Kamis, April 10, 2025

Pengaruh Inflasi, Struktur Modal, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Sektor Basic Material yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2023)

 


(Studi Pada Perusahaan Sektor Basic Material yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2023)


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1         Latar Belakang

Perkembangan dunia industri yang semakin ketat serta perubahan globalisasi yang sangat dinamis menyebabkan perusahaan harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi global dan kondisi geopolitik yang beberapa tahun terakhir tidak stabil. Sejalan dengan adanya visi Indonesia Emas dan adanya pembangunan berkelanjutan Ibu Kota Nusantara (IKN), sektor basic material mempunyai peranan penting dalam mendorong terciptanya kestabilan bahan baku di industri Nasional, persaingan dalam sektor basic material atau bahan baku semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas industri nasional dan pembangunan berkelanjutan Ibukota Nusantara (IKN) serta adanya peningkatan aktivitas operasional oleh industri dalam negeri maupun luar negeri guna memenuhi kebutuhan konsumen. Faktor ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai rupiah dibandingkan dengan USD adalah beberapa faktor yang memengaruhi lini operasional bisnis industri sektor basic material secara langsung. Faktor-faktor ini disebut sebagai kondisi luar (Wijaya, Aldy Pranstanri; Askandar & Mahsuni, 2024). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dari tahun 2020 hingga 2023, kondisi inflasi Indonesia agak berubah-ubah, dengan tingkat inflasi turun lebih cepat daripada tahun sebelumnya. Data berikut mengintepretasikan inflasi Indonesia dari tahun 2020 hingga 2023.

 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) secara keseluruhan inflasi YOY mengalami peningkatan per tahunnya. Pada tahun 2020 inflasi Indonesia diangka 1,68%, pada tahun 2021 inflasi Indonesia diangka 1,87%, selanjutnya terjadi peningkatan yang signifikan pada tahun 2022 dimana inflasi Indonesia diangka 5,95%, dan pada tahun 2023 Inflasi Indonesia cenderung fluktuatif dan kurang stabil dengan tingkat inflasi diangka 3,27% Yoy. Mengingat industri basic material merupakan bagian penting dari perdagangan internasional dan sumber penopang nilai ekspor Indonesia di industri global, statistik ini menunjukkan bahwa kurangnya stabilitas inflasi merupakan tanda guncangan makroekonomi yang dapat mempengaruhi belanja konsumen dan perdagangan global pada sektor basic material.

 

Menurut (Erdiana & Hwihanus, 2024) Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan sektor basic material adalah faktor inflasi, hal tersebut dikarenakan sektor basic material merupakan sektor krusial dalam perkekembangan industri lain dimana sektor ini mempunyai peranan penting dalam supply bahan baku sehingga dapat menyebabkan efek domino khususnya pada harga komoditi tertentu pada perusahaan lain.

Karena faktor inflasi yang tidak dapat diprediksi dan sensitif yang memengaruhi keputusan investasi dan relatif tidak stabil dari tahun 2020 hingga 2023, perusahaan sektor basic material secara progresif meningkatkan pertumbuhannya ke tingkat yang positif, hal ini dapat dicapai melalui pengelolaan aspek krusial manajemen keuangan yang efektif dan efisien, yang akan membantu perseroan mencapai tujuan kemakmuran stakeholder secara berkesinambungan dan pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan di pasar efek. Pasalnya, manajer keuangan diharapkan memiliki kemampuan untuk merumuskan strategi dan menjalankan perananya secara efektif untuk membantu perusahaan mencapai tujuannya. Meningkatkan nilai pemegang saham, menguntungkan investor dan pemilik perusahaan, adalah tujuan utama perusahaan yang go publik di pasar efek. (Windaputri & Muharam, 2022) Menurut Antoro, et al., (2020), Investor dan kreditur lebih selektif dengan kecenderungan berinvestasi di sektor basic material jika nilai perusahaan kurang stabil, akan tetapi nilai perusahaan mungkin turun karena inflasi dan ketidakstabilan ekonomi global tidak dapat dihindari saat ini.

Perekonomian global saat ini yang mengindikasikan ketidakstabilan, dan kisaran target suku bunga The Fed dari 2022 hingga 2024 adalah 5,50% dengan kenaikan sebesar 585 BPS. Kisaran ini berpotensi mempengaruhi kinerja internal keuangan perusahaan, yang menyebabkan nilai pinjaman modal secara tidak langsung lebih mahal karena naiknya nilai uang yang lebih tinggi. Apalagi, beban usaha khususnya di sektor basic material meningkat tajam, sedangkan keadaan sektor industri saat ini ditandai dengan investasi yang optimal dan pengurangan biaya produksi dengan harapan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi harga serta valuasi saham perusahaan di pasar efek.

Manajemen perseroan harus memiliki strategi investasi yang efektif dengan portofolio investasi yang seimbang agar dapat meningkatkan nilai perusahaan secara berkesinambungan. Pengambilan keputusan utang meliputi sumber pendanaan untuk perusahaan baik bersifat internal maupun eksternal. Pendanaan dari sumber luar, seperti bank, surat utang, atau saham, berbeda dengan pendanaan dari kegiatan operasional perusahaan. Inilah sebabnya mengapa manajer keuangan perusahaan perlu sadar diri dan memiliki formula yang tepat untuk menyiapkan struktur modal yang optimal.

