pengaruh price discount, loyalty card, dan influencer terhadap customer satisfaction
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era digitalisasi saat ini, banyak hal yang berubah di
berbagai bidang, seperti teknologi informasi, transportasi, komunikasi, dan
terutama bisnis. Para pelaku usaha saat ini memiliki banyak ide kreatif untuk
menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama. Mereka menyadari
bahwa memenuhi Customer Satisfaction atau kepuasan pelanggan merupakan
bagian penting dari menjalankan bisnis yang sukses. Customer Satisfaction
tidak hanya berfungsi sebagai indikator kinerja, tetapi juga penting untuk
memenangkan persaingan yang semakin ketat di pasar. Fokus pada kepuasan
pelanggan membantu bisnis menemukan masalah dan evaluasi. Hal ini termasuk
meningkatkan kualitas produk, layanan yang lebih responsif, dan membuat proses
pembelian lebih menyenangkan bagi konsumen.
Tentunya, di era ini pelaku usaha sudah tidak perlu
memasarkan produk atau layanan melalui mouth to mouth. Dengan adanya
teknologi yang semakin canggih, maka pelaku usaha dapat memanfaatkan media
sosial sebagai media strategi pemasaran. Menurut
Dalam konteks ini,
salah satu contoh kemajuan yang terjadi adalah perkembangan yang signifikan di
industri food and beverage. Seiring berkembangnya teknologi yang semakin
canggih, industri food and beverage saat ini semakin berkembang pula.
Saat ini, industri food and beverage khususnya minuman di Indonesia
terus berkembang pesat. Hal ini terjadi karena banyak
merek baru yang muncul dengan menawarkan variasi produk yang unik dan menarik.
Meskipun melambat, industri tersebut mampu bertahan dan terus tumbuh sejak 2011. Pada tahun 2024 ini, tentunya akan tetap meningkat karena jumlah populasi warga di Indonesia juga meningkat setiap tahunnya, permintaan untuk produk juga meningkat, sehingga menciptakan peluang bagi pelaku industri.
Salah satu minuman
yang sedang marak di Indonesia adalah minuman es teh. Se-sederhana itu, bisnis
minuman es teh bisa sangat menjamur dimana mana. Menurut
Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, pelaku
usaha harus mampu mengidentifikasi dan menerapkan strategi pemasaran yang
efektif untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Salah satu aspek penting
dari strategi pemasaran adalah memahami bagaimana berbagai faktor dapat
memengaruhi customer satisfaction (kepuasan pelanggan). Pelayanan yang
memuaskan tentu saja dapat membuat pelanggan memberikan respon yang positif,
sehingga dapat membuat mereka loyal dan terus membeli suatu produk. Kepuasan pelanggan sangat penting untuk mempertahankan
pelanggan saat ini dan menarik pelanggan baru. Kehilangan pelanggan yang tidak
puas akan berdampak negatif pada pengalaman pelanggan Anda secara keseluruhan.
Di tengah perkembangan teknologi dan media sosial,
berbagai pendekatan baru telah muncul untuk memengaruhi perilaku konsumen,
termasuk Price Discount (potongan harga), Loyalty Card (kartu loyalitas), dan pemasaran
melalui Influencer. Untuk mencapai rasa kepuasan konsumen sering kali
dilakukan dengan memberikan potongan harga atau diskon. Tentu saja, kemungkinan
besar calon pelanggan akan lebih tertarik membeli produk dengan harga diskon
dibandingkan dengan membeli produk dengan harga normal. Hal ini disebabkan
karena calon pelanggan merasa bahwa diskon memberikan persepsi bahwa konsumen
mendapatkan penawaran yang lebih baik. Mereka merasa "untung" karena
bisa membeli produk dengan harga yang lebih murah daripada biasanya. Menurut
psikologi, strategi price discount tertentu memotivasi orang untuk
membeli
Menurut
Adapun untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan
pelanggan, para pelaku usaha mengimplementasikan program loyalty card.
Loyalty card ini akan memberikan nilai (value) dan keuntungan (benefit)
tambahan bagi pelanggan tetap. Pelanggan yang memiliki loyalty card biasanya
menerima keuntungan yang lebih menarik, seperti diskon tambahan, poin reward
yang dapat ditukarkan, atau akses eksklusif ke barang atau jasa tertentu, yang
membuat mereka lebih setia dan bergantung pada toko tersebut. Pelaku usaha juga
seringkali memberikan penawaran yang lebih personal dengan preferensi dan data
transaksi pelanggan. Dengan adanya loyalty card, pelanggan merasa
diperhatikan dan diperlakukan istimewa. Selain itu, pemberian loyalty card
dapat memotivasi pelanggan agar terus membeli produk di suatu merchant. Tidak
sedikit pelaku usaha yang menggunakan loyalty card untuk memberikan
promo spesial seperti promo ulang tahun, promo reward dan promo lainnya.
Tentunya loyalty card yang termasuk dalam strategi
pemasaran loyalty program ini tidak hanya bermanfaat bagi pelanggan,
namun juga bermanfaat bagi pelaku usaha. Adapun beberapa manfaat loyalty
program bagi pelaku usaha yaitu mendapatkan data pelanggan, mendapatkan score
review yang tinggi, dapat membangun suatu komunitas, dan menghemat biaya
untuk mendapatkan pelanggan baru. Dengan adanya loyalty card, pelaku
usaha juga dapat membaca perilaku konsumennya. Maka dari itu, sangatlah penting
bagi pelaku usaha menggunakan strategi loyalty card program. (Gambar
1.4)
Selain itu, dengan meningkatnya penggunaan media sosial, influencer
menjadi salah satu alat pemasaran yang efektif. Menurut
Influencer biasanya memiliki puluhan ribu hingga jutaan pengikut di
platform media sosial dan sering berinteraksi dengan pengikutnya melalui pesan
langsung, komentar, atau fitur lainnya. Pengikutnya percaya kepada influencer
karena mereka dianggap jujur, asli, dan sangat memahami topik atau pengetahuan
yang mereka bahas. Influencer juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku, keputusan pembelian, atau pendapat mereka. Selain itu, Influencer
juga dapat membantu pelaku usaha untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan
menciptakan hubungan yang lebih personal dengan pelanggan potensial.
