiliki
secara tidak sah (haram). Awal mula korupsi berasal dari kata latin coruptio atau corruptus yang mempunyai arti kerusakan atau kebobrokan
(Prodjohamijojo, 2001).
Media yang masih sangat up to date untuk melakukan publikasi
mengenai korupsi dan penggelapan pajak dan korupsi adalah Tempo.co dan
Detik.com. Penulis membaca portal digital dari Tempo.co dan Detik.com mengenai
kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh pejabat tinggi negara yaitu Pandora
Papers. Tempo.co dan Detik.com turut memberikan perhatian pada kasus Pandora
Papers yang tengah hangat menjadi perbincangan di dunia, Tempo.co mulai
melakukan pemberitaan pada Pandora Papers sejak terbitan tanggal 5 Oktober 2021
dengan judul “Nama Airlangga dan Luhut Ada di Pan-dora Papers dan Kiprah WP
KPK” dan Detik.com pada terbitan 4 Oktober 2021 dengan judul "Nama Luhut
Muncul di Pandora Papers!". Update ka-sus Pandora Papers yang menyeret 2
pejabat tinggi negara di dua media tersebut terus berlanjut hingga terbitan
tanggal 7 Oktober di Tempo.co dan 11 Oktober di Detik.com.
Alasan Pandora Papers menjadi
kejadian yang memberikan perhatian kepada Media Pers dan masyarakat tidak lain
karena para pejabat hingga orang kaya di dunia menyembunyikan asetnya untuk
menghindari pajak. "Mereka menggunakan rekening luar negeri hingga perwakilan
luar negeri untuk membeli ratusan juta dolar properti di negara lain, dan untuk
memperkaya keluarga mereka sendiri dengan mengorbankan warga negara
mereka," ungkap penyidik dari International Consortium of Investigative
Journalists (ICIJ), Fergus Shiel dikutip dari BBC, Senin (4/10/2021). Terutama
pada Pandora Papers juga tertulis 2 pejabat tinggi negara Indonesia yaitu
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Luhut Binsar Pandjaitan dan Airlangga Hartarto, meski kasus ini
masih dalam penyelidikan namun peristiwa ini memberikan realita yang terjadi
pada Pemerintahan di Indonesia.
Dalam menganalisa proses bagaimana media mengkonstruksi realitas
biasanya menggunakan analisis
framing. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis
framing juga digunakan untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Karena banyak media yang meliput suatu realitas, maka realitas tersebut
dipahami dan dikonstruksi secara berbeda oleh media. Esensi dari framing yaitu bagaimana
suatu peristiwa dimaknai dan
bagaimana fakta tersebut ditulis. Dan analisis ini juga merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia di balik sebuah
perbedaan, bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta. Dan analisis framing adalah versi terbaru dari
pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.
Maka dari itu penelitian ini dimaksudkan untuk meninjau
bagaimana Representasi Pandora Papers pada Tempo.co dan Detik.com, yang
terkenal professional dan ideologis dengan menggunakan analisis framing Robert
N Entman
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana Representasi Pandora Papers Pada Situs
Tempo.co dan Detik.com?”
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dikaji lebih lanjut untuk mengetahui
arah penelitian dalam masalah ini adalah:
Untuk mendeskripsikan representasi Pandora Papers menggunakan teori Analisis
Framing Robert N. Entman
pada situs berita Tempo.co dan Detik.com.
D.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang dicapai terdapat manfaat penelitian
sebagai berikut.
D.1.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada kajian analisis framing berita
pada media massa. Khususnya berkaitan dengan praktik kekuasaan yang ada didalam
suatu wacana sehingga dapat diketahui oleh pembaca berita.
D.1.2 Manfaat Praktis
a.
Bagi
pembaca, penelitian ini dapat memperluas wawasan mereka mengenai praktik
kekuasaan yang ada pada teks berita.
b.
Bagi
mahasiswa, penelitian ini dapat menambah referensi mengenai pembahasan Analisis
Framing Robert N. Entman
kaitannya dengan praktik kekuasaan yang ada pada
wacana berita.
KERANGKA DASAR TEORI
A.
Komunikasi Massa
Komunikasi Massa berasal dari bahasa inggris yaitu Mass Media
Communication yang memiliki arti Komunikasi yang memanfaatkan media massa.