Struktur modal mempunyai peran penting dalam mengoptimalkan kinerja dan kualitas perusahaan. Berdasarkan dari perspektif investor dalam (DePamphilis, 2022) Menurut hasil penelitian (Brown et al., 2019) menunjukkan bahwa sebanyak 82% investor menilai jika portofolio struktur modal merupakan aspek sensitf yang harus dipertimbangakn Ketika berinvestasi di pasar bursa. Oleh karena itu, manajer keuangan harus memastikan bahwa struktur modal organisasi paling sesuai dengan tujuan perusahaan baik pada rencana jangka pendek maupun dalam jangka Panjang. saat membuat rencana bisnis. Alasannya adalah bahwa struktur modal bertindak sebagai alat untuk meningkatkan kinerja operasional dan produktivitas perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi nilai bisnis. Oleh karena itu, formula terbaik untuk komposisi struktural modal harus disesuaikan dengan karakteristik perseroan sejalan sejalan dengan analisis rencana proyeksi keuangan perseroan secara berkesinambungan.

Sementara kenaikan biaya keagenan serta adanya beban risiko dari pendanaan eksternal dapat menghambat keuangan perusahaan, manajer keuangan perusahaan umumnya mengalami kesulitan dengan struktur modal bisnis terbaik. Karena bisnis tidak dapat mengendalikan faktor makroekonomi yang sangat dinamis seperti inflasi. Pada tingkat inflasi yang tergolong stabil perusahaan akan menggunaakan sumber daya keuangan internal yang dapat mengurangi risiko eksternal yang mempengaruhi struktur modal perseroan baik dari segi jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, diharapkan komposisi struktur modal yang ideal akan meminimalisir adanya potensi kepailitan perusahaan dan strategi untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Investor dalam membuat keputuan investasi menitik beratkan pada penilaian atas kemampuan bisnis untuk menghasilkan keuntungan dari operasi dan aktivitas penjualannya selama periode waktu tertentu diukur dengan profitabilitas. Tingkat profitabilitas bisnis sangat krusial bagi internal manajemen perseroan dimana untuk melakukan proyeksi strategi dan pengembangan bisnis dalam jangka panjang serta mempunyai keterterkaitan dengan minimalisir eksposur risiko-risiko operasional bisnis yang bergerak dinamis guna meningkatkan laba bersih secara konsisten.

Profitabilitas adalah metrik utama yang mengevaluasi kapasitas serta kapabilitas perusahaan untuk memenuhi komitmen atas kinerja operasional bisnis perseroan. Sejalan dengan hal tersebut juga memberikan wawasan tentang kemungkinan masa depan perusahaan. Profitabilitas, pada gilirannya, adalah indikator manajer dari keberhasilan atau kegagalan mendasar atas operasional binis perusahaan. Namun, bagi pekerja, laba yang konsisten dapat menunjukkan bahwa perusahaan sehat secara finansial dan mampu memberikan kesejahteraan bagi keseluruhan aspek di dalam bisnis. Sebaliknya, profitabilitas dapat berfungsi sebagai ukuran yang dapat diandalkan dari kapasitas bisnis untuk menghasilkan uang dan memberikan nilai kepada investor. Oleh karena itu, investor mungkin akan cenderung sensitive terhadap hal ini, dan diperkirakan bahwa profitabilitas yang konsisten secara berkesinambungan akan mempunyai kapabilitas dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan kalibrasi dan refeleksi dari tingkat ukuran kinerja perusahaan selama masa operasionalnya, baik di masa sekarang maupun di masa depan, berdasarkan harga saham efek, nilai perusahaan merefleksikan indikasi  pemegang saham atas kesejahteraan dari keputusan investasi yang dilakukan. Pendapat investor tentang keberhasilan manajerial dan operasional bisnis, serta hubungannya dengan harga saham, pada akhirnya akan dipengaruhi nilai valuasi saham di pasar efek baik ditinjau dari aspek intrinsik nilai saham perseroan atau tobins’s Q.

Sejalan dengan hal tersebut untuk meningkatkan harga saham di bursa efek serta kesejahteraan para pemegang saham, perusahaan di tuntut untuk menyusun strategi yang optimal dalam operasional perusahaan serta meminimalisir adanya risiko yang dapat menyebabkan menurunya nilai perusahaan baik faktor eksteral maupun internal. Inflasi merupakan risiko eksternal yang tidak dapat di kendalikan oleh perusahaan secara langsung namun dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, khususnya pada aspek struktur modal dan profitabilitas, kecenderungan inflasi yang meningkat akan menyebabkan penuruan pada nilai suku bunga kredit sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan lebih banyak pendanaan dari hutang, akan tetapi hal tersebut cenderung berisiko tinggi untuk struktur modal perusahaan secara berkesinambungan, sejalan dengan risiko tersebut inflasi yang cenderung meningkat dan berfluktuatif dapat menyebabkan kenaikan biaya produksi sejalan dengan meningkatnya harga produk dan jasa, yang kemudian berdampak pada menurunya daya beli masyarakat, hal tersebut dapat menyebabkan efek domino dimana laba perusahaan akan cenderung menurun, adanya kecenderungan penurunan pada profitabilitas akan langsung di respon oleh harga saham di pasar modal sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan, hal tersebut dikarenakan harga saham di pasar modal sangat sensitive dengan perubahan-perubahan baik yang disebabkan oleh faktor internal perusahaan maupun faktor makro ekonomi. Oleh sebab itu dampak dari inflasi, struktur modal, dan profitabilitas dapat berpotensi menurunkan nilai perusahaan di pasar modal serta para investor yang tidak dapat menghindari adanya faktor inflasi sekalipun melakukan analisis fundamental saham di pasar modal khususnya pada sektor basic material. Sektor basic material merupakan salah satu sektor krusial dalam beberapa tahun terakhir karena sektor ini memproduksi bahan mentah yang dapat menyebabkan efek domino bagi perusahaan lain, hal tersebut sejalan dengan perhatian investor terhadap harga saham sektor basic material di Bursa Efek Indonesia selama beberapa tahun terakhir yang menunjukan potensi pertumbuhan positif dalam jangka panjang.