Beberapa penelitian sebelumnya telah
meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Penelitian oleh
Meskipun penelitian sebelumnya telah
membahas berbagai faktor seperti price discount, loyalty card,
dan influencer dalam kaitannya dengan customer satisfaction,
terdapat beberapa kesenjangan yang belum diteliti lebih dalam. Pertama,
penelitian belum menggabungkan pengaruh ketiga variabel tersebut (price
discount, loyalty card, dan influencer) secara bersamaan dalam satu studi,
khususnya di industri kuliner seperti Es Teh Pemoeda. Kedua, sebagian besar
studi sebelumnya berfokus pada platform e-commerce atau ritel modern, sehingga
ada celah untuk mengeksplorasi perilaku pelanggan dalam konteks bisnis lokal di
sektor kuliner.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengisi celah dalam literatur dengan mengeksplorasi pengaruh price
discount, loyalty card, dan influencer secara bersamaan terhadap customer
satisfaction di bisnis kuliner seperti Es Teh Pemoeda, yang belum banyak
dibahas dalam penelitian sebelumnya.
Dari uraian diatas, penulis ingin mengetahui apakah price
discount, loyalty card, dan influencer berpengaruh terhadap customer
satisfaction yang akan di tuangkan dalam judul :
“Pengaruh Price Discount, Loyalty Card, dan Influencer
terhadap Customer Satisfaction (
Survey pada Es Teh Pemoeda Kota Malang )”
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian yang
dapat disimpulkan dari uraian latar belakang masalah adalah sebagai berikut :
a.
Apakah
price discount berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap customer
satisfaction pada Es Teh Pemoeda di Kota Malang ?
b.
Apakah
loyalty card berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap customer
satisfaction pada Es Teh Pemoeda di Kota Malang ?
c.
Apakah
pemasaran melalui influencer berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap customer satisfaction pada Es Teh Pemoeda di Kota Malang ?
d.
Apakah
price discount, loyalty card, dan pemasaran melalui influencer
berpengaruh secara simultan terhadap customer satisfaction pada Es Teh
Pemoeda di Kota Malang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :
a.
Pengaruh
secara parsial Price
Discount terhadap Customer Satisfaction
pada Es Teh Pemoeda di Kota Malang
b.
Pengaruh
secara parsial Loyalty Card terhadap Customer Satisfaction pada
Es Teh Pemoeda di Kota Malang
c.
Pengaruh
secara parsial pemasaran melalui Influencer terhadap Customer
Satisfaction pada Es Teh Pemoeda di Kota Malang
d.
Pengaruh
secara simultan Price Discount, Loyalty Card, dan pemasaran melalui Influencer
terhadap Customer Satisfaction pada Es Teh Pemoeda di Kota Malang
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat antara lain sebagai berikut :
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literature untuk penelitian
selanjutnya dan memberikan informasi baru mengenai variabel Price Discount,
Loyalty Card, dan Influencer terhadap Customer Satisfaction
pada Es Teh Pemoeda, Kota Malang.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan ladang informasi dan evaluasi bagi pelaku
usaha dalam menentukan strategi pemasaran kedepannya. Sehingga dapat menjangkau
pasar yang tepat dan meningkatkan pendapatan penjualan.
BAB II
KERANGKA DASAR TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Price Discount
a.
Definisi
Price Discount
Price discount merupakan suatu strategi promosi penjualan
berbasis harga di mana konsumen ditawarkan produk yang sama dengan harga yang
berkurang (Utami
& Aini, 2020). Price Discount merupakan penurunan
harga dari nilai asli suatu produk atau layanan yang ditawarkan oleh penjual
kepada konsumen. Menurut Tambunan et al. (2023), Price Discount adalah
strategi pemasaran yang sering digunakan oleh perusahaan untuk menarik minat
konsumen. Price Discount biasanya diberikan pada waktu-waktu tertentu
seperti musim liburan atau spesial event. Price Discount juga dapat
diberikan saat perusahaan ingin memperkenalkan produk baru.
Menurut Jones (2023), Price Discount dapat
diartikan sebagai strategi pemasaran untuk meningkatkan daya tarik produk di
pasar yang kompetitif. Discount ini bisa diberikan dalam berbagai
bentuk, seperti potongan harga langsung, diskon persentase, atau penawaran bundling.
Konsumen cenderung lebih condong memilih produk yang memberikan nilai ekonomis
lebih tinggi melalui diskon yang menarik. Menurut Sutisna
dalam Elisha, 2021:21) Price Discount atau potongan harga merupakan suatu pengurangan
harga produk dari harga normal dalam periode tertentu.
b.
Tujuan
Price Discount
Menurut Sutisna
dalam Saputri
& Dharasta (2023), tujuan utama
pemberian price discount adalah :
1)
Mendorong
Pembelian dalam Jumlah Besar
Diskon sering kali menjadi strategi pemasaran yang efektif untuk mendorong
pembelian dalam jumlah besar. Dengan memotong harga produk tertentu, pelaku
usaha memberikan insentif kepada pelanggan untuk membeli lebih banyak produk
sekaligus. Penawaran seperti "beli satu gratis satu" atau diskon 50%
untuk pembelian dalam jumlah tertentu dapat memberi pelanggan kesan bahwa
mereka mendapatkan nilai lebih, yang pada gilirannya dapat mendorong mereka
untuk membeli lebih banyak produk.
2)
Mendorong Pembelian
Secara Tunai atau Dalam Waktu yang Lebih Singkat
Diskon juga dapat digunakan untuk mendorong pelanggan untuk membayar secara
tunai atau mempercepat proses pembayaran. Misalnya, pelaku usaha menawarkan
diskon tambahan kepada pelanggan yang membayar secara langsung tanpa kredit,
yang mempercepat arus kas perusahaan dan memberikan keuntungan finansial kepada
pelanggan yang bersedia melakukan transaksi lebih cepat.