Media yang dimaksud disini adalah media yang memanfaatkan teknologi modern,
yaitu televisi, radio, film, dan surat kabar. Menurut Rakhmat, definisi yang
paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner yaitu “Mass communication is messages communicated
through a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat diartikan bahwa komunikasi massa merujuk
pada “pesan”, namun menurut Wiryanto “komunikasi massa merupakan suatu tipe
komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai
digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan
komunikasi” Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa komunikasi massa adalah
sebuah bentuk komunikasi yang memanfaatkan media massa untuk menyebarkan pesan
kepada khalayak luas pada saat yang bersamaan.
Para
ahli komunikasi massa telah membuat pemetaan yang beragam mengenai fungsi
penting komunikasi massa dalam masyarakat modern. Menurut McQuail (dalam Halik
2013:57), membedakan fungsi komunikasi massa bagi masyarakat dan fungsi
komunikasi massa untuk individu, yakni:
1) Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat:
1.
Informasi
a.
Menyediakan informasi tentang
peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia.
b.
Menunjukkan hubungan kekuasaan.
c.
Memudahkan inovasi, adaptasi, dan
kemajuan.
2.
Korelasi
a.
Menjelaskan, menafsirkan,
mengomentari makna peristiwa dan informasi.
b.
Menunjang otoritas dan norma-norma
yang mapan.
c.
Melakukan sosialisasi.
d.
Mengkoordinasi beberapa kegiatan.
e.
Bentuk kesepakatan.
f.
Menentukan urutan prioritas dan
memberikan status relative.
3.
Kesinambungan
a.
Mengekspresikan budaya dominan dan
mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya
baru.
b.
Meningkatkan dan melestarikan
nilai-nilai.
4.
Hiburan
a.
Menyediakan hiburan, pengalihan
perhatian, dan sarana relaksasi.
b.
Meredakan ketegangan sosial.
c.
Mobilisasi, mengkampanyekan tujuan
masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan
kadang juga dalam bidang agama.
2) Fungsi komunikasi massa bagi individu
1.
Informasi
a.
Mencari berita tentang peristiwa
dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan
dunia.
b.
Mencari bimbingan berbagai masalah
praktis, pendapat, dan hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c.
Memuaskan rasa ingin tahu dan
minat umum.
d.
Belajar, pendidikan diri
sendiri.
e.
Memperoleh rasa damai melalui
penambahan pengetahuan.
2.
Identitas Pribadi
a.
Menemukan penunjang nilai-nilai
pribadi.
b.
Menemukan model perilaku.
c.
Mengidentifikasikan diri dengan
nilai-nilai lain (dalam media).
d.
Tingkatkan pemahaman tentang
diri-sendiri.
3.
Integrasi dan interaksi sosial
a.
Memperoleh pengetahuan tentang
keadaan orang lain; empati
sosial.
b.
Mengidentifikasikan diri dengan
orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c.
Menemukan bahan percakapan dan
interaksi sosial.
d.
Memperoleh teman selain dari
manusia.
e.
Bantu menjalankan peran
sosial.
f.
Memungkinkan seseorang untuk dapat
menghubungkan sanak keluarga, teman, dan masyarakat.
4.
Hiburan
a.
Melepaskan diri atau terpisah dari
permasalahan.
b.
Bersantai.
c.
Peroleh kenikmatan jiwa dan
estetis.
d.
Mengisi waktu.
e.
Penyaluran emosi.
f.
Membangkitkan gairah seks.
Dalam konteks nasional, fungsi komunikasi massa juga diatur
secara yuridis formal dalam UU RI No: 40 tahun 1999 pasal 3 ayat (1) dan (2).
Masing-masing pasal
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3 UU 40/1999,
1.
Pers Nasional mempunyai fungsi
sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.
2.
Di samping fungsi-fungsi tersebut
ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.
a.
Media Massa
Media
Massa atau Mass Media adalah media khusus yang digunakan untuk melakukan
Komunikasi Massa. Sedangkan menurut Jalaluddin Rahmat (1985.135) media massa
adalah media yang digunakan untuk menyalurkan komunikasi seperti, televisi,
radio, pers, film dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, media
menciptakan trend New Media yang berfungsi guna mempublikasikan hasil
tulisan atau berita mereka yaitu portal berita. Berkurangnya minat pada media
cetak, Media Massa mulai mengembangkan portal berita atau situs berita guna
beradaptasi dengan teknologi, masyarakat yang mulai beralih menggunakan perangkat
teknologi seperti gadget untuk kebutuhan sehari-hari lebih suka
memanfaatkan gadget mereka sebagai sumber untuk mengakses informasi.