Berdasarkan hasil analisis Sektor basic material mempunyai prospek dalam jangka panjang karena sektor ini mempunyai jangkauan luas dan penggerak perdagangan utama dengan menjual produk barang dan jasa digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk menghasilkan barang jadi. Sejalan dengan hal tersebut seiring berkembangnya Pembangunan Ibukota Nusantara (IKN) akan menciptakan iklim investasi baru di Indonesia sehingga sektor basic material mempunyai peranan krusial dalam mendorong stabilitas industri Nasional dan dapat menjadi pilihan bagi investor lokal maupun asing dalam menanankam modalnya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka Panjang. Hal tersebut dapat ditunjukan oleh ringkasan kontribusi sektor IHSG periode 2023 sebagai berikut.

 

Sumber: Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan ringkasan data IHSG pada tahun 2023 Sektor Basic Material menunjukan kinerja yang positif serta konsisten dengan kapitalisasi pasar terbesar ke 3 setelah sektor infrastruktur dan keuangan dengan presentase 13% dengan pertumbuhan sebesar 55,20 BPS. Bedasarkan data diatas menunjukan bahwa terjadinya pembangunan secara berkelanjutan dan seiring pertumbuhan ekonomi menyebabkan sektor basic material menjadi salah satu saham yang paling banyak diperdagangkan oleh investor Bursa Efek Indonesia, sehingga sektor  ini mempunyai peranan penting dalam mengendalikan harga barang maupun jasa di tingkat pasar serta mempuyai efek domino pada perusahaan lain, hal tersebut didukung dengan data pada grafik kinerja sektor  basic material selama kurun waktu 5 tahun terakhir, sebagai berikut.

 

Sumber:(Indonesia Stock Exchange, 2022)

Berdasarkan data yang dirilis oleh PT Bursa Efek Indonesia, IDX-Industrial Cassification Pertumbuhan sektor basic material mengalami kinerja yang positif dan konsisten selama periode penelitian yaitu 2019 dengan presentase 21,8% dan sempat mengalami penurunan pada tahun 2021 menjadi 0,1% akibat tertekan dampak dari adanya pandemi, secara total pertumbuhan sektor Basic Material pada periode Juli 2018 sampai dengan Agustus 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 29,85%. Hal tersebut menunjukan bahwa kinerja Sektor Bahan Baku mempunyai sentiment potensi positif serta prospek yang cukup bagus dan konsisten kedepannya serta merupakan sektor penggerak IHSG yang patut diperhatikan oleh investor, sektor ini mempunyai korelasi yang positif seiring dengan visi Indonesia Emas 2045 dan pembangunan keberlanjutan Indonesia yang berdampak pada iklim investasi baru di Indonesia dalam jangka Panjang.

Bedasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh (Asari & Hwihanus, 2024) menunjukan jika faktor inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal, selanjutnya struktur modal berpengaruh signfikan terhadap nilai perusahaan sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Faradila & Effendi, 2023) menunjukan inflasi dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, profitabilits berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan Berdasarkan uraian di atas Peneliti ingin melakukan penelitian yang berbeda dari sebelumnya dengan Pengaruh Inflasi, Struktur Modal, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Papan Utama Sektor Basic Material yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020 – 2023)


Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1.      Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepustakaan akademik dilingkungan keuangan khususnya perusahaan sektor basic material terkait dengan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dari aspek inflasi, struktur modal dan profitabilitas serta pengaruhnya terhadap nilai Perusahaan yang direfleksikan oleh Tobin’s Q.

2.      Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi mengenai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sektor basic material baik pada aspek eksternal yaitu inflasi dan kinerja keuangan terhadap nilai Perusahaan sektor basic material, yang mana penelitian ini dapat digunakan Perusahaan sebagai bahan masukan dalam mengatur serta merencanakan strategi perusahaan agar kinerja perusaahaan sektor basic material terkoreksi positif secara berkesinambungan. Analisis pada penelitian ini juga dapat digunakan sebagai informasi secara praktis oleh investor khususnya perusahaan sektor basic material yang merupakan penggerak IHSG di pasar saham.


BAB II

KERANGKA DASAR TEORI

  2.1         Fundamental Makroekonomi  

Fundamental makro ekonomi adalah faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, namun memiliki dampak signifikan terhadap perubahan keputusan investasi. Faktor-faktor ini meliputi ekonomi, lingkungan, politik, hukum, media sosial, budaya, keamanan, dan pendidikan. Faktor-faktor makro ini termasuk produk domestik bruto, inflasi, suku bunga bank di Indonesia, dan nilai tukar mata uang asing-khususnya, nilai dolar AS relative terhadap Indonesia pada saat itu.(R. P. Sari et al., 2020).

Menurut (Prathama Rahardja; Manurung, 2019) aspek fundamental ekonomimakro merupakan dasar dari terciptanya iklim ekonomi yang stabil yang secara umum dapat mendorong terbentuknya kebijakan ekonomi makro di suatu negara. Adapun permasalahan yang dapat terjadi pada aspek ekonomi makro yang dapat menyebabkan domino effect menurut (Prathama Rahardja; Manurung, 2019) pertumbuhan ekonomi, ketidakstabilan kegiatan ekonomi, inflasi, neraca perdagangan internasional.

Sejalan dengan hal tersebut nilai Perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal hal tersebut dikarenakan kinerja Perusahaan sangat berkaitan dengan faktor kondisi ekonomi di lingkungan bisnis serta adanya faktor eksternal dapat menjadi pertimbangan dalam proses pengambilan Keputusan oleh perrusahaan dan dapat dijadikan sebagai strategi dalam operasional bisnis agar kinerja Perusahaan dapat terkorelasi positif serta dapat menumbuhkan iklim investasi secara berkelanjutan.