3)
Mengikat Pelanggan
Diskon adalah cara untuk mengikat pelanggan. Dengan memberikan penawaran
yang menarik, pelaku usaha berharap dapat mempertahankan loyalitas pelanggan
yang sudah ada dan menarik perhatian pelanggan baru. Diskon yang konsisten dan
menarik tidak hanya menciptakan pengalaman positif bagi pelanggan tetapi juga
membangun kepuasan pelanggan hingga hubungan jangka panjang. Ketika pelanggan
merasa dihargai oleh penawaran khusus, mereka lebih cenderung untuk kembali
membeli barang di masa depan, yang menghasilkan siklus positif untuk
pertumbuhan bisnis.
c.
Jenis
Price Discount
Menurut Philip Kotler dalam Ferdin (2023) terdapat empat (4) jenis diskon, yaitu sebagai berikut :
1)
Diskon
Kuantitas (Quantity Discount)
Mengenrabatte sind Preisnachlässe für Kunden, die eine größere Menge
kaufen. Zum Beispiel beträgt der Preis pro Einheit bei weniger als 100
Einheiten 1.000.000 IDR und 900.000 IDR bei 100 Einheiten oder mehr. Die
Mengenrabatte sollten jedem Kunden gerecht werden und die Kosteneinsparungen,
die der Verkäufer durch den Verkauf von Großmengen erzielt, nicht übersteigen.
Diese Einsparungen umfassen die Kosten für den Transport und den Verkauf der
Waren. Diese Rabatte können kumulativ (auf der Grundlage der Anzahl der über
einen bestimmten Zeitraum bestellten Einheiten) oder nicht kumulativ (auf der
Grundlage der Anzahl der erteilten Aufträge) sein. Dieser Rabatt ermutigt die
Verbraucher, mehr von einem Verkäufer zu kaufen.
Seperti yang dijelaskan pada gambar diatas (Gambar 2.1) bahwa
semakin banyak pelanggan tersebut membeli suatu produk, maka akan semakin
banyak pula price discount atau potongan harga yang akan didapatkan.
2)
Diskon
Fungsional (Funcional Discount)
Funktionsrabatte, auch bekannt als Handelsrabatte. Funktionsrabatte sind
Rabatte, die von den Herstellern an Mitglieder des Handelskanals gewährt
werden, die bestimmte Aufgaben wie Verkauf, Lagerhaltung und Buchführung
übernehmen. Die Hersteller können für die einzelnen Handelskanäle aufgrund
ihrer unterschiedlichen Funktionen unterschiedliche Funktionsrabatte gewähren,
müssen aber für jeden Handelskanal Funktionsrabatte gewähren.
3)
Diskon
Musiman (Seasonal Discount)
Diskon musiman adalah potongan harga yang diberikan pada waktu-waktu
tertentu, biasanya untuk mendorong penjualan barang dagangan. Berikut beberapa
contoh diskon musiman :
a)
Promo diskon saat long
weekend, seperti libur sekolah, libur hari besar, libur tahun baru, dan
lain sebagainya.
2.1.2 Loyalty Card
a.
Definisi
Loyalty Card
Menurut Smith & Potter dalam Mahatma (2022) “Loyalty Card atau kartu
loyalitas merupakan salah satu bentuk upaya pemasaran yang bisa mendorong
perilaku pembelian loyal dari para pemegang kartu”. Dengan adanya loyalty
card, pelanggan akan mendapatkan
berbagai manfaat, seperti diskon, penawaran khusus, atau poin yang dapat
ditukarkan. Dengan adanya program loyalty card, pelanggan cenderung melakukan
pembelian yang lebih sering dan lebih besar. Program ini menciptakan rasa
keterikatan yang mengarah pada pengulangan pembelian.
Menurut penelitian oleh Evans dan Murphy (2024), implementasi Loyalty
Card tidak hanya meningkatkan retensi pelanggan tetapi juga memungkinkan
perusahaan untuk mengumpulkan data berharga tentang perilaku belanja pelanggan.
Data ini dapat dianalisis untuk meningkatkan personalisasi layanan dan strategi
pemasaran yang lebih efektif, sehingga dapat menunjang kepuasan pelanggan.
b.
Jenis
Loyalty Card
Menurut
1)
Program
Loyalitas Berjenjang (Tiered Loyalty Program)
Tiered Loyalty Program adalah program yang mengklasifikasikan manfaat (benefit) menjadi
beberapa tingkatan. Semakin tinggi
tingkatannya maka pelanggan akan lebih banyak mendapatkan manfaat (benefit).
Biasanya tingkatan ini diklasifikasikan dengan simbol nama seperti Classic,
Silver, Gold, Platinum dan lain sebagainya. Tujuan dari adanya tingkatan
ini adalah memacu frekuensi pembelian pelanggan untuk mencapai tingkatan yang
paling tinggi dan akan mendapatkan manfaat yang besar.
Seperti gambar diatas (Gambar 2.5) Shopee telah mengimplementasikan
program Tiered Loyalty Program. Shopee memiliki 3 tingkatan yaitu Silver,
Gold, dan Platinum. Semakin banyak pelanggan berbelanja maka akan
mencapai tingkatan yang lebih tinggi dan akan mendapatkan keuntungan yang lebih
banyak. Jika pelanggan berada di level silver, pelanggan hanya
mendapatkan voucher gratis ongkir sebanyak 1 voucher dan cashback.
Sedangkan jika pelanggan berada di level platinum, pelanggan akan
mendapatkan voucher gratis ongkir sebanyak 3 voucher, cashback,
voucher ulang tahun, serta mendapatkan layanan customer service
prioritas. Tentu saja hal ini akan menggerakkan perilaku konsumen supaya
berbelanja terus-menerus pada platform Shopee.