Media massa juga dinilai sangat berperan dalam membentuk
jiwa dan keterampilan kepemimpinan melalui informasi-informasi politik yang
disampaikannya. Para politisi dapat dicitrakan demikian positif, sehingga
melambungkan namanya dan mendapat simpati serta dukungan dari publik. Namun
media massa juga dapat menghancurkan karier politik seseorang atau profesi
lainnya melalui citra negatif yang diakibatkan pemberitaannya. Melalui
komunikasi massa, individu mengetahui berbagai informasi dan informasi tersebut
kerap dijadikan rujukan atau referensi utama khalayak dalam memahami,
mengapresiasi, dan membenarkan tindakan-tindakan tertentu.
Media massa dapat berperan positif dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, tetapi juga dapat berperan negatif dalam kehidupan manusia.
Media menjalankan peranannya dalam kehidupan sosial dengan melakukan hal-hal
berikut:
a.
Penyebar informasi yang obyektif
dan edukatif
b.
Melakukan kontrol sosial yang
konstruktif
c.
Menyalurkan aspirasi rakyat dan
memperluas komunikasi dan partisipasi masyarakat.
Peranan media tersebut dapat tercermin dari konten yang
disebarkan kepada khalayak. Hal ini banyak berkaitan dengan motif dan kualitas
sumber daya manusia yang mengendalikan kinerja media massa. Jika orang-orang
yang bertanggung jawab dalam proses produksi media massa memiliki motif dan
kehendak yang baik serta kredibilitas dan kualitas yang tidak meragukan, maka
media akan dapat menunjukkan peran positifnya. Media akan dinilai oleh
masyarakat sebagai institusi yang membawa manfaat yang diperlukan. Namun, jika
media justru berperan menciptakan kekacauan dalam masyarakat, berarti media
tidak dapat memaksimalkan peran pentingnya. Oleh karena itu, agar kegiatan
komunikasi sosial dan peranan media massa dapat makin efektif, perlu
ditingkatkan jumlah dan mutu tenaga terdidik dan terampil dalam pengelolaan
media massa sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi komunikasi.
Penggunaan media digital
(internet) semakian melengkapi
kebutuhan manusia akan akses informasi dan hiburan. Internet memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menggabungkan
berbagai karakter media massa sebelumnya, seperti surat kabarmajalah, radio,
dan televisi. Media internet telah menjadi media konvergen yang memanjakan
kebutuhan manusia secara mudah, murah, cepat, dan efisien.
Perkembangan media digital
membawa perubahan baru dalam prinsip dan cara orang menggunakan media massa.
Meskipun demikian, media-media konvensional seperti surat kabar, majalah,
radio, televisi, dan film masih saja berkembang di antara gemerlapnya media digital dewasa ini. Perpaduan komputer
dan komunikasi dapat tercermin pada tataran institusi dan masyarakat. Perpaduan
komputer dan komunikasi telah menjadi bagian penting yang telah mewarnai
peradaban baru masyarakat informasi. Namun, penyalahgunaan penggunaan media
komunikasi dan teknologi komunikasi dan informasi telah menyebabkan sejumlah
persoalan sosial dan politik, misalnya kekerasan, pencurian, penipuan,
pencemaran nama baik, rasisme, dan pornografi, dalam media. Hingga gangguan
terhadap privasi individu dan kebebasan pribadi.
Hal ini juga dimanfaatkan oleh
Tempo.co dan Detik.com.
b. Media Online
Penggunaan media online sebagai sarana komunikasi massa
semakin marak dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa faktor yang mendorong
semakin meluasnya penggunaan media online
antara lain adalah: (1)
Kemudahan
aksesnya, (2) Biaya yang sangat murah, (3) Kecepatan akses, (4) Sifat
mobilitas, dan (5) Ketersediaan layanan. Banyak orang yang memilih internet sebagai sumber informasi utama,
sebagai media personal, atau sarana hiburan.
Seorang pengguna internet
bisa berselancar di dunia informasi dari sumber-sumber yang diinginkannya.