2.1.1        Inflasi

Menurut (Prathama Rahardja; Manurung, 2019) inflasi merupakan terjadinya ketidakstabilan atas kenaikan harga baik barang maupun jasa yang di pasar secara umum serta dengan jangka waktu yang relatif lama. Menurut (Prathama Rahardja; Manurung, 2019) Inflasi akibat adanya ketidakstabilan kondisi politik dan ekonomi, kenaikan biaya produksi, nilai mata uang melemah, ketidakstabilan elastisitas pasar.

Menurut (Veronica & Pebriani, 2020) Inflasi mengidikasikan nilai uang di suatu negara merefleksikan penurunan sejalan dengan adanya kenaikan harga barang dan ketidakstabilan elastisitas pasar. Menurut (Silviyani, 2022) inflasi menyebabkan pendapatan keuangan masyarakat secara rill mengalami penuruan sejalan dengan ketidak stabilan ekonomi yang berimplikasi pada melemahnya daya beli konsumen. sehingga inflasi dapat berdampak pada risiko bisnis di suatu negara serta dapat mencerminkan kondisi ekonomi di suatu negara. Bedasarkan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh (Pujadi, 2022) dan (Hafidz Meiditambua Saefulloh et al., 2023) tingkat inflasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 1

Klasifikasi Tingkat Inflasi Indonesia

Inflasi

Tingkat Inflasi

Ringan

< 10% Per tahun

Sedang

10% - 30% Per tahun

Berta

30% - 100% Per tahun

Sangat Berat (hiperinflasi)

>100% Per tahun

Sumber: (Pujadi, 2022), (Hafidz Meiditambua Saefulloh et al., 2023)

Bedasarkan teori diatas inflasi dapat menjadi faktor eksternal yang dapat mempengaruhi iklim investasi di suatu Perusahaan karena inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menuru sejalan dengan adanya penurunan nilai uang, dan sebaliknya jika inflasi stabil maka iklim investasi dan iklim bisnis di suatu negara dapat bertumbuh positif karena daya beli Masyarakat yang naik sehinggga bermdapka pada percepatan peruputaran uang dan meningkatkan nilai uang di suatu negara.

2.1.2        Indeks Harga Konsumen (IHK)

Menurut (Prathama Rahardja; Manurung, 2019) metode perhitungan inflasi yang dapat digunakan dalam mengukur laju inflasi tahunan yaitu dengan indeks harga konsumen (IHK). Indeks harga konsumen merupakan estimasi atau cerminan yang mengindikasikan perubahan presentase harga baik barang dan jasa. Sedangan menurut (Badan Pusat Statistik,2020) perhitungan IHK digunakan untuk proyeksi pengeluaran masyarakt atas biaya kebutuhan kehidupan sehari-hari secara umum, dengan indeks perubahan tahunan.

Menurut (Badan Pusat Statistik, 2020) Indeks harga konsumen (IHK) adalah ukuran perubahan selama periode waktu tertentu dalam kalkulasi harga yang diperoleh pada tingkat pasar secara umum, Adapun komposisi kalkukasli IHK Indonesia adalah makanan, minuman, dan tembakau 25%, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 20,4%, transportasi 12,4%, dan penyedia makanan dan minuman/restoran 8,7%, peralatan rumah tangga, peralatan, dan pemeliharaan rutin 6%; perawatan pribadi dan layanan lainnya 5,9%; informasi, komunikasi, dan layanan keuangan 5,8%; pendidikan 5,6%; pakaian dan alas kaki 5,4%, Kesehatan, Rekreasi, olahraga, dan budaya menyumbang 4,7% sisanya.

2.2         Signalling Theory

Menurut (Komara et al., 2020) menerangkan jika pihak manajer perusahaan yang mempunyai data lebih bagus perihal perusahaannya hendak terdorong guna menginformasikan data itu pada calon penanam modal atau calon investor dengan tujuan mengoptimalkan harga saham di bursa. Menurut  (Komara et al., 2020) Signalling theory menerangkan jika informasi keuangan yang akurat menggambarkan indikasi jika perusahaan mampu beroperasional dengan positif. Sehingga beberapa pihak khsususnya eksekutif bertanggung jawab menginformasikan indikasi perihal situasi perusahaan pada pemangku kepentingan selaku bentuk dari tanggung jawab atas pengelolaan perusahaan. Sedangkan Menurut (Brigham, Eugene F. Houston, 2018)  signalling theory ialah langkah manajemen dalam memberikan nformasi eksternal tentang estimasi kondisi perseroan pada masa yang akan datang. Menurut (Savitri et al., 2021) Menjelaskan sinyal yang baik akan berdampak pada reaksi pasar bursa yang berimplikasi pada sisi fundamental harga saham di pasar bursa.

Signaling Theory atau teori sinyal dapat menggambarkan hubungan Inflasi dan kondisi kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan sektor basic material, yang menitik beratkan pada meminimalisir atas informasi antara pihak internal perseroan dan pihak eksternal. Dengan memberikan sinyal kepada investor pihak manajemen berupaya untuk memberikan informasi yang relevan terkait dengan kinerja perusahaan atau kondisi perusahaan, jika informasi bersifat segar dan baik pihak manajer berharap ada reaksi pasar ketika pemberitahuan diterima oleh pasar (Savitri et al., 2021). informasi tersebut kemudian dikalkulasi serta dikalibrasi sebagai analisis fundamental perseroan untuk kepentingan investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

2.3         Packing Order

Menurut (Lestari, 2015) Packing Order merefleksikan perseroan dengan alternatif pendanaan akan menitik beratkan pada pengunaan dana internal dalam operasional bisnis, guna meminimalisir adanya peningkatan risiko eksposur bisnis yang dynamin, sehingga pada implementasinya perseroan akan melakukan proyeksi terhadap pengunaan struktur modal yang proporsional, sejalan dengan hal  tersebut jika perusahaan memproyeksikan ekspenasi bisnis serta adanya indikasi peningkatan volume penjualan dapat mempertimbangkan pendanaan dari pengunaan hutang secara efektif. Menurut Chen (2011) dalam (Rusdaniah, 2019) Pecking Order memberikan perspektif jika perseroan terindikasi kekurangan biaya operasional akan melakukan pertimbangan beberapa aspek reserve  surplus, kemudian hutang, dan pilihan terakhir adalah menerbitkan  saham baru.