2)
Program
Poin (Points Based Loyalty Program)
Pada Points Based Loyalty Program ini, pelanggan akan mendapatkan
poin setelah pelanggan bertransaksi. Poin ini akan terus bertambah apabila
pelanggan sering bertransaksi pada suatu merchant. Kemudian, poin tersebut
dapat ditukarkan menjadi potongan harga, produk gratis, merchandise, dan
benefit lainnya.
Pada gambar diatas (Gambar 2.6) Starbucks menyediakan program
loyalitas berbasis poin. Setiap pelanggan selesai bertransaksi maka pelanggan
akan mendapatkan star (poin). Setiap Rp. 6.000,- yang dibelanjakan
menggunakan saldo yang berada di starbucks card, maka pelanggan akan
mendapatkan 1 star. Dan Setiap Rp. 12.000,- yang dibelanjakan
menggunakan metode pembayaran lain yang terhubung dengan starbucks card,
maka pelanggan akan mendapatkan 1 star.
Apabila star (poin) pelanggan telah mencapai 30 star, maka
pelanggan akan mendapatkan benefit berupa gratis tambahan untuk topping
atau campuran pada minuman starbucks yang telah dibeli seperti Espresso Shot,
Syrup, atau Sauce. Dan apabila star (poin) pelanggan telah mencapai 120 star
maka pelanggan akan mendapatkan benefit berupa produk gratis yaitu
makanan atau Handcrafted Beverage berukuran Tall.
3)
Program
Berbayar (Paid Loyalty Programs)
Paid Loyalty Programs adalah program yang mendorong para pelanggan untuk membayar sejumlah uang
untuk mendapatkan manfaat dari suatu produk. Biasanya pelanggan akan membayar
dalam waktu tertentu atau hanya sekali saja. Semakin banyak uang yang
dikeluarkan untuk berlangganan Paid Loyalty Programs, semakin banyak
keuntungan yang akan diperoleh.
Berdasarkan gambar diatas (Gambar 2.7) Netflix telah
mengimplementasikan paid loyalty card pada bisnisnya saat ini. Mereka
menawarkan biaya langganan yang variatif, mulai dari harga yang ekonomis hingga
harga yang tinggi. Semakin tinggi biaya langganan-nya, maka semakin bagus pula
kualitas produknya.
4)
Program
Nilai (Value-Based Loyalty Program)
Program loyalitas pelanggan berdasarkan nilai ini berbeda dengan program
yang lain karena tidak memberikan insentif langsung kepada pelanggan seperti
diskon atau keuntungan lainnya. Di sisi lain, program ini menekankan
nilai-nilai yang dimiliki oleh perusahaan dan pelanggan. Bisnis yang
mengoperasikan program ini berjanji untuk memberikan sebagian keuntungan mereka
kepada satu atau lebih lembaga amal. Tujuannya adalah membangun hubungan
emosional yang lebih kuat dengan pelanggan.
Salah satu contoh dari program loyalty ini adalah The Body Shop. The Body
Shop percaya bahwa bisnis mereka dapat menjadi daya tarik sehingga mereka
meluncurkan program loyalitas mereka yang disebut “Love Your Body Club”,
yang memungkinkan pelanggan mereka untuk mendapatkan hadiah sekaligus memberi
mereka kesempatan untuk berdonasi. Dengan mengumpulkan poin setiap kali mereka
membeli sesuatu, pelanggan akan diberikan kupon sepuluh dolar untuk
dibelanjakan. Selain itu, pelanggan memiliki kesempatan untuk mendonasikan
kupon sepuluh dolar tersebut ke salah satu mitra amal mereka.
2.1.3 Influencer
a.
Definisi
Influencer
Pengaruh individu terhadap masyarakat meningkat di dunia yang semakin
digital. Influencer adalah istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan orang-orang berpengaruh ini. Influencer adalah individu
yang memiliki pengaruh besar dalam komunitas online, untuk mempromosikan produk
atau merk. Menurut Shimp dalam
b.
Jenis
Influencer
Influencer
dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan berbagai hal, seperti jumlah
pengikut, niche, atau platform yang mereka gunakan. Berikut adalah
beberapa jenis influencer yang paling umum :
1)
Berdasarkan
jumlah pengikut
Menurut
a)
Nano Influencer
Influencer
mit mehr als 1.000 bis 10.000 Followern werden als Nano-Influencer bezeichnet.
Da sie engere Beziehungen zu ihren Followern aufbauen können, haben sie oft
sehr engagierte und loyale Follower. Nano-Influencer sind in der Regel
günstiger als andere Influencer, was die Kosten für die Zusammenarbeit angeht.
Die Zusammenarbeit mit ihnen kann eine erschwinglichere Option sein, wenn
Unternehmen über ein knappes Budget verfügen. Nano-Influencer haben jedoch den
Nachteil, dass sie ein begrenztes Publikum und eine begrenzte Reichweite haben.
Da sie in der Regel gerade erst mit dem Influencer-Marketing beginnen,
benötigen sie noch weitere Beratung in Bezug auf Inhalte und
Verhandlungsgeschick.
b)
Micro
Influencer
Berikutnya adalah micro influencer,
jenis ini adalah influencer dengan sekitar 10.000 hingga 50.000
pengikut. Micro influencer aktif berinteraksi dengan pengikutnya,
seperti nano influencer. Micro influencer dapat membantu jika
pelaku usaha ingin tetap terfokus pada segmen tertentu tetapi ingin menjangkau
audiens yang lebih luas. Gunakan alat analisis influencer untuk
memastikan perbandingan estimasi jangkauan antar influencer. Sebaliknya,
kelemahan mereka adalah pengaruhnya belum cukup besar untuk mengubah keputusan
pembelian. Karena popularitas mereka, audiens mungkin lebih tertarik
dengan rekomendasi dari influencer yang memiliki banyak followers.
c)
Macro
Influencer
Influencer macro
memiliki antara 50.000 dan 1 juta pengikut. Mereka biasanya memiliki banyak
penganut dan kuat. Berbicara tentang pengikut, macro influencer lebih
beragam secara demografis dan memiliki minat yang beragam. Kolaborasi dengan macro
influencer dapat menjadi pilihan jika pelaku usaha ingin mendapatkan
pemahaman yang luas tentang merek dari berbagai latar belakang demografis.