Seseorang bisa menentukan sendiri pilihan sumber dan jenis informasi yang
dibutuhkan. Sifat internet sebagai
medium komunikasi massa mirip dengan media massa lainnya, namun internet memiliki kelebihan tersendiri.
Internet kini telah menjadi bagian penting dan utama dalam lalulintas informasi
di seluruh dunia.Dengan kecepatannya, seorang pengguna internet dapat menelusuri suatu informasi dari satu sumber ke
sumber lainnya.
Perbedaan utama internet
dengan media konvensional seperti televisi dan surat kabar terletak pada sifat
interaktif yang dimiliki internet.
Istilah internet adalah akronim dari interconnection networking yang
diartikan hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan
yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur
telekomunikasi seperti telepon, saluran radio, satelit dan lainnya.
Internet merupakan teknologi sekaligus infrastruktur dasar
bagi segala bentuk proses komunikasi data digital
jarak jauh. WWW merupakan komunikasi data digital
berupa jejaring situs web. WWW pun
merupakan infrastruktur lanjutan bagi proses komunikasi berlandaskan situs web sebagai medium komunikasinya. Sementara
situs media massa online merupakan
media komunikasi berbasis situs web
yang menggunakan pola dan prinsip komunikasi massa (Halik 2013:255).
1. Tempo.co
Tempo.co adalah sebuah judul Majalah yang pertama kali
dicetak pada 1971, prakarsa penerbitan Majalah Tempo sendiri tidak lepas dari 6
wartawan yang berunding untuk membuat majalah ini yaitu Goenawan Mohamad,
Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, Usamah, dan Christianto
Wibisono, berunding dengan Ciputra selaku pendiri/ketua Yayasan Jaya Raya, serta
Eric Samola yang menjabat sebagai sekretaris. Rapat dilaksanakan di kantor
Ciputra, di kawasan Proyek Senen. Pada hari yang sama rapat dilanjutkan malam
hari sampai tuntas, di kediaman Ciputra di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Hasil
perundingan itu menyepakati dibentuknya majalah Tempo yang dimodali Yayasan
Jaya Raya. Di kuartal akhir 2011, manajemen Tempo setuju untuk mengubah nama
portal Tempo Interaktif menjadi Tempo.co. Langkah perubahan ini merupakan
bagian dari upaya Tempo meningkatkan kualitas dan menyempurnakan sajian produk.
Lebih dari itu, pengubahan ini juga mengindikasikan langkah serius Tempo untuk
mengembangkan sebuah produk media yang mempu mencerdaskan pembacanya. Seperti
yang diketahui hingga saat ini, Tempo masih menjadi Majalah mingguan yang
sangat eksis terutama isi dari kandungan Majalah Tempo yang berisikan muatan
politik, banyak kasus hingga kejadian diliput oleh Tempo. Meski pada 30
Desember 2020 Edisi Cetak Tempo mulai dihentikan namun Tempo masih tetap
membuat Majalah mereka melalui versi digital dan publikasi berita mereka
melalui website Tempo.co. Tempo.co dalam melakukan pemberitaanya bergerak secara independen yang tidak
dipengeruhi oleh pihak lain, baik pribadi atau lembaga.
2. Detik.com
Detik.com juga salah satu New Media yang ada di
Indonesia, server Detik.com sendiri telah bisa diakses sejak 30 Mei 1998 dan
mulai bisa diakses secara lengkap pada 9 Juli 1998 Tanggal 9 Juli itu akhirnya
ditetapkan sebagai hari lahir detik.com yang didirikan Budiono Darsono, Yayan
Sopyan, Abdul Rahman, dan Didi Nugrahadi. Detik.com memiliki ciri khasnya yaitu
pada Breaking News, sebelumnya Detik.com juga memiliki ciri khas seperti
media cetak lain yang bertumpu pada karakteristik media cetak harian, mingguan
dan bulanan. Dengan ciri khas ini, detik menjadi media digital paling populer
di kalangan user internet. Pada 3 Agustus 2011 CT Corp mengakuisisi detik.com
(PT Agranet Multicitra Siberkom/Agrakom) . Mulai pada tanggal itulah secara
resmi detik.com berada di bawah Trans Corp. Chairul Tanjung, pemilik CT Corp
membeli detikcom secara total (100 persen) dengan nilai US$60 juta atau Rp
521-540 miliar. Setelah diambilalih, maka selanjutnya jajaran direksi akan
diisi oleh pihak-pihak dari Trans Corp — sebagai perpanjangan tangan CT Corp di
ranah media. Dan komisaris Utama dijabat Jenderal (Purn) Bimantoro, mantan
Kapolri, yang saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama Carrefour
Indonesia, yang juga dimiliki Chairul Tanjung.