Sejalan dengan Brealey, dkk (2008) dalam (Devi Anggriyani Lessy, 2016) menjelaskan Pecking Order menunjukan jika Perusahaan cenderung lebih suka menggunakan pendanaan internal, karena dana internal lebih murah serta memiliki risiko yang relatif lebih rendah Jika pendanaan internal belum mencukupi, perusahaan akan menggunakan hutang terlebih dahulu Penerbitan ekuitas dilakukan sebagai pilihan terakhir dalam  pemenuhan dana di massa yang akan datang.

 

2.4         Struktur Modal

Menurut (Corporate Finance Institute, 2022) Menjelaskan bahwa A company's capital structure describes how much debt and/or equity it uses to finance its operations and assets. The debt-to-capital or debt-to-equity ratio is commonly used to describe a company's capital structure”.Sedangkan Menurut (Dhani & Utama, 2017) Struktur modal merefleksikan komparasi atas pendanaan internal dengan pendanaan dari eksternal hutang. Dengan demikian, hutang adalah unsur dari struktur modal yang menjadi kunci perbaikan profitabilitas dan kinerja perseroan secara berkesinambugan.

Sedangkan teori trade-off Menurut (Ai et al., 2021) mengindikasikan jika pengunaan yang berasal dari pendanaan hutang akan berimplikasi positif terhadap komposisi keuangan perseroan, dengan menitik beratkan pada aspek pajak sebelum laba bersih yang cenderung berkurang, akan tetapi teori tersebut dapat di implementasikan sesuai dengan karakteristik perusahaan sehingga proporsi pendanaan pada struktur modal dapat lebih optimal dan stabil secara berkesinambungan (Vias Dras Tistian Hening Tyas & Hwihanus, 2024). Menurut (Ai et al., 2021) Adanya implikasi dari kalkulasi bunga atas pendanaan dari hutang sejalan dengan kebijakan pengurangan pajak pada kalkulasi laporan keuangan perusahaan, Teori trade-off dan packing order menitik beratkan bagaimana perspektif manajemen dalam komposisi pendanaan atas modal yang proporsional dan stabil.

Menurut (Ai et al., 2021) Komposisi struktur modal yang optimal akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan yang berarti struktur modal optimal akan memberikan sinyal kepada investor melalui informasi laporan keuangan. Menurut (Antoro et al., 2020) Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan harus lebih berhati-hati dalam menggunakan hutang karena jika penggunaan hutang melebihi batas yang wajar maka beban yang akan ditanggung terlalu besar dan akan mengurangi minat investor dan pedagang sehingga nilai perusahaan akan menurun. Dalam trade off theory dijelaskan bahwa perlu adanya keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan akibat adanya pendanaan dari hutang hal tersebut sejalan dengan pendapat (Muliana et al., 2019).

Menurut (Antoro et al., 2020) berpendapat jika pengambilan keputusan atas struktur modal akan berimpliasi pada  kapabilitas perseroan dalam aspek kinerja keuangan jangka panang secara berkseinambungan. Hal tersebut bermakna apabila komposisi dan strategi modal berada pada batas ambang wajar akan meningkatkan eksposur atas risiko kebangkrutan karena beban keuangan yang mengerus kondisi laba berish, yang kemudian berimplikasi pada penurunan nilai valuasi saham perseroan di bursa efek.

Perseroan mempunyai persepsi jika struktur modal mempunyai peranan krusial dalam kondisi keuangan perseroan. (Aprilia Wahana Putri & Hwihanus, 2024) memberikan gambaran secara jelas bagaimana komposisi struktur modal dapat menjabarkan alur kerja atau konsep internal terkait pendayagunaan ekuitas yang digunakan dalam operasional bisnis dengan menitik beratkan pada keseimbangan diantara alternatif pendanaan dari internal maupun eksternal dengan pengendalian tingkat eksposur atas risiko yang ditimbulkan dengan pengembalian laba secara efektif. Sedangkan Menurut (Nuswandari et al., 2023) Biasanya, hutang terhadap ekuitas atau hutang terhadap modal digunakan untuk menggambarkan struktur modal perusahaan. Modal hutang dan ekuitas digunakan untuk mengelola operasional bisnis, termasuk modal, akuisisi, dan investasi lainnya.

Bedasarkan hasil analisis pada buku dan jurnal internasional (Nasution et al., 2019)  kompisis Debt Equity Ratio dikatakan stabil apabila kurang dari 1 atau kurang dari 100% dari keseluruhan pengunaan modal internal, sedangkan menurut (Atidhira & Yustina, 2020) mengindikasikan apabila proporsi DER mengalami peningkatan, sehingga merefleksikan kompoisis struktur modal yang dibiayai oleh hutang lebih banyak yang berimpikasi pada kurang proporsionalnya struktur keuangan aspek modal, Menurut (L. A. Sari & Hutagaol, 2021) semkin tinggi proporsi hutang terhadap modal sendiri atau nilai DER >1 maka perusahaan akan cenderung meningkatkan eksposur atas risiko tinggi dikarenakan hutang yang tinggi dapat mengurangi likuiditas perseroan serta menurunkan jumlah deviden yang dapat diberikan kepada investor.