Berkolaborasi dengan influencer macro biasanya memerlukan biaya yang
tinggi, yang hanya dapat ditanggung oleh perusahaan. Ini membedakan mereka dari
jenis influencer sebelumnya. Selanjutnya, ketika seseorang memiliki
banyak pendukung, hubungan antara mereka dan pendukung mereka menjadi kurang
intim.
d)
Mega
Influencer
Influencer mit mehr als 1 Million bis 10 Millionen Followern werden als
Mega-Influencer bezeichnet. In diese Kategorie fallen Prominente, prominente
Persönlichkeiten und Personen des öffentlichen Lebens, die in der ganzen Welt
bekannt sind. Mega-Influencer, die Millionen von Followern haben, können die
Meinungen, Trends und Kaufentscheidungen ihrer Follower beeinflussen. Ihre
Empfehlungen oder Promotionen können auch einen enormen Einfluss auf das
Markenimage, die Markenbekanntheit und den Absatz haben.
Die Zusammenarbeit mit Mega-Influencern hat jedoch, genau wie bei anderen
Influencern, auch ihre Schattenseiten. Einige der Probleme sind die hohen
Kosten der Zusammenarbeit und die Möglichkeit, weniger direkt mit den Followern
zu kommunizieren. Ihre hohe Popularität führt dazu, dass sie mehr gebilligte
Inhalte als persönliche Inhalte hochladen, was dazu führen kann, dass das
Publikum kein Interesse an einer Interaktion hat.
2)
Berdasarkan
niche (kategori)
Menurut
a)
Beauty
Influencer
Influencer
kecantikan memiliki pengaruh besar di industri kecantikan karena mereka sering
memberikan ulasan, tips, tutorial, dan saran tentang produk kecantikan,
perawatan kulit, makeup, dan tren kecantikan terbaru. Influencer
kecantikan sering menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube
untuk membagikan kontennya. Jika pelaku usaha memiliki bisnis kecantikan, mungkin
mereka ingin bekerja sama dengan influencer kecantikan untuk
meningkatkan kesadaran merek dan penjualan
Tasya Farasya ist eine Beauty-Influencerin aus Jakarta. Seit ihrer Kindheit
liebt Tasya die Welt des Make-ups. Als Erwachsene begann sie schließlich, sich
ernsthaft mit der Welt der Schönheit zu beschäftigen und wurde MUA (Make-up
Artist). Die Ergebnisse des Make-ups lud sie auf ihr persönliches Instagram
hoch. Überraschenderweise gefiel das Make-up von Tasya Farasya vielen Menschen.
Im Jahr 2016 gründete sie einen YouTube-Kanal. Auf dem Kanal lädt Tasya Videos
hoch, die mit der MUA-Welt zu tun haben, wie z. B. Make-up-Tutorials und
Produktbewertungen.
Tasyas Instagram- und YouTube-Konten wachsen inzwischen. Außerdem werden
die Inhalte, die sie hochlädt, immer vielfältiger. Die Zahl der Follower ist
von Tausenden auf Millionen gestiegen. Tasya Farasya wird von Schönheitsenthusiasten
und der breiten Öffentlichkeit zunehmend wahrgenommen. Jetzt ist Tasya Farasya
die Markenbotschafterin der Hautpflegemarke Skintific.
Tasya gibt immer informative und ehrliche Produktbewertungen zu jedem
Produkt ab, das sie testet. Tasya hat es geschafft, das Vertrauen ihres
Publikums zu gewinnen, weil sie es versteht, Details zu vermitteln, und weil
sie authentisch und ehrlich ist. Daher glauben Tasyas Anhänger, dass die von
ihr empfohlenen Produkte wirklich von guter Qualität sind, so dass sie nicht
mehr zögern müssen, sie zu kaufen. Dieses Vertrauen wird als „Tasya Farasya
Approved“ bezeichnet.
b)
Fashion
Influencer
Mode-Influencer haben einen großen Einfluss auf die Modeindustrie, aber
auch Beauty-Influencer sind sehr beliebt. Diese Influencer konzentrieren sich
auf Bekleidungstrends, Vorschläge für Outfitkombinationen und Empfehlungen für
bestimmte Modemarken. Es ist nicht ungewöhnlich, dass sie mit Modemarken
zusammenarbeiten, indem sie Markenbotschafter werden und gemeinsam Outfits
entwerfen. Mode-Influencer sind in der Lage, die Aufmerksamkeit des Publikums
auf sich zu ziehen und dank ihres einzigartigen und interessanten Modestils Trends
zu setzen..
Nazwa Adinda ist eine der beliebtesten Mode-Influencerinnen auf der
Plattform Tiktok. Sie gibt ihren Followern oft Kleiderempfehlungen. Sie hat 3,4
Millionen Follower. Nicht wenige ihrer Follower lassen sich dazu bewegen,
Kleidung zu kaufen, die von Nazwa empfohlen wurde. Die angebotenen Produkte
enttäuschen die Kunden auch nicht, so dass die Kunden das Gefühl haben, dass
die Erwartungen an die gekauften Waren angemessen sind und die
Kundenzufriedenheit erreichen. Anhand dieses Phänomens lässt sich nachweisen,
dass Marketingstrategien durch Influencer eine erhebliche Wirkung haben.
c)
Lifestyle
Influencer
Diese Influencer haben ein breiteres Themenspektrum, da
sie über verschiedene Aspekte des täglichen Lebens sprechen, z. B. über Essen,
Reisen, Gesundheit, Hobbys und andere Lifestyle-Themen. Sie teilen häufiger
ihre persönlichen Erfahrungen, Perspektiven und Ratschläge, wie man ein
sinnvolleres Leben führen kann. Ein Beispiel dafür ist Indira Kalistha, die
häufig von ihren Familienerlebnissen und täglichen Aktivitäten berichtet.
b)
Fitness
Influencer
Influencer
kebugaran berperan penting dalam membantu orang mengadopsi gaya hidup yang
lebih aktif dan sehat karena mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam
industri kebugaran. Influencer ini juga memberikan panduan tentang
latihan, rutinitas olahraga, nutrisi, dan motivasi untuk menjalani gaya hidup
sehat.