B.
PERS
Sejumlah pakar mempunyai pandangan yang cukup berbeda
terhadap pengertian pers. Oemar Seno Adjie memberikan definisi tentang pers
dalam sudut pandang/perspektif, yaitu pengertian dalam arti sempit dan arti
luas. Pengertian pers dalam arti sempit adalah mengandung penyiaran-penyiaran
fikiran gagasan, ataupun berita-berita dengan jalan kata tertulis. Sedangkan
pers dalam arti luas memasukkan di dalamnya semua media massa komunikasi yang
memancarkan fikiran dan perasaan seseorang, baik secara tertulis maupun lisan.
Pers dalam arti sempit merupakan manifestasi dari freedom of press,
sedangkan dalam arti luas merupakan manifestasi dari freedom of speech,
keduanya merupakan freedom of
expression. Selain itu, Amir Hamzah juga memberikan definisi tentang pers
dalam bukunya berjudul Delik-Delik Pers Di Indonesia, yaitu: “Pers adalah semua
alat komunikasi yang bersifat umum dan terbit secara teratur berupa
majalah-majalah, surat kabar, buku-buku, dan lain sebagainya yang berfungsi
sebagai penyebarluasan informasi dan sarana perjuangan untuk mencapai cita-cita
pembangunan nasional”
Beberapa menggambarkan peranan dan
fungsi pers dengan kata-kata yang cukup kasar, pers dikatakan sebagai anjing
penjaga atau watch dog pemerintah. Di lain pihak, pengggambaran yang lebih
berat menyebutkan pers sebagai tiang keempat dalam negara demokrasi, dimana
dengan perumpamaan sebuah meja, maka pers sebagai kaki meja bersama-sama dengan
tiga kaki meja lainnya, menopang meja demokrasi tersebut agar tidak runtuh.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers membeda-bedakan
fungsi pers: “fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi hiburan, fungsi
kontrol, dan fungsi ekonomi”. Secara lebih umum, fungsi-fungsi tersebut dapat
digolongkan ke dalam:
1.
Sebagai
Media Informasi
Pers
itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada
masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi.
2.
Sebagai
Media Pendidikan
Pers
itu sebagi sarana pendidikan massa (Mess
Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga
masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.
3.
Sebagai
Media Hiburan
Pers
juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat
(hard news) dan artikel-artikel yang
berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar,
teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
4.
Sebagai
Media Kontrol Sosial
Adapun
fungsi pers sebagai media kontrol sosial tersebut terkandung makna demokratis
yang didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
a.
Social particiption yaitu keikutsertaan rakyat dalam
pemerintahan.
b.
Social responsibility yaitu pertanggungjawaban pemerintah
terhadap rakyat.
c.
Social support yaitu dukungan rakyat terhadap
pemerintah.
d.
Social Control yaitu kontrol masyarakat terhadap
tindakan-tindakan pemerintah
5.
Sebagai
Lembaga Ekonomi
Pers
adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang pers dapat memanfaatkan keadaan
disekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat
memperoleh keuntungan maksimal dari hasil produksinya untuk kelangsungan hidup
lembaga pers itu sendiri. (Sudibyo, Hamad, Qodri, 2001:65). Lebih lanjut Fowler
(1991:1 dalam Anang, 2006:74) mengemukakan bahwa berita adalah praktis, yaitu
sebuah wacana yang jauh dari refleksi realitas sosial dan fakta empiris yang
netral. Selanjutnya, Fowler (dalam Anang, 2006:75) berpendapat bahwa pilihan
bentuk linguistik tertentu dalam sebuah teks berita leksikalisasi atau wording
terhadap pilihan kata, frasa, kalimat, dan sebagainya memiliki alasan
masing-masing. Pilihan linguistik tersebut bukan kebetulan dan bukan
arbitraris. Pilihan linguistik yang dilakukan memiliki perspektif tertentu,
agenda tertentu, dan ideologi tertentu. Dengan demikian, dalam suatu berita
terjadi campur tangan dalam konstruksi realitas sosial. Kajian terhadap teks
media dalam penelitian ini ditinjau dari sudut pandang bahasa dan dunia sosial.