Bedasarkan pemaparan dan hasil penelitian dan analisis dari para ahli maka untuk lebih mempermudah dalam memahami tingkat Debt Equity Ratio berikut merupakan ringkasan klasifikasi DER yang digunakan dalam penelitian ini.

 

 

Tabel 2

Klasifikasi Tingkat Proporsi Rasio DER

Nilai Debt Equity Ratio (DER)

Tingkat Kesehatan (DER)

< 1 atau 100%

Sehat/Proposional

1 – 1,5 atau 100% - 150%

Kurang Sehat/Waspada

>1,5 atau >150%

Rawan/Risiko Tinggi

Sumber: (Nasution et al., 2019), (Atidhira & Yustina, 2020), (L. A. Sari & Hutagaol, 2021).

2.5         Profitabilitas

Menurut (Ramdhonah, 2019) Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas menjadi salah satu indikator atas keberhasilan sebuah perusahaan. Profitabilitas merupakan salah satu aspek fundamental perusahaan, karena selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional perusahaan.

Menurut (Antoro et al., 2020) Profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa prospek perusahaan baik. Sesuai dengan signal theory yang menyatakan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor yang pada gilirannya investor akan bereaksi untuk membeli saham. Tanggapan dan reaksi positif dari investor tersebut akan meningkatkan harga saham dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Profitabilitas dapat digunakan untuk melihat kapabilitas operasi perusahaan, sehingga menunjukkan prospek masa depan perusahaan (Windaputri & Muharam, 2022, p. 3). Return of Equity (ROE) merupakan proxy dari profitabiliatas. ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Menurut (Nasution et al., 2019) pada umumnya nilai ROE yang baik diatas 15% semakin tinggi nilai ROE maka semakin baik perusahaan dalam melakukan strategi pengelolaan modalnya yang kemudian menghasilkan laba bersih yang dapat mensejahterkan shareholder Perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Kasmir, (2017) dalam (Simanullang & Chandra, 2021) menjelaskan bahwa standart rata-rata ROE industry yang bagus adalah 40%

2.6         Nilai Perusahaan

2.6.1        Pengertian Nilai Perusahaan

Sektor industry basic material dalam operasional bisnis yang memproduksi mineral, emas, kertas, dan bahan baku mentah dalam kinerjanya diharuskan mempunyai pertumbuhan positif dikarenakan tidak hanya pengunaan modal internal saja melainkan terdapat pendanaan dari para investor sehingga perusahaan harus memberikan return maksimal kepada investor maupun kedisiplinan pada debitur atas pengunaan modal yang digunaka operasiona. (Faradila & Effendi, 2023). Menurut Husnan (2014:7) dalam (Suwardika & Mustanda, 2017) merefleksikan jika kinerja perseroan dapat di komparasi pada aspek nilai perusahaan di pasar bursa, nilai perusahaan dapat merefleksikan serta menjadi indikasi kesejahteraan para investor atas investasi yang sudah dilakukan serta ketersediaan investor atas biaya yang sudah digelontorkan untuk perseroan (Suhadak & Nuzula, 2019).

(Suwardika & Mustanda, 2017) Pada saat perseroan dengan kode emiten sudah naik di lantai bursa efek maka nilai saham atau nilai perusahaan menjadi aspek krusial yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap kinerja operasional perusahaan yang selanjutnya apabila nilai saham perseroan di lantai bursa mencatatkan kondisi pertumbuhan positif maka investor juga akan mendapatkan tingkat pengemblian yang maksimal atas investasinya. (Wijaya, Aldy Pranstanri; Askandar & Mahsuni, 2024) berpendapat dalam kondisi nilai valuasi saham naik maka merefleksikan secara umum nilai perusahaan akan naik, dan sebaliknya. Dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal investor memerlukan informasi tentang penilaian saham Dalam (Rohana Sagala & Karlina Aprilia, 2023) “nilai dapat dikelompokan menjadi nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik”. Nilai buku adalah nilai bersih dari aset perusahaan yang tercatat dalam neraca, yang mencerminkan nilai rill dari jumlah total yang akan didapat semua pemegang saham jika investor melikuidasi perusahaan, nilai pasar mencerminkan nilai aset suatu perusahaan di pasar modal atau sering disebut kapitalisasi pasar dari perusaahan go public, sedangkan nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari suatu saham perhitunghan nilai intrinsik dengan cara perhitungan objektif atau model keuangan yang kompleks.

Nilai perusahaan menggambarkan kondisi tertentu yang diraih perusahaan sebagai inidkator terhadap kinerja selama operasional perusahaan baik di masa kini maupun prosepek dalam jangka panjang yang selanjutnya akan mempengaruhi atau membentuk presepsi investor terhadap tingkat kesejahteraan para pemegang saham serta keberhasilan manajemen dalam operasional perusahaan dan berhubungan dengan harga saham perusahaan tersebut.

2.6.2        Pengukuran Nilai Perusahaan

Adapun beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan dengan parameter harga saham, bedasarkan beberapa literatur. Menurut (Arpan & Carolina Odjan, 2020) dan (Zafira, 2021) indikator yang dapat gigunakan untuk mengukur nilai perusahaan:

1.      Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham.

2.      Price Earning Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar oleh pembeli apabila perusahaan itu dijual. PER dapat dirumuskna sebagai PER = Price per share / Earning per Share.

3.       Tobin’s Q secara optimal dapat merefleksikan secara lebih kompleks dalam analisis nilai perusahaan kaerna komponen perhitungan yang melibatkan faktor intrinsic keuangan perusahaan dengan komparasi pada nilai valuasi saham perseroan yang melantai di bursa efek.