Dr. Aiman Alatas adalah pengaruh yang menjadi panutan bagi audiens. Melalui
keahliannya dalam bidang medis, dia menyajikan konten yang bermanfaat dan lebih
terpercaya.
c)
Parenting
Influencer
Influencer parenting adalah orang yang senang berbagi pengalaman dan saran tentang menjadi
orang tua, membesarkan anak, pendidikan, dan barang dan jasa yang berkaitan
dengan parenting.
Sie inspirieren aktiv andere Eltern, die die Schwierigkeiten bei der
Erziehung ihrer Kinder erleben wollen, so wie Dhannisa Cho es tut. Diese
Influencerin erstellt häufig Tiktok-Inhalte über ihr Leben als Hausfrau und
darüber, wie man Kinder auf sanfte Weise erzieht.
3)
Berdasarkan
media platform
Setiap platform media sosial memiliki fitur khusus yang menarik jenis influencer
tertentu. Berikut adalah influencer berdasarkan platform media sosial
yang paling popular :
a)
Blogger
Blog-Autoren sind zunächst die bekannteren Influencer. Die in jeden Beitrag
eingefügten Schlüsselwörter werden für die Suche nach ihren Texten verwendet.
Eine Person, die einen Blog besitzt und/oder verwaltet, wird als Blogger
bezeichnet. Viele Blogs befassen sich mit bestimmten Produkten, z. B. mit den
neuesten Gadgets oder Hautpflegeprodukten. Blogs bieten umfassendere und
detailliertere Bewertungen, so dass die Leser klarere Informationen erhalten
als in anderen sozialen Medien. Wenn der Blogger eine ausreichend große und
treue Leserschaft hat, ist es für ihn ein Leichtes, Produkte auf der Grundlage
seines Schreibstils und seiner Kundenkontakte zu empfehlen und die Leser zum
Kauf und zur Verwendung des Produkts zu bewegen.
b)
Youtube
Diese Influencer, besser bekannt als YouTuber, erstellen ständig
Informationsvideos, darunter auch Produktbewertungen. YouTuber unterscheiden
sich von Bloggern, die in ihren Blogs Informationen oder Produktrezensionen
schreiben.
Ursprünglich war die Bezeichnung Vlogger, was für Video-Blogger steht.
YouTube-Influencer oder YouTuber sind sehr wichtig, vor allem angesichts des
technologischen Fortschritts in der heutigen Internetwelt. Das liegt daran,
dass mehr als neunzig Prozent der Internetnutzer sich über neue Produkte durch
Videos informieren, die auf der YouTube-Plattform hochgeladen werden (Mohsin, 2021)
Die Zuschauer können die Bewertung eines Produkts durch einen YouTuber deutlich
erkennen. Videos können eine Botschaft vermitteln, auch wenn sie die Menschen
nicht immer davon überzeugen, Ihre Waren oder Dienstleistungen zu kaufen.
c)
Instagram
Ein Celebgram oder Instagram-Promi ist der gebräuchlichere und häufig
gehörte Begriff für einen Influencer auf Instagram. Ein Celebgram bezieht sich
in der Regel auf eine öffentlich anerkannte Person, die die Plattform nutzt, um
verschiedene Aktivitäten aufzuzeichnen, einschließlich Produktbewertungen. Da
Indonesien in Bezug auf die Anzahl der Instagram-Nutzer weltweit an vierter
Stelle steht, könnte Instagram das Potenzial haben, den Markt in diesem Land
anzusprechen. Diese Daten können von Geschäftsinhabern oder Unternehmen genutzt
werden, um Instagram-Prominente oder Influencer zu engagieren, um Kampagnen
durchzuführen oder Waren zu bewerben.
d)
Tiktok
Content Creators oder
Influencer auf TikTok, die sich nicht wesentlich von YouTubern und Prominenten
unterscheiden, haben treue Fans und Follower, die die neuesten Inhalte auf
ihrer Homepage (für Ihre Seite) verfolgen. Der Algorithmus von TikTok ist so
programmiert, dass er Videos, die den Nutzern gefallen, bewertet und teilt. Der
Algorithmus beginnt dann mit dem Zählen der angesehenen Stunden und der Anzahl
der Likes, auch wenn der Nutzer das Video teilt.
2.1.4 Customer Satisfaction
a.
Definisi
Customer Satisfaction
Von
Kundenzufriedenheit spricht man, wenn die Wünsche, Erwartungen und Bedürfnisse
des Kunden durch eine Dienstleistung erfüllt werden und die Dienstleistung die
Bedürfnisse und Erwartungen des Kunden erfüllen kann. Nach Kotler (2005) ist
Zufriedenheit ein Gefühl der Freude oder Enttäuschung, das sich einstellt, wenn
man die Leistung (Ergebnisse) des Produkts mit der erwarteten Leistung (oder
den Ergebnissen) vergleicht. Nach Tjiptono in Nasib (2017) wird die
Gesamtbewertung nach dem Kauf, die die wahrgenommene Produktleistung mit den
Erwartungen vor dem Kauf vergleicht, als Kundenzufriedenheit bezeichnet. Kunden
sind unzufrieden, wenn wir ihre Erwartungen nicht erfüllen, sie sind zufrieden,
wenn die Leistung ihre Erwartungen erfüllt, und sie sind sehr zufrieden oder
glücklich, wenn die Leistung ihre Erwartungen übertrifft. Der Grad der
Kundenzufriedenheit mit den Dienstleistungen ist ein wichtiger Faktor bei der
Entwicklung eines Dienstleistungssystems, das auf die Bedürfnisse der Kunden
eingeht, Kosten und Zeitaufwand minimiert und die Wirkung der Dienstleistung
maximiert. Wenn die Verbraucher mit einer Dienstleistung unzufrieden sind, ist
die Dienstleistung mit Sicherheit ineffektiv und ineffizient.