C.
Berita
Berita merupakan representasi dunia dalam praktik
berbahasa. Karena bahasa adalah kode semiotik, maka bahasa menentukan struktur
sisi/citra, sosial, dan ekonomis terhadap yang direpresentasikan. Berita pada
dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan (Sudibyo, Hamad, Qodri,
2001:65). Lebih lanjut Fowler (1991:1 dalam Anang, 2006:74) mengemukakan bahwa
berita adalah praktis, yaitu sebuah wacana yang jauh dari refleksi realitas
sosial dan fakta empiris yang netral. Selanjutnya, Fowler (dalam Anang,
2006:75) berpendapat bahwa pilihan bentuk linguistik tertentu dalam sebuah teks
berita leksikalisasi atau wording terhadap pilihan kata, frasa, kalimat, dan
sebagainya memiliki alasan masing-masing. Pilihan linguistik tersebut bukan
kebetulan dan bukan arbitraris. Pilihan linguistik yang dilakukan memiliki
perspektif tertentu, agenda tertentu, dan ideologi tertentu. Dengan demikian,
dalam suatu berita terjadi campur tangan dalam konstruksi realitas sosial.
Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita
yang lebih lengkap dan untuk keperluan praktis yang layak kita jadikan acuan.
Ia mengatakan “Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau
kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta
menyangkut kepentingan mereka”. (Romli, 2014: 5) Dari definisi-definisi diatas,
kita dapat melihat terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita
yang sekaligus menjadi “karakteristik utama” sebuah berita dapat dipublikasikan
di media massa atau yang biasa disebut layak muat. Keempat unsur inilah yang
dikenal dengan nilai-nilai berita (news values) atau nilai-nilai
jurnalistik. (Romli, 2014: 5)
1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur
ini terkandung makna harfiah berita (news). “Tulisan jurnalistik,”
menurut Al Hester, “adalah tulisan yang memberi pembaca pemahaman atau
informasi yang tidak ia ketahui sebelumnya.”
2. Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact),
bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian
nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement)
sumber berita. Dalam unsur ini terkandung pula pengertian sebuah berita harus
merupakan informasi tentang sesuatu dengan keadaan sebenarnya atau laporan
mengenai fakta sebagaimana adanya.
3. Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak.
Misalnya peristiwa yang akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat secara luas,
atau dinilai perlu untuk diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak seperti
kebijakan baru pemerintah, kenaikan harga, dan sebagainya.
4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita
yang kita tulis. Berita yang biasanya menarik perhatian pembaca, disamping yang
aktual dan faktual serta menyangkut kepentingan orang banyak juga berita yang
bersifat menghibur (lucu), mengandung keganjilan atau keanehan, atau berita “human
interest” (menyentuh emosi, menggugah perasaan). (Romli, 2014: 5-6)
Kajian terhadap teks media dalam penelitian ini
ditinjau dari sudut pandang bahasa dan dunia sosial.
Secara ringkas dapat diambil kesimpulan bahwa berita
merupakan laporan peristiwa yang telah memenuhi keempat unsur tersebut, karena
tidak semua peristiwa yang terjadi layak dilaporkan atau diinformasikan. Dengan
demikian seorang wartawan hendaknya mampu membedakan mana peristiwa yang
mempunyai nilai berita dan mana yang tidak mengandung unsur-unsur nilai berita.
(Romli, 2014: 6-7)
Unsur-unsur berita tersebut dikenal dengan 5W+1H, meliputi:
1. What: Apa yang terjadi?
2. Where: Dimana hal itu terjadi?
3. When: Kapan peristiwa itu terjadi?
4. Who: Siapa yang terlibat dalam kejadian itu?
5. Why: Kenapa hal itu terjadi?
6. How: Bagaimana peristiwa itu terjadi? (Romli, 2014:
10)
Sedangkan jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Straight
News: berita
langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman
depan surat kabar atau yang menjadi berita utama (headline) merupakan berita
jenis ini,
b. Depth
News: berita
mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu
permukaan,
c. Investigation
News: berita yang
dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber,
d. Interpretative
News: berita yang
dikembangkan dengan pendapat atau penilaian wartawan berdasarkan fakta yang
ditemukan.
e. Opinion
News: berita
mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli,
atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan
sebagainya (Romli, 2014: 11-12).