Bedasarkan uraian diatas untuk mengukur nilai perusahaan ada beberapa cara yang dapat digunakan, adapaun variabel dalam penelitian ini parameter nilai perusahaan diukur degan parameter Tobin’s Q (TBQ). (Damayanti et al., 2020) Menjelaskan bahwa rasio Tobin’s Q merupakan rasio yang paling baik dalam memberikan informasi untuk menilai perusahaan. Hal ini dikarenakan dalam perhitungannya Tobin’s Q melibatkan semua unsur intrinsic interal keuangan perseroan (Blundell et al., 1992).

Bedasarkan hal tersebut dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah rasio Tobin’s Q. Menurut  (Damayanti et al., 2020) intepretasi nilai dari rasio Q diperinci seperti dibawah ini:

Tabel 3

Klasifikasi Tingkat Rasio Tobin’s Q

Tobin’s Q

Keterangan

Q < 1

Nilai saham kategori undervalue

Q = 1

Nilai saham equilibrium

Q > 1

Nilai saham overvalue

Sumber : (Damayanti et al., 2020)

 

2.7         Penelitian Terdahulu

 

Tabel 4

Penelitian Terdahulu

NO

Nama, Tahun, Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

1

(Pramesti nurmala galuh, Hwihanus, 2024)

 

Analisis Fundamental Makro, Fundamental Mikro Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Struktur Kepemilikan Dan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

 

Fundamental Makro (X1)

Suku Bunga dan Nilai Kurs

 

Fundamental Mikro (X2)

Total Aset

 

Struktur Kepemikan (X3)

 

Struktur Modal (X4)

 

Nilai Perusahaan (Y)

EPS

Smart PLS Statistics

Analysis

 

Fundamental makro pengaruhnya signifikan pada nilai perusahaan.

Fundamental makro berimplikasi signifikan terhadap struktur kepemilikan, sturktur modal.

Fundamental mikro berimplikasi signifikan struktur modal, struktur kepemilikan, dan nilai perusahaan

Penelitian sebelumnya sektor FMCG dengan 3 sampel, penelitian ini menggunakan sekor Basic Material dengan 17 Sampel perusahaan. penelitian smart PLS, penelitian ini menggunakan Regresi Berganda.  analisis pada penelitian ini 2020 – 2023

 

 

 

 

 

 

 

Lanjutan Tabel 4 Penelitian Terdahulu

NO

Nama, Tahun, Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

2

(Evitasari, putri ayu 2024 )

 

Analisa Fundamental Makro, Fundamental Mikro terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Makanan Minuman Periode 2015-2020

 

Fundamental Makro (X1)

Suku Bunga , PDB

 

Fundamental Mikro (X2)

ROA

 

Struktur Modal (X3) DAR, STR, LTR

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Structural Equation Modeling PLS 4

Fundamental mikro berimplikasi  positif dan signifikan pada level 0,030 terhadap struktur modal, berpengaruh positif sebesar 0,455 dan signifikan pada level 0,044 terhadap nilai perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan berpengaruh positif sebesar 0,517 dan signifikan pada level 0,002 terhadap nilai perusahaan.

Pada peneitian ini menggunakan perusahaan sektor basic material selama periode 2020 – 2023 .

 

Penelitian sebelumnya pada variabel makro menggunakan PDB dan suku bunga sebagai alat ukur, pada penelitian ini menggunakan inflasi.

Pada penelitian sebelumnya menggunakan alat analisis PLS 4 sedangkan pada penelitian ini menggunakan Regresi Linier Berganda.

 

 

 

 

 

 

 

 

Lanjutan Tabel 4 Penelitian Terdahulu

NO

Nama, Tahun, Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

3

 

(Abbas et al., 2021)

 

Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Nlai Perusahaan

Studi Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI periode 2018-200

 (X1) Inflasi IHK Umum Tahunan

 

(X2)

Suku Buga

 

 

(Y) Nilai Perusahaan
PBV

Path Analysis

Inflasi dan suku bunga berimplikasi  negatif signifikan atas nilai perusahaan

Inflasi positif signifikan atas suku bunga

 

Inflasi dan suku bunga berimplikasi signifikan secara simultan terhadap nilai perusahaan

Pada penelitian ini menggunakn Perusahaan sektor basic material dengan periode 2020 – 2023, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan makanan dan minuman

 

Pada penelitian ini variabel dependen menggunakan Nilai Perusahaan dengan rasio Tobins’Q, sedankan pada penelitian tersebut menggunakan PBV

Pada penelitian ini variabel independen menggunakan rasio DER dan ROE

 

 

 

 

 

 

Lanjutan Tabel 4 Penelitian Terdahulu

NO

Nama, Tahun, Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

4

 (Asari & Hwihanus, 2024)

 

Pengaruh Fundamental Makro, struktur mdoal, struktur kepemilikan, kinerja keuangan, karakteristik perusahaan, dengan GCG sebagai variabel moderasi terhadap nilai perusahaan pada sub sektor pertambangan yang terdaftar di BEI Periode 2020 - 2022

Fundamental makro (X1)

Inflasi – IHK Umum Tahunan

 

Strukur Modal (X2)

DER

 

Struktur Kepemilikan (X3)

Kinerja Keuangan (X4)

ROA

 

Karakteristik perusahaan (X5)

 

Nilai Perusaahaan (Y)

 

GCG (Z)

 

 

 

 

Smart PLS Versi 2,

 

Fundamental makro, struktur modal, struktur kepemilikan tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap nilai perusaan.

Fundamental makro signfikan terhadap struktur modal

Fundamental makro dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap struktur kepemilikan

Fundamental makro tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. fundamental makro berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dan kinerja keuangan

Pada penelitian ini menggunakan sektor basic material sebagai sampel dengan periode 2020 – 2023.

 

Sedangkana penelitian sebelumnya menggunakan sektor pertambangan.