Pada (Gambar
2.15) Die Kundenzufriedenheit wird in 5 Stufen eingeteilt, wobei die
niedrigste Stufe der Kundenzufriedenheit die Zahl 1 ist, wenn sie auf einer
Skala von eins bis fünf bewertet wird. Eine 1 bedeutet, dass der Kunde
unzufrieden ist und möglicherweise nicht wiederkommen und die schlechte
Erfahrung weitergeben wird. Bei einer Kundenzufriedenheit von zwei bis vier ist
der Kunde einigermaßen zufrieden, aber es besteht immer noch die Möglichkeit,
dass er bei einem attraktiveren Angebot das Unternehmen wechseln wird. Erreicht
die Kundenzufriedenheit den Wert fünf, wird der Kunde das Produkt wiederholt
kaufen und hat die Möglichkeit, die guten Erfahrungen an andere Personen in
seinem Umfeld weiterzugeben. Häufig entsteht durch das Gefühl der
Kundenzufriedenheit eine emotionale Bindung an die Marke.
Kundenzufriedenheit
kann definiert werden als das Maß an Zufriedenheit oder subjektiver
Zufriedenheit, das Kunden empfinden, nachdem sie bestimmte Produkte oder
Dienstleistungen eines Unternehmens oder einer Organisation in Anspruch
genommen haben. Die Kundenzufriedenheit spiegelt die Bewertung der Qualität des
Produkts oder der Dienstleistung durch den Kunden sowie das Ausmaß, in dem
seine Erwartungen erfüllt werden, wider. Laut Dutka (2008: 211) sind
„zufriedene Kunden für den Unternehmenserfolg absolut entscheidend“. Kunden
sind zufrieden, wenn ihre Erwartungen an ein Produkt/eine Dienstleistung
erfüllt werden, oder sie sind sehr zufrieden, wenn ihre Erwartungen übertroffen
werden. Bei den Erwartungen handelt es sich um die Wahrnehmungen der Kunden vor
und nach der Nutzung eines Produkts/einer Dienstleistung.
Die
Kundenerwartungen werden durch frühere Kauferfahrungen, Empfehlungen von
Freunden, Familienmitgliedern oder Einflussnehmern, denen sie folgen, sowie
durch Versprechen und Informationen von Vermarktern und Wettbewerbern geformt.
Werden die Erwartungen zu hoch angesetzt, sind die Käufer oft enttäuscht. Setzt
das Unternehmen dagegen die Erwartungen zu niedrig an, sind die Käufer nicht
interessiert, obwohl diejenigen, die tatsächlich kaufen, zufrieden sein werden.Faktor
Yang Mempengaruhi Customer Satisfaction
Menurut
1)
Kualitas
Produk
Hochwertige Produkte vermitteln den Kunden ein Gefühl von Wert und Nutzen
bei der Verwendung bestimmter Produkte. Die Verbraucher erwarten in der Regel,
dass die von ihnen verwendeten Produkte ihre Bedürfnisse erfüllen und von
vergleichbarer Qualität sind wie die angebotenen. Wenn also die Qualität des
angebotenen Produkts schlecht ist, wird der Kunde mit Sicherheit unzufrieden
sein und negative Erfahrungsberichte abgeben, die den Ruf der Marke
beeinträchtigen können.
Es gibt mehrere Merkmale der Produktqualität, wie z. B,
Berdasarkan Fungsinya Produk harus berfungsi sebagaimana mestinya dan
memenuhi ekspektasi pelanggan.
a.
Berdasarkan
Keandalan Produk
Produk
harus tahan lama dan tidak mudah rusak.
b.
Berdasarkan
Kinerja Produk
Produk
harus memberikan kinerja yang optimal.
c.
Berdasarkan
Estetika Produk
Desain
dan tampilan produk harus menarik dan sesuai dengan selera pelanggan.
2)
Kualitas
Pelayanan
Einer der Faktoren für die Kundenzufriedenheit ist die Servicequalität, die
sich darauf bezieht, wie die Kunden die von einem Unternehmen erbrachten
Dienstleistungen bewerten. Ein guter Service sorgt dafür, dass die Kunden eine
positive Erfahrung machen und sich geschätzt fühlen. Selbst wenn die
Produktqualität gut genug ist, muss die Kundenzufriedenheit manchmal auf dem
Spiel stehen, wenn der Service schlecht ist. Daher muss das Unternehmen den
besten Service bieten, um die Kundenbeziehungen zu verbessern. Natürlich hofft
das Unternehmen, dass die Kunden seine Produkte wieder kaufen werden.
3)
Harga
Produk
Produktpreise, die wettbewerbsfähig sind und im Einklang mit dem
angebotenen Wert stehen, ziehen Kunden an. Das bedeutet, dass der Produktpreis
gleich oder niedriger ist als der von Konkurrenzprodukten gleicher Qualität.
Dieser wettbewerbsfähige Preis zieht die Kunden an, weil sie das Gefühl haben,
einen attraktiveren Preis zu erhalten. Neben dem Preis berücksichtigen die
Verbraucher auch andere Werte, die das Produkt bietet. Dieser Wert kann die
Qualität der Materialien, das Design, zusätzliche Funktionen, die Marke oder
sogar das Einkaufserlebnis sein. Wenn der festgesetzte Preis mit dem
angebotenen Wert übereinstimmt, sind die Verbraucher zufrieden und bereit, zu
kaufen.
Wenn Kunden sich für einen Kauf entscheiden, werden sie die Qualität des
Produkts, das sie erhalten, und den Preis, den sie zahlen, berücksichtigen.
Wenn der Preis hoch ist, aber die Qualität nicht den Erwartungen entspricht,
sind die Verbraucher unzufrieden. Um dieses Ziel zu erreichen, müssen die
Unternehmen den richtigen Verkaufspreis festsetzen, ohne die Produktmerkmale
oder -funktionen wesentlich zu verringern. Wenn das Unternehmen Merkmale oder
Funktionen einschränkt, können die Kunden die Vorteile Ihres Produkts nicht
mehr genießen und werden zu Konkurrenzprodukten wechseln.
4)
Strategi
Marketing
Ekspektasi pelanggan terhadap produk Anda akan dipengaruhi oleh strategi
pemasaran yang efektif.
Pada gambar diatas
(Gambar 2.16) ist ein Beispiel für eine Marketingstrategie von Es Teh
Pemoeda, bei der der Kunde für jeden Kauf von 2 Tassen Eisteegetränken 1 Tasse
Eisteegetränk gratis erhält. Wenn die Werbung von Es Teh Pemoeda darauf
hinweist, dass ihr Produkt mit dieser Werbeaktion verbunden ist, dann werden
die Kunden dies mit Sicherheit auch erwarten. Wenn die Werbung jedoch nicht mit
dem Angebot übereinstimmt, werden die Kunden enttäuscht sein und Es Teh Pemoeda
verlassen.
5)
Customer
Experience
Nach Fadillah (2024) ist die Kundenerfahrung oder die
Wahrnehmung, die die Kunden von der Art und Weise haben, wie Unternehmen ihre
Kunden mit ihren Waren und Dienstleistungen bedienen, als Kundenerfahrung
bekannt. Dies gilt sowohl, wenn sie sich nur für Ihr Produkt interessieren,
wenn sie zum ersten Mal kaufen, als auch, wenn sie zu treuen Kunden geworden
sind. Eine positive Erfahrung ermutigt die Kunden, loyal zu werden und das
Produkt oder die Dienstleistung weiterzuempfehlen.
6)
Nach
Bischoff (2023) ist der Customer Journey Mapping Flow, auch bekannt als „Retail
Customer Journey“, oben dargestellt (Abbildung 2.17). Dieser Fluss zeigt einen Kunden, der
Schwierigkeiten hat, ein Produkt über sein Mobiltelefon auszuwählen, und dann
beschließt, das Geschäft zu besuchen. Die Kassiererin ist jedoch nicht sehr
hilfsbereit, aber er stimmt mit dem Preis überein. Daraufhin versucht sie, das
Geschäft telefonisch zu kontaktieren, und der Kundendienst kann ihre Fragen gut
beantworten. Schließlich kaufte sie weiterhin in dem Geschäft ein, weil sie
sich durch die Qualität des Service wertgeschätzt fühlte. Außerdem empfiehlt
sie das Geschäft gerne an Menschen in ihrem Umfeld weiter.
7)
Emosi
Darüber hinaus kann die Kundenzufriedenheit durch die Emotionen, die das
Produkt oder die Dienstleistung hervorruft, beeinflusst werden. Produkte, die
positive Emotionen wie Glück, Freude oder ein Gefühl der Sicherheit
hervorrufen, bleiben den Kunden eher in Erinnerung und werden von ihnen
bevorzugt. Verbraucher, die mit einer Dienstleistung oder einem Produkt
zufrieden sind, zeigen nach dem Kauf Gefühle von Stolz und Vertrauen.
Verbraucher kaufen oft allein aufgrund von Emotionen ein. Ein Beispiel dafür
ist, dass jemand Schuhe einer bestimmten Marke kauft, weil diese in seiner
sozialen Gemeinschaft beliebt ist.
Daher kann ein Unternehmen positive Gefühle erzeugen, die den Kunden das
Gefühl geben, einzigartig zu sein. Eine Möglichkeit ist, ihnen nahe zu sein und
ihnen Dankbarkeit zu zeigen. Unternehmen können ihnen auch eine Dankeskarte
zukommen lassen, die den gekauften Artikel begleitet.
8)
Aksesbilitas
Produk
Die Leichtigkeit, mit der Kunden Informationen über Produkte wie Typ, Preis
und Spezifikationen erhalten können, ist der nächste Faktor, der die
Kundenzufriedenheit beeinflusst. In den sozialen Medien können Unternehmen
Informationen über Produkte in ihren sozialen Medien anbringen. Ein Beispiel
ist das Anhängen eines Preismenüs an ein Instagram-Story-Highlight. (Gambar
2.18)
Darüber hinaus kann die Verfügbarkeit der vom Hersteller
angebotenen Waren oder Dienstleistungen in Verkaufsstellen in der Nähe potenzieller
Käufer als Zugänglichkeit betrachtet werden. Daher kann die Kundenzufriedenheit
durch die Einrichtung eines Online-Shops verbessert werden, auf den jederzeit
und überall zugegriffen werden kann. Zum Beispiel durch die Bereitstellung von
Go-food-, Grab-food- und ShopeeFood-Plattformen, über die die Kunden bequem ein
Produkt bestellen können.
c.
Indikator
Customer Satisfaction
Menurut Indrasari dalam
1) Erwartungskonformität:
Obwohl die Kundenzufriedenheit nicht direkt gemessen werden kann, basiert die
Bewertung der Zufriedenheit auf der Übereinstimmung oder Nichtübereinstimmung
zwischen der tatsächlichen Leistung des Unternehmens und den Erwartungen der
Kunden.
2) Interesse
an einem erneuten Besuch, d. h. die Kundenzufriedenheit kann gemessen werden,
indem man sie fragt, ob sie die Dienstleistungen des Unternehmens wieder nutzen
oder kaufen möchten.
3) Die Weiterempfehlungsbereitschaft, d. h. die
Kundenzufriedenheit, kann gemessen werden, indem ermittelt wird, ob die Kunden
diese Waren oder Dienstleistungen an Freunde, Verwandte und andere weiter
empfehlen werden.
2.2 Model Hipotesis
0 komentar:
Posting Komentar