D.
Analisis Framing Robert N. Entman
Analisis
ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau siapa saja) dibingkai oleh media.32 Terminologi framing memiliki banyak definisi yang berbeda-beda,
hampir tidak ada kesepakatan diantara para ahli untuk mengartikan dan mengkonseptualisasikan apa sebenarnya framing. Namun satu hal yang disepakati secara umum adalah bahwa framing adalah sebuah teori efek media massa yang menghubungkan bagaimana sebuah
pesan disajikan oleh media massa kepada khalayak
dan bukan apa yang disajikan
kepada khalayak. Sosiologi, psikologi, dan antropologi adalah akar-akar dari terminologi framing. Framing kemudian berkembang menjadi bagian dari studi media dan komunikasi setelah
Robert
Entman menerbitkan artikelnya yang
berjudul Framing as a fractured paradigm. Salah satu
definisi dari terminologi framing yang
paling banyak digunakan adalah
definisi yang dirumuskan oleh Robert Entman yang menjelaskan bahwa framing berita utamanya melibatkan seleksi
dan arti penting
dalam membuat informasi menjadi lebih diperhatikan
oleh khalayak. Robert N. Entman adalah salah
seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi
media. Pembahasan utama framing dari
Entman adalah soal penyeleksian isu dan penonjolan isu.
Aspek
penyeleksian isu terjadi oleh pihak redaksi dimana ada pilihan isu yang kemudian akan disebarkan melalui
pemberitaannya, tidak semua bisa ditampilkan pihak media, oleh karenanya isu sudah diterima khalayak adalah hasil penyeleksian dari jurnalis
dan dapur redaksi
media tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis Robert N. Entman karena konsep
Entman dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan
digunakan pula pada praktik jurnalistik, melihat bagaimana
frame mempengaruhi kerja wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi
lebih penting dan menonjol dibanding dengan
cara yang lain. Analisis terhadap teks berita bukan merupakan langkah akhir dari penelitian yang akan dilakukan, namun ingin diketahui
sekilas, bagaimana kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi informasi.
Konsep
framing dalam pandangan Entman secara
konsisten menawarkan sebuah cara
untuk mengungkapkan the power of a
communication text. Framing pada
dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi,
penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi
dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap
peristiwa yang diwacanakan. Guna mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan media, terdapat sebuah perangkat framing
yang dikemukakan Entman yang
dapat menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa
dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Entman membagi perangkat framing ke dalam beberapa elemen yaitu :
Serta
menonjolkan aspek isu tertentu dan menggunakan berbagai strategi wacana serta penempatan yang mencolok
(menempatkan di headline, dihalaman depan, atau bagian belakang, pengulangan,
pemakaian grafis) untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan
orang atau peristiwa yang diberitakan. Kata penonjolan didefinisikan sebagai membuat sebuah
informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan.34
Konsep
framing dalam pandangan Entman secara
konsisten menawarkan sebuah cara
untuk mengungkapkan the power of a
communication text. Framing pada
dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi,
penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi
dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap
peristiwa yang diwacanakan. Guna mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan media, terdapat sebuah perangkat framing
yang dikemukakan Entman yang
dapat menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa
dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Entman membagi perangkat framing ke dalam beberapa elemen yaitu :
a. Define Problems (pendefinisian masalah) Elemen pertama
ini merupakan bingkai
utama atau master frame yang menekankan bagaimana
peristiwa dimaknai secara
berbeda oleh wartawan, maka realitas yang terbentuk akan berbeda.
b. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah)
Elemen kedua ini merupakan
elemen framing yang digunakan untuk
membingkai siapa yang dianggap
sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what),
tetapi bisa juga berarti siapa (who).
Bagaimana peristiwa dipahami, tentu
saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Oleh sebab itu, masalah yang dipahami secara berbeda, maka penyebab masalahnya akan dipahami secara berbeda pula. Dengan kata lain, pendefinisian
sumber masalah ini menjelaskan siapa yang dianggap sebagai pelaku dan siapa yang menjadi korban dalam
kasus tersebut. Elemen framing yang
dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian
masalah yang sudah dibuat. Setelah masalah didefinisikan dan penyebab masalah sudah ditentukan,
dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan
tersebut, gagasan yang dikutip berhubungan denga sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian) elemen keempat ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah, penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.
0 komentar:
Posting Komentar