 

Pada penelitian ini menggunakan indikator inflasi serta nilai perusahaan menggunaan rasio terbaik yaitu Tobin’s Q.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lanjutan Tabel 4 Penelitian Terdahulu

NO

Nama, Tahun, Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

5

(Wijaya, Aldy Pranstanri; Askandar & Mahsuni, 2024)

 

Pengaruh Faktor ekonomi makro dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2018 – 2022

 

 

Fakto ekonomi makro (X1)

Niali Kurs Rupiah terhadap Dollar AS

 

Kinera Keuangan (X2)

ROE

 

Nilai Perusahaan (Y)

PER

linier berganda, Path analysis

Kinerja keuangan dan faktor makro ekonomi dalam implikasinya negatif atas nilai perusahaan.

 

 

 

Pada penelitian ini menggunakan sektor basic material sebagai sampel dengan periode 2020 – 2023. penelitian sebelumnya menggunakan sektor manufaktur periode 2018-2022

Pada penelitian ini menggunakan indikator Inflasi serta nilai perusahaan menggunaan rasio terbaik yaitu Tobin’s Q.

6

(Pratiwi et al., 2024)

 

Pengaruh ekonomi makro dan kinerja keuangan terhadap nilai perusaahaan studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 - 2011

Ekonomi Makro (X1)

 

Kinerja Keuangan (X2)

 

Nili Perusahaan (Y)

Analisis Regresi linier Berganda

 

Faktor ekonomi makro positif dan tidak signifikan atas nilai perusahaan. Kinerja keuangan berimplkasi postitif atas nilai perusahaan

 

 

Pada penelitian ini menggunakan sektor basic material sebagai sampel periode 2020 – 2023. penelitian sebelumnya sektor manufaktur periode 2009 – 2011. Indikator Inflasi, struktur modal, nilai perusahaan menggunaan rasio terbaik yaitu Tobin’s Q.

 

 

Lanjutan Tabel 4 Penelitian Terdahulu

NO

Nama, Tahun, Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

7

(R. P. S. Sari et al., 2020)

 

Pengaruh Faktor Fundamental Makro dan Mikro Terhadap Nilai Perusahaan Studi Pada Perusahaan Pulp and Papers yang terdaftar di BEI Periode 2012 - 2017

Fundamenl Makro (X1)

PDB dan Nilai Tukar Rupiah

 

Mikro (X2)

ROA

PER

 

 

Nilai perusahaan (Y)

Tobins’s Q

Regresi Linier Berganda

Faktor fundamental makro implikasi signififikan terhadap nilai peruashaan.

 

Faktor mikro berimplikasi signifikan terhadap nilai perusahaan 

Pada penelitian ini menggunakan sektor basci material s dengan periode 2020 – 2023. Penelitian sebelumnya menggunakan sektor Pulp and papers periode 2012 – 2017

Pada penelitian ini menggunakan indikator Inflasi (X1) dan struktur modal (X2)

 

8

(V. I. Dewi et al., 2019)

 

The impact of macroeconomic factors on firms' profitability (evidence from fast moving consumer good firms listed on Indonesian stock exchange 1998 – 2016 period

Makroekonomi

GDP (X1), inflasi (X2), Tingkat pengganguran (X3), tingkat suku bunga (X4) 

 

Profitability (Y) ROA

Regresi Linier Berganda

Faktor ekonomi makro berimplikasi positif atas profitabilitas

Penelitian ini sektor basci material periode 2020 – 2023. Penelitian sebelumnya sektor FMCG periode 1998 – 2016. penelitian ini indikator Inflasi dan struktur modal, nilai perusahaan menggunaan rasio terbaik yaitu Tobin’s Q.

 

 

 

 

 

 

Lanjutan Tabel 4 Penelitian Terdahulu

NO

Nama, Tahun, Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Alat Analisis

Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

9

(Faradila & Effendi, 2023)

 

Analysis Of Financial Performance And Macroeconomic On Firm Value FMCG Sektor Listed BEI 2015 - 2021

Financial Perfomance (X1)

 

 

Macroeconomics (X2)

 

Firm Value (Y)

PBV

Regresi Berganda

Proftiabilitas dan makroekonomi implikasinya positif signfikan atas nilai peerusahaan

 

Strukur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan 

 

 

Menggunakan sektor basic material periode 2020 – 2023. Penelitian sebelumnya sektor FMCG periode 2015 – 2021.

Pada penelitian ini indikator Inflasi, dan struktur modal, nilai perusahaan menggunaan rasio terbaik yaitu Tobin’s Q.

 

10

(Ratri, Mahatma A et al, 2014)

 

The Influence Of Corporate Governance Of Financial Perfomance And Firm Value Of The National Banks (Studies In Banking Companies Listed In Indonesia Stock Exchange)

 

GCG

 

Kinerja keuangan


Nilai Perusahaan
(PBV)

Smart PLS

GCG berpengaruh negative signifikan terhadap kinerja keuangan,
kinerja keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan sektor perbankan

Sektor basic material periode 2020 – 2023. Penelitian sebelumnya Perbankan.

Penelitian ini Inflasi, dan struktur modal, rasio terbaik yaitu Tobin’s Q.

Sumber: Data diolah, (2024)


Model hipotesis merupakan rancangan yang berasal dari rumusan masalah yang kemudian menjadi praduga sementara atas suatu fenomena penelitian yang harus di buktikan kebenarannya secara empiris melalui sumber data kredibel dan fakta yang sesuai dengan karakteristik pada penelitian (Sugiyono, 2021). Bedasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya maka dapat dikembangkan dalam rumusan model hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:

 

 

2.8.1        Hipotesis

1.      Diduga inflasi (X1) berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

2.      Diduga struktur modal (X2) berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

3.      Diduga profitabilitas (X3) berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

4.      Diduga Inflasi (X1), struktur modal (X2), dan profitabilitas (X3) berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.

 

 

 


Